Logo
Jabar

Kasus Keracunan MBG Menimbulkan Trauma pada Siswa

Gubernur Jabar Serukan Evaluasi Tata Kelola MBG

Kasus Keracunan MBG Menimbulkan Trauma pada Siswa
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi saat memberikan sambutan pada Rapat Paripurna Hari Jadi Kota Bandung ke-215 di Gedung DPRD Kota Bandung, Kamis (25/9/2025).(Foto: biro adpim jabar)

"Berarti dinilai tidak mampu. Ya kalau begitu, ganti saja sama vendor yang lebih mampu," tegasnya.


DARA| Kasus keracunan Makan Bergizi Gratis (MBG) akan menimbulkan trauma bagi siswa. Alih-alih menerima asupan gizi malah si anak tidak mau makan yang dikirim dapur MBG.

Menyikapi kekhawatiran tersebut Gubernur Jawa Barat, menyerukan evaluasi tata kelola Makan Bergizi Gratis (MBG). Hal ini menyusul berbagai kasus siswa keracunan makanan dari paket MBG, di antaranya di Kabupaten Garut dan terbaru Kecamatan Cipongkor, Bandung Barat.  

"Harus dievaluasi mulai dari penyediaan sampai pembagiannya. Ada rentang waktu yang cukup panjang, dimasaknya tengah malam, karena ribuan porsi, disajikannya jam 12 siang," ujar Dedi Mulyadi.

Belum lagi, imbuh Dedi ada dapur MBG yang jarak dari sekolahnya jauh. Hal itu juga bisa menjadi faktor penyebab.

"Minggu depan saya akan bertemu dengan pengelola MBG wilayah Jabar, karena indikasinya, jumlah layanan tidak seimbang dengan jumlah yang harus dilayani. Misalnya jumlah yang dilayani sekian ribu orang jumlah pelayannya sedikit," tegasnya.

Berarti vendor atau penyedia layanannya dinilai tidak mampu. Sehingga perlu dievaluasi. "Ya kalau begitu, ganti saja sama vendor yang lebih mampu," tegasnya.

Namun Dedi bersyukur sampai saat ini tidak ada dari kasus tersebut yang mengakibatkan meninggal dunia. "Meskipun tidak ada yang sampai meninggal, tapi itu kan menimbulkan trauma. Anak yang seharusnya menerima asupan gizi, malah jadi keracunan," paparnya.

Ia mengkhawatirkan, trauma itu menyebabkan anak jadi tidak mau makan lagi makanan yang disajikan di  MBG.


Editor: Maji