RAPBD 2026 Kabupaten Bandung Defisit Rp114 Miliar, Bupati Bandung Soroti TKD
Simak Nih, Ringcian Postur RAPBD 2026 Kabupaten Bandung

"Gaji saja itu mencapai Rp2,5 triliun. Maka perlu pembahasan yang betul-betul komprehensif," kata Bupati Bandung.
DARA| Rincian RAPBD Kabupaten Bandung tahun anggaran 2026, total pendapatan sebesar Rp6,06 triliun dengan belanja sebesar Rp6,18 triliun. Dengan demikian terdapat defisit sebesar Rp114 miliar yang akan ditutup dari pembiayaan daerah.
Bupati Bandung, Dadang Supriatna menyampaikan Pengantar Nota Keuangan tentang Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Bandung Tahun Anggaran 2026 dalam rapat paripurna DPRD Kabupaten Bandung, Senin (29/9/2025).
Dalam paparannya, Dadang menjelaskan RAPBD 2026 disusun berdasarkan Kebijakan Umum APBD (KUA) dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (PPAS) yang telah disepakati bersama DPRD pada 11 Agustus 2025 lalu.
Dadang menyoroti adanya penurunan alokasi Transfer ke Daerah (TKD) pada 2026. Berdasarkan Surat Edaran Menteri Keuangan nomor S/62/PK/2025, Kabupaten Bandung hanya akan menerima TKD sebesar Rp2,6 triliun, turun Rp935 miliar dari rencana awal sebesar Rp3,6 triliun.
“Kita sadar ada TKD yang berkurang, dari Rp3,6 triliun yang kita rencanakan menjadi Rp2,6 triliun. Sementara gaji saja itu mencapai Rp2,5 triliun. Sehingga, kalau kita melihat postur APBD 2026, kalau mau balance artinya ada program yang dihapus, maka terkait hal ini perlu pembahasan yang betul-betul komprehensif antara eksekutif dan legislatif,” tegasnya.
Meski demikian, Dadang tetap optimistis penyesuaian ini tidak akan berpengaruh terlalu signifikan terhadap pembangunan daerah.
“Saya optimistis dengan adanya penyesuaian. Kita buatkan skema APBD-nya, yang paling penting saya sepakat bahwa belanja ini harus sesuai dengan keinginan kita bersama, yaitu berpihak kepada kepentingan masyarakat,” ujarnya.
Dia juga menekankan adanya tiga program prioritas Presiden yang menjadi pengganti dari pengurangan TKD, yaitu Makan Bergizi Gratis (MBG), Sekolah Rakyat, dan Koperasi Desa Merah Putih. Menurutnya jika ketiga program tersebut mampu dikelola dengan baik maka akan membuat perekonomian di Kabupaten Bandung berkembang pesat.
“Kalau kita lihat, memang ada pengurangan TKD, tapi ada pengganti, yaitu tiga program prioritas Presiden. Kalau kita lihat secara keseluruhan, uang yang akan berputar di tahun 2026 ini kurang lebih sekitar Rp15 triliun. Dengan skema multiplier effect, jumlah itu bisa mencapai Rp150 triliun karena uang akan berputar di masyarakat. Maka, kita harus bisa menangkap peluang dalam kondisi efisiensi. Harus ada pemikiran-pemikiran yang sehat. Jangan merasa diri sendiri benar, kita harus bahas bersama,” jelasnya.
Tidak hanya itu, dirinya kesiap mengawal RAPBD 2026 secara akuntabel. "Insyaallah kita akan bahas secara komprehensif dan transparan. Nanti akan disampaikan hasilnya pada pembahasan akhir APBD kita di 2026," paparnya.
Selain RAPBD, ia juga menyampaikan dua Raperda untuk dibahas bersama DPRD pada rapat paripurna tersebut, yaitu Raperda tentang perubahan atas Perda Nomor 5 Tahun 2020 mengenai penyediaan, penyerahan, dan pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dan permukiman, serta Raperda tentang Rencana Pembangunan Industri Tahun 2025–2045.
Berikut Rincian Postur RAPBD 2026 :
Pendapat 2026 : Rp6,06 triliun
- PAD sebesar Rp2,05 triliun
- Alokasi TKD Rp3,98 triliun
-Pendapatan lain yang sah : Rp35 miliar
Belanja daerah : Rp6,18 triliun (meliputi)
- Belanja operasional : Rp4,48 triliun
- Belanja modal Rp746,19 miliar
- Belanja tidak terduga Rp50 miliar
- Belanja transfer Rp897,90 miliar.
Belanja operasional (dialokasikan)
- Belanja Pegawai : Rp2,51 triliun
- Belanja barang dan jasa: Rp1,60 triliun
- Hhibah dan Bansos : sekitar Rp360 miliar
Belanja Modal (dialokasikan)
- Pembangunan jalan, jaringan, irigasi : Rp366,02 miliar
- Gedung dan bangunan : Rp254,71 miliar
Editor: Maji