Pranata Humas Wajib Ikuti Tren Pemberitaan di Media Arus Utama dan Medsos
Di tengah gencarnya pemberitaan saat ini apakah rilis pemerintah masih relevan, apalagi jika isinya terlalu birokratis?
DARA| Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Barat menggelar IKP Talks #12, Sharing Sesion Penulisan Rilis Pers Efektif, Selasa (25/11/2025) di Aula Timur Gedung Sate, Kota Bandung. Selain digelar luring, IKP Talks juga diikuti secara daring oleh pranata humas di kabupaten dan kota di Jabar melalui zoom dan YouTube.
Dalam sambutannya, Kepala Bidang IKP Diskominfo Provinsi Jawa Barat Nidar Naim mengatakan, saat ini pemberitaan kinerja Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat semakin masif, baik yang bernada positif maupun negatif. Di tengah gempuran berita yang masif tersebut, peran Pranata Humas sangat penting untuk meluruskan berita-berita negatif.
"Di tengah gencarnya pemberitaan saat ini apakah rilis pemerintah masih relevan, apalagi jika isinya terlalu birokratis? Apakah teori jurnalis kehumasan masih relevan? Hal ini yang akan kita bahas di IKP Talk dengan menghadirkan praktisi jurnalis," ujarnya.
Menurutnya, saat ini tren pemberitaan atau informasi yang disukai adalah yang tidak terlalu panjang dengan narasi singkat dan diperkuat dengan foto atau video. Hal itu terbukti dari banyaknya masyarakat yang mengakses pemberitaan dari aplikasi media sosial.
"Jadi perlu pandangan baru dari Pranata Humas dalam melihat minat masyarakat terkait rilis yang diberitakan. Humas perlu melihat kecepatan media terbaru, khususnya medsos. Selain itu, Humas harus mampu membaca POV (point of view) media mainstream terkait apa yang menjadi agenda pemberitaannya sehingga mampu menyediakan rilis yang relevan," ujar Nidar.
Diskominfo juga berencana menggelar bootcamp bagi Pranata Humas diseluruh kabupaten/kota untuk menambah kompetensi kehumasan, seperti kemampuan komunikasi publik berbasis data dan penerapan standar narasi Pemprov Jabar.
"Mampu membuat narasi tunggal dan manajemen krisis termasuk deteksi dini melalui media monitoring. Produksi konten lintas kanal (media sosial, media online, MLR) dan meningkatkan strategi kehumasan melalui storytelling, media relations, dan orkestrasi pesan," tuturnya.
Redaktur Kumparan M. Riski Gaga mengatakan, dalam setiap pemberitaan yang dibuat, Kumparan selalu diawali dengan rapat redaksi. Bahkan, rapat redaksi bahkan dilakukan setiap menit terlebih jika ada pemberitaan hangat.
"Rapat redaksi untuk menentukan, memilih isu mana yang menarik dan berdampak bagi pembaca. Tidak semua akan dibuat berita, karena juga ada keterbatasan SDM dan nilai urgen," jelasnya.
Hal ini pun menurutnya dapat dilakukan di kehumasan. Ada tim rapat redaksi untuk menentukan rilis yang akan dibuat dan disebar.
"Rilis kami terima ratusan dalam sehari, hanya sedikit yang menarik minat untuk dibaca. Hanya paragraf pertama saja, jika menarik bisa saja dibaca sampai akhir. Namun, jika tidak relevan dengan isu hangat, biasanya tidak dilanjutkan," ujarnya.
Dengan kondisi itu, menurutnya rilis dari pemerintah juga harus langsung ke intinya, padat dan akurat sehingga menarik bagi media arus utama untuk diangkat menjadi berita.
Editor: Maji
