DARA|Ribuan peserta memadati Pendopo Kabupaten Cirebon dalam acara Istighosah Kubro dan Seminar Nasional yang bertajuk “Meneladani Jihad KH. Abbas Abdul Jamil: Ulama Pejuang, Penjaga NKRI”. Acara ini menjadi momentum penting dalam upaya pengusulan KH. Abbas Abdul Jamil sebagai Pahlawan Nasional.
Kegiatan diisi dengan doa bersama, pembacaan manaqib, serta seminar yang menghadirkan para tokoh nasional dan akademisi. Salah satu pembicara kunci, Prof. Dr. Usep Abdul Matin, Ketua Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Pusat Republik Indonesia (TP2GP RI), menyampaikan bahwa KH. Abbas Abdul Jamil adalah figur yang sangat layak mendapat gelar pahlawan nasional.
> “Beliau bukan hanya ulama pendidik, tetapi juga pejuang. Terlibat langsung dalam pertempuran Surabaya 10 November 1945 melawan Inggris dan NICA. Ini bukan hanya sejarah lokal, tapi sejarah nasional,” tegas Prof. Usep.
Menurut paparan sejarah yang disampaikan dalam seminar, KH. Abbas Abdul Jamil bersama para santri dan kiai dari Jawa Barat berangkat ke Jawa Timur sebagai bagian dari jihad fi sabilillah melawan penjajah. Pada 9 November 1945, beliau dan kontingennya tiba di Pesantren Tebuireng, Jombang, dan setelah berkoordinasi dengan para ulama dan tokoh perlawanan, memutuskan untuk melakukan penyerangan pada 10 November 1945, yang kelak dikenang sebagai Hari Pahlawan.
Kontingen KH. Abbas terdiri dari para ulama dan santri militan, antara lain:
KH. Anas
KH. Murtadlo
Kyai Sholeh
KH. Mujahid
Kyai Ahmad Zahid
Kyai Imam
Kyai Zain Toha Abbas
Kyai Mustamid Abbas
Kyai Hawi
Kyai Busyral Karim
KH. Abdullah Abbas
Mereka berperan aktif dalam pertempuran yang berlangsung selama 10 hari, menunjukkan keberanian dan solidaritas luar biasa dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Pertempuran ini menjadi bukti koordinasi erat antara tiga tokoh utama bangsa: KH. Hasyim Asy’ari, Bung Tomo, dan KH. Abbas Abdul Jamil, sebagai simbol sinergi antara kekuatan spiritual, rakyat, dan militer.
Dalam sesi seminar, Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, MA, Ketua Umum PP Pergunu, juga menegaskan bahwa peran KH. Abbas dalam medan jihad harus diangkat ke permukaan agar generasi muda mengenal ulama-ulama pejuang.
> “KH. Abbas adalah simbol ulama yang tidak hanya mendidik dari mimbar, tapi juga berjuang di medan tempur. Beliau adalah warisan perjuangan dan teladan keberanian,” ungkap Prof. Asep.
Acara diakhiri dengan penandatanganan dukungan resmi pengajuan gelar Pahlawan Nasional untuk KH. Abbas Abdul Jamil, serta pembacaan komitmen moral oleh para tokoh NU, pesantren, akademisi, dan pemerintah daerah.
Langkah ini menjadi bagian dari gerakan kolektif untuk mengangkat kembali sejarah perlawanan ulama dan pesantren dalam mempertahankan kemerdekaan, dan memastikan nama-nama besar seperti KH. Abbas Abdul Jamil tercatat secara resmi dalam sejarah bangsa Indonesia sebagai Pahlawan Nasional