Logo
Catatan

Rp 200 Triliun, Patriot Bonds, dan Jalan Baru Menuju Kemandirian Ekonomi

Oleh: Raditya Indrajaya, Permerhati Ekonomi dan Kebijakan Publik

Rp 200 Triliun, Patriot Bonds, dan Jalan Baru Menuju Kemandirian Ekonomi
H Tb Raditya Indrajaya

Dana Mengendap, Ekonomi Tertahan

Sudah lama kita dengar keluhan: APBN defisit, utang menumpuk, ruang fiskal menyempit. Ironinya, ratusan triliun rupiah uang negara justru tidur pulas di Bank Indonesia. Aman memang, tapi steril—ibarat beras numpuk di lumbung tapi rakyat tetap lapar.

Kini Kementerian Keuangan memutuskan untuk mengusir Rp 200 triliun dari kas nyaman di BI dan menitipkannya di enam bank HIMBARA. Bedanya jelas: kalau di BI uang itu sekadar angka, di bank ia bisa berubah jadi kredit produktif—modal kerja UMKM, pembiayaan industri, sampai pertanian modern.

Singkatnya, dari uang yang tadinya “gabut”, kini disulap jadi uang yang “ngabret” menggerakkan ekonomi.


Likuiditas: Dari Pedang ke Mesin Pertumbuhan

Dalam teori moneter, likuiditas itu seperti pedang bermata dua. Diparkir di SBN, aman tapi mandek. Digelontorkan ke sektor riil, ia bisa menjadi mesin pertumbuhan.

Dengan Rp 200 triliun ini, HIMBARA punya amunisi menurunkan cost of fund, memperbesar kredit UMKM, hingga membiayai energi hijau. Jika 40% saja diarahkan ke sektor produktif, dampaknya bisa menambah 1–1,5% pertumbuhan PDB.

Artinya, target pertumbuhan 5,5% bisa terdorong mendekati 7% bahkan 8%. Angka yang selama ini dianggap mimpi. Dan kalau PDB naik, mungkin nanti rakyat kecil bisa senyum-senyum di warung kopi sambil bilang,
“Lah, ini bukan lagi warteg economy, tapi sudah naik kelas jadi kopi latte economy.” 😄


Patriot Bonds: Saat Uang Konglomerat Pulang Kampung

Kalau Rp 200 triliun adalah dorongan dari atas, maka Patriot Bonds adalah undangan dari bawah—untuk memulangkan uang konglomerat Indonesia yang selama ini parkir di luar negeri, khususnya di offshore island.

Jumlahnya? Jangan kaget. Perkiraan konservatif menunjukkan dana konglomerat Indonesia di luar negeri mencapai ribuan triliun rupiah. Selama ini ia hanya berputar menghidupi ekonomi asing, sementara kita sibuk mencari utang baru.

Dengan Patriot Bonds, dana-dana itu bisa pulang kampung lewat pintu terhormat. Disalurkan ke kilang minyak, food estate, energi hijau, sampai digital economy. Bedanya dengan utang luar negeri? Ini bukan pinjam ke rentenir global, tapi mengajak konglomerat sendiri ikut membiayai masa depan bangsanya.

Dan bukankah lebih mulia kalau uang yang biasanya “jalan-jalan” di Karibia, sekarang ikut membangun irigasi di Karawang?


Duet Strategis: Dana Pemerintah + Patriot Bonds

Kombinasi Rp 200 triliun HIMBARA dan Patriot Bonds adalah duet strategis fiskal-moneter:

Dana pemerintah mencairkan kebekuan likuiditas.

Patriot Bonds menarik dana konglomerat untuk kembali membangun negeri.

Bersama, keduanya membentuk arsitektur pembiayaan nasional yang mandiri dan berdaulat.


Ibarat musik, ini bukan lagi konser tunggal. Ini duet besar: satu memberi bass, satu memberi melodi. Hasilnya: simfoni kemandirian ekonomi Indonesia.


Dari Stimulus ke Kebangkitan

Kebijakan ini bukan sekadar memindahkan angka Rp 200 triliun. Ia adalah pesan politik-ekonomi: bahwa Indonesia bisa tumbuh tanpa harus disetir lembaga asing.

Disatukan dengan Patriot Bonds, langkah ini bisa menjadi awal kebangkitan ekonomi Indonesia. Dari stimulus fiskal, lahir momentum kedaulatan ekonomi.

Kalau berhasil, sejarah akan menulis: 2025 kedepan adalah tahun tahun ketika bangsa ini berani bilang,
“Cukup sudah jadi penonton. Kini kita main di panggung utama—dengan modal sendiri, oleh rakyat sendiri, untuk masa depan bangsa sendiri.