Cemas

Jumat, 20 Mei 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi : Dara.co.id

Ilustrasi : Dara.co.id

Masa depan yang pajang masih belum bisa dipastikan akan seperti apa. Lantas, seseorang akan berangan angan , pikiranya melintas jauh ke dalam suatu garis yang tak berujung. Maka akan dengan cepat beralih menjadi suatu kecemasan yang merongrong.


Foto : H.Agus Dinar

BERTEMU dengan kawan lama yang sudah sekitar 20 tahun-an tak diketahui rimba dan kabarnya.

Pertemuan itu tak sengaja. Di suatu siang yang terik di tengah keramaian menjelang Iedul Fitri. Kemudian setengah nyaris tidak percaya kami dipertemukan.

Lazimnya dua orang saling mengenal dan sudah lama tak saling mengetahui kabar. Kamipun antusias untuk saling bertanya ke mana saja selama dua puluh tahun.

Namun obrolan kami belum sempat berkembang lebih jauh, tetiba dia berpamitan, dengan alasan harus segera menuju suatu tempat. Namun dia berjanji akan mengontak dan ingin mengobrol lebih banyak.

Saya menangkap banyak perubahan, fisik sudah pasti tetapi dari mimik dan perangai wajah –saya menduga—dia tengah didera rasa cemas.

Keceriaan dan optimistis yang melekat pada drinya tak lagi ada. Yang terlihat hanya kecemasan.

Rasa cemas yang mendera setiap manusia dan setiap orang pernah mengalaminya. Boleh jadi penyebab rasa cemas pada setiap orang akan berbeda`

Kesalahan manusia membiarkan peluang rasa cemas yang menyiksa hati dan pikiran itu dikerjakanya. Maka suka ataupun tidak, cemas itu masuk dan membuat perubahan pada sikap dan perilaku akibat rasa cemas yang akut.

Orang yang didera rasa cemas, menurut berbagai literatur berkecenderungan membebani masa sekarang dengan beban beban masa depan yang panjang.

Masa depan yang pajang masih belum bisa dipastikan akan seperti apa. Lantas, seseorang akan berangan angan , pikiranya melintas jauh ke dalam suatu garis yang tak berujung. Maka akan dengan cepat beralih menjadi suatu kecemasan yang merongrong.

Jadi yang penting dilakukan agar tak didera rasa cemas, adalah berpikir bahwa kepentingan utama kita bukanlah untuk apa yang terletak secara samar samar di kejauhan tetapi untuk mengerjakan apa apa yang jelas berada di hadapan atau tangan kita.

 

 

Berita Terkait

Begini Komentar Kluivert dan Jay Idzes Saat Diundang Makan Presiden Prabowo
Libur Hari Raya Idul Adha, Tiket Whoosh Tembus 16 Ribu hingga Sabtu Sore
Polres Garut Kembali Ungkap Kasus Peredaran Tembakau Sintetis, Seorang Oknum Mahasiswa Diamankan
Ketua PP Muhammadiyah Anwar Abbas: Dana Haji Sebaiknya Tetap Dikelola BPKH
KDM Resmi Terapkan E-Budgeting dan E-Voting di Desa
Oknum Imam Masjid di Garut Diciduk Polisi, Diduga Sodomi 10 Anak Dibawah Umur
Cek Disini, Hasil Survei Tingkat Kepuasan Masyarakat terhadap Kinerja Bupati Bandung
Ekspresi Seni Ratusan Pelajar di Ruang Publik “Warna untuk Bumi” Ingkatkan Kita pada Krisis Iklim
Berita ini 8 kali dibaca

Berita Terkait

Sabtu, 7 Juni 2025 - 18:25 WIB

Begini Komentar Kluivert dan Jay Idzes Saat Diundang Makan Presiden Prabowo

Sabtu, 7 Juni 2025 - 18:09 WIB

Libur Hari Raya Idul Adha, Tiket Whoosh Tembus 16 Ribu hingga Sabtu Sore

Jumat, 6 Juni 2025 - 11:09 WIB

Ketua PP Muhammadiyah Anwar Abbas: Dana Haji Sebaiknya Tetap Dikelola BPKH

Selasa, 3 Juni 2025 - 23:36 WIB

KDM Resmi Terapkan E-Budgeting dan E-Voting di Desa

Senin, 2 Juni 2025 - 22:11 WIB

Oknum Imam Masjid di Garut Diciduk Polisi, Diduga Sodomi 10 Anak Dibawah Umur

Berita Terbaru

OLAHRAGA

MATCHDAY PAMUNGKAS Romeny dan “Kemarahan” Jepang

Senin, 9 Jun 2025 - 12:19 WIB

OLAHRAGA

PRA-PIALA DUNIA Menatap Jepang, Menatap Teluk

Sabtu, 7 Jun 2025 - 20:27 WIB