Kebutuhan Protein Nasional Dongkrak Peran Indonesia
Dalam Perdagangan Kedelai Asia Tenggara

Penegaskan tujuan bersama dalam mempererat perdagangan global, membangun rantai pasok yang tangguh.
DARA| Lebih dari 400 pemimpin dan pemangku kepentingan di bidang pertanian dari lebih dari 20 negara berkumpul di Jakarta, medio September 2025 dalam acara Southeast Asia U.S. Agricultural Cooperators Conference. Konferensi ini diselenggarakan U.S. Soybean Export Council (USSEC) dan U.S. Grains & BioProducts Council dengan tema “Enabling Trade Today, Unlocking Tomorrow.”
Acara ini menegaskan tujuan bersama dalam mempererat perdagangan global, membangun rantai pasok yang tangguh, serta memastikan ketahanan pangan jangka panjang.
Selama tiga hari, acara ini menghadirkan pertemuan bisnis (business-to-business), pidato utama, diskusi panel, hingga sesi ahli dengan topik utama, seperti logistik, akses pasar, tren regulasi, dan keberlanjutan dalam rantai nilai pertanian. Para peserta juga menjajaki peluang untuk meningkatkan perdagangan kedelai Amerika, jagung, dan produk turunannya guna mendukung sektor pangan dan pakan yang berkembang pesat di Asia Tenggara.
Mitra Strategis bagi Kedelai Amerika
Asia Tenggara terus menjadi pasar penting sekaligus berkembang pesat bagi ekspor pertanian Amerika. Pada Tahun Pemasaran 2023/2024, kawasan ini mengimpor sekitar 9,08 juta metrik ton (MMT) kedelai utuh dan 20,89 MMT bungkil kedelai, cerminan tingginya permintaan dari sektor pangan ataupun pakan.
“Asia Tenggara terus menjadi kawasan penting bagi pertumbuhan kedelai Amerika, didorong meningkatnya permintaan, kelas menengah yang berkembang, dan konsumsi protein yang kian besar,” ujar Timothy Loh, USSEC Regional Director, Southeast Asia & Oceania.
“Melalui kemitraan jangka panjang dan komitmen bersama terhadap inovasi dan keberlanjutan, kami menghadirkan nilai bagi kawasan ini sekaligus membantu membangun masa depan yang lebih aman dan tangguh bersama.”
Di antara negara di kawasan, Indonesia menonjol sebagai importir terbesar kedelai Amerika untuk kebutuhan pangan, menunjukkan posisi strategis negara ini bagi produsen Amerika. Permintaan konsumen yang kuat serta budaya kuliner yang lekat dengan pangan berbahan kedelai seperti tempe dan tahu
menjadi pendorong utama impor kedelai. Sementara itu, kebutuhan protein yang terus meningkat membuka peluang baru bagi bungkil kedelai Amerika untuk sektor pakan.
Mendorong Prioritas Bersama
Konferensi ini menyoroti bagaimana kolaborasi jangka panjang antara produsen kedelai Amerika dan mitra Asia Tenggara memastikan keandalan pasokan, memperkuat akses pasar, serta membuka nilai tambah bersama. Sepanjang acara, para pembicara menekankan pentingnya transparansi, kepercayaan, dan
inovasi dalam menghadapi kompleksitas perdagangan global.
Dalam sesi leadership dialogue, Jim Sutter (CEO USSEC) dan Janna Fritz (Chair USSEC) membahas bagaimana data, teknologi, dan inovasi yang dipimpin petani membentuk masa depan pertanian. Mereka menekankan keunggulan kedelai Amerika, yaitu jejak karbon terendah, keberlanjutan yang unggul, serta dedikasi petani Amerika lintas generasi untuk kualitas dan pasokan jangka panjang. Keduanya juga menyoroti pentingnya keterlibatan dekat dengan pelanggan untuk memahami kebutuhan pasar yang terus berkembang.
Dalam berbagai sesi lainnya, pembicara menegaskan tingginya permintaan protein berkualitas di kawasan ini serta pentingnya rantai pasok yang aman dan berkelanjutan untuk memenuhi permintaan tersebut. Keamanan pangan, keterlacakan, dan kualitas produk yang konsisten disebut sebagai prioritas utama bagi pembeli dan konsumen Asia Tenggara.
Konferensi ini kembali menegaskan nilai dari kemitraan erat dan kolaboratif di sepanjang rantai pasok pertanian. Dengan mempertemukan produsen, eksportir, pembeli, pabrik pakan, pengolah, hingga pemimpin pemerintahan, acara ini menjadi wadah penting untuk membentuk masa depan pertanian global yang lebih tangguh dan berkelanjutan.
Editor: Maji