Sebanyak 97 Persen Warga Jawa Barat Puas Kinerja KDM
Terlihat dari hasil survei yang dilakukan Litbang Kompas

Cadu mundur pantrang mulang menjadi simbol semangat juang yang tak kenal lelah dan siap menghadapi segala tantangan demi mencapai tujuan.
DARA|Pasangan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi dan Wakil Gubernur Jabar Erwan Setiawan terus berupaya untuk menjadikan “Jawa Barat Istiwewa”,Lembur Diurus Kota Ditata.
Istilah “istimewa” dimaknai penyelenggaraan Pemerintah Provinsi Jabar di bawah kepemimpinan KDM, panggilan akrab Dedi Mulyadi, berkeinginan dan berkomitmen untuk mengistimewakan masyarakat, baik istimewa dalam memberikan pelayanan, maupun istimewa dalam pelaksanaan pembangunan.
Pengertian “istimewa” juga mengandung makna situasi atau kondisi terunggul, termaju, paripurna, dan teratas sehingga visi Jabar Istimewa bertujuan mewujudkan seluruh bidang pembangunan berada dalam kondisi istimewa, yakni Pendidikan Istimewa, Kesehatan Istimewa, Infrastuktur Istimewa, Ekonomi Masyarakat Istimewa, Sosial Budaya Istimewa, dan bidang-bidang lainnya berada dalam kondisi istimewa.
Makna “Jabar Istimewa” memiliki arti yang luas dan mendalam. Berbagai program menuju Jabar istimewa sudah mulai tercapai dengan sempurna.
Ini terlihat dari hasil survei yang dilakukan Litbang Kompas, menyoroti persepsi publik terhadap kinerja Gubernur Dedi Mulyadi dan Wakil Gubernur Erwan Setiawan di Jabar. Warga Jabar memberi nilai 8,5 untuk kinerja Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan.
Hasil survei menunjukkan mayoritas masyarakat memberikan penilaian positif terhadap kinerja mereka. Kepuasan masyarakat terhadap kepemimpinan KDM, 97,2 persen warga Jabar puas, 98,9 persen citra Gubernur KDM sangat baik dan 99 persen warga Jabar menilai KDM peduli, merakyat, dan responsif.
Menyikapi hasil survei Litbang Kompas tersebut, Sekretaris Daerah Jabar Herman Suryatman melalui akun media sosial Instagram @hermansuryatman, memberikan komentar "cadu mundur pantang mulang Pa Gub @dedimulyadi71".
Cadu mundur pantrang mulang adalah sebuah frasa dalam bahasa Sunda yang memiliki makna kiasan. Secara harfiah,cadu mundur berarti enggan mundur atau tidak mau mundur, dan pantrang mulang berarti tidak pernah kembali atau tidak akan pulang.
Secara keseluruhan, frasa ini menggambarkan sikap pantang menyerah, tidak mundur dari perjuangan, dan bertekad untuk terus maju tanpa ragu, bahkan jika harus meninggalkan kampung halaman. Frasa ini seringkali dikaitkan dengan semangat kepahlawanan dan keberanian.
Cadu mundur pantrang mulang menjadi simbol semangat juang yang tak kenal lelah dan siap menghadapi segala tantangan demi mencapai tujuan.
Herman juga memberikan komentar Gaskeun teras kangge kamajuan tur kahormatan Jawa Barat”.
Berdasarkan survei yang dilakukan dengan skala penilaian 1-10, rata-rata nilai kinerja Pemdaprov Jabar berada di angka 8,51, dengan standar deviasi 1,634, menunjukkan persepsi publik yang umumnya positif.
Distribusi nilai menunjukkan bahwa 35,7 persen responden memberikan nilai tertinggi, yaitu 10, sementara 25,3 persen menilai 8 dan 19,2 persen menilai 9.
Penilaian menengah juga terlihat, dengan 11 persen responden memberi nilai 7, dan nilai 5 dan 6 masing-masing 3,3 persen dan 3,4 persen. Sementara itu, nilai rendah (1 hingga 4) diberikan oleh sebagian kecil responden, kurang dari 2 persen secara total.
Kepuasan Publik Tertinggi
Peneliti Litbang Kompas Rangga Eka Sakti mengatakan, program pembangunan ruang kelas baru (RKB) di sekolah-sekolah tercatat sebagai salah satu program dengan kepuasan publik tertinggi.
"Sebanyak 91,6 persen responden puas, 11,4 persen sangat puas, dan 80,2 persen puas, hanya 4,6 persen yang tidak puas," ucap Rangga.
Program pembinaan anak-anak nakal melalui institusi militer, yaitu barak milter juga mendapat apresiasi besar dengan 95,7 persen responden puas, di mana 35 persen menyatakan sangat puas.
"Soal barak (militer) cukup dapat apresiasi yang besar dari masyarakat. Ini cara paling simpel mengatasi kenakalan remaja menahun di Jabar. Di tingkat kepuasan tinggi 95 persen yang puas soal barak militer," kata Rangga.
Selain itu, menurutnya program perbaikan rutilahu (rumah tidak layak huni) juga menunjukkan tingkat kepuasan yang tinggi dengan 88,2 persen puas.
Untuk program infrastruktur dan publik, pada pembangunan infrastruktur jalan di Jabar 85,7 persen responden menyatakan puas.
Untuk program penyediaan listrik bagi masyarakat miskin juga mendapat sambutan baik dengan 91,8 persen responden puas. Eevaluasi izin tambang di Jabar juga relatif mendapat respons positif, dengan 85 persen responden puas.
Rangga mencatat untuk program dengan kepuasan rendah yang menimbulkan ketidakpuasan publik, seperti, kebijakan mengubah jam masuk sekolah menjadi pukul 06.30 yang hanya mendapat 67,3 persen kepuasan. Program melarang wisuda di tingkat pendidikan TK hingga SMA juga menuai pro-kontra. Meski mayoritas puas mencapai 83,1 persen.
Dapat Dukungan Mayoritas
Pengembangan monorel di wilayah Bandung Raya juga mendapatkan dukungan mayoritas dengan 80,4 persen puas.
"Yang cukup tidak diapreasi dan resisten jam masuk sekolah 06.30 WIB. Kemudian mengaktifkan jalur kereta api tingkat tidak puas itu 20 an persen. Sama juga soal pengembangan monorel di Bandung Raya 15,9 persen tidak puas," ujar Rangga.
Rangga memaparkan terkait kepuasan publik yang mulai menurun ketika menyangkut isu-isu ekonomi dan infrastruktur, seperti, penyediaan transportasi umum hanya meraih 53,5 persen kepuasan, sedangkan pengelolaan sampah juga masih jadi sorotan dengan 58,8 persen tidak puas.
Catatan paling serius muncul pada lapangan kerja dan pengangguran, di mana hanya 31,4 persen warga yang puas, sementara 67,2 persen menyatakan tidak puas.
“Soal lapangan kerja paling kentara. Masyarakat merasa lapangan kerja sangat sempit dan berharap segera diselesaikan. Tingkat kepuasan sangat rendah. Isu kemiskinan pun serupa, dengan 37,9 persen menyatakan puas dan 60,4 persen tidak puas," papar Rangga.
Selain itu, kinerja dalam pemberian bantuan langsung untuk kesejahteraan masyarakat juga dinilai masih kurang maksimal (48,8 persen tidak puas, 50,4 persen puas).
Rangga menjelaskan, metode penelitian survei melalui wawancara tatap muka ini diselenggarakan Litbang Kompas dari tanggal 1–5 Juli 2025. Sebanyak 400 responden dipilih secara acak menggunakan metode pencuplikan sistematis bertingkat di Provinsi Jawa Barat.
"Survei yang dibiayai sepenuhnya oleh Harian Kompas (PT Kompas Media Nusantara). Menggunakan metode pada tingkat kepercayaan 95 persen, _margin of error_ penelitian +/- 4,9 persen dalam kondisi penarikan sampel acak sederhana. Meskipun demikian, kesalahan di luar pemilihan sampel dimungkinkan terjadi," pungkas Rangga.
Editor: Maji