Logo
Seleb

Iwan Fals: Stop Penebangan Hutan 50 Tahun

Iwan Fals: Stop Penebangan Hutan 50 Tahun
Iwan Fals stop penebangan hutan

DARA|Penyanyi lagendaris Iwan Fals merasa prihatin dan turut berbela sungkawa terhadap korban yang meninggal akibat banjir bandang di Aceh, Sumatera Utara (Sumut), dan Sumatera Barat (Sumbar). Ia menilai alam tak bisa semata disalahkan. Banjir bandang ini dipicu terjadinya pembalakan liar oleh sejumlah orang yang tidak bertanggung jawab. Demikian disampaikan Iwan Fals ketika diminta pendapatnya soal banjir bandang yang menimpa Aceh, Sumut, dan Sumbar, di Jakarta, Rabu (10/12).

Menurut penyanyi yang bernama lengkap Virgiawan Listanto ini, pemerintah harus bertindak tegas terhadap perusahaan dan oknum yang terlibat dalam pembalakan liar. "Katanya negara kita negara hukum. Ya,  tegakkan hukum setegak-tegaknya. Hukum seberat-beratnya pelakunya. Jangan ada pandang bulu. Tanpa itu, kejadian akan terus berulang," kata penyanyi yang sangat peduli terdahap lingkungan hidup ini.

Di album perdana Iwan Fals bertajuk *Sarjana Muda*,  Iwan memang menciptakan lagu berjudul *Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak lagi*. Lagu itu bercerita tentang  penggundulan hutan. Dalam lagu itu, Iwan berpesan ke pemerintah bahwa lestarikan hutan hanya celoteh belaka. Rimba yang dulu perkasa, kini tinggal cerita. Bencana erosi selalu datang menghantui. Tanah kering-kerontang banjir datang itu pasti. Isi rimba tak ada tempat berpijak lagi.
Punah dengan sendirinya akibat rakus manusia.

Pesan itu Iwan sampaikan tahun 1980. Itu berarti sudah 45 tahun lalu. Kini, apa yang dikhawatirkan Iwan benar-benar terjadi menimpa Aceh, Sumut, dan Sumbar.
Menurut penyanyi yang selalu menanam pohon sebelum pertunjukan (show), saat ini pemerintah harus bekerja sama dengan masyarakat untuk memulihkan keadaan di Aceh, Sumut, dan sumbar. Harus gotong royong untuk memulihkan keadaan. 

Bagi mereka yang terdampak banjir --- sebagai warga negara --- mereka harus mendapat pertolongan dari pemerintah. "Siapa saja silakan membantu. Tetapi, kehadiran pemerintah sangat dibutuhkan. Para korban banjir juga harus mendapatkan tempat tinggal atau hunian yang layak. Ini sangat dibutuhkan demi kelangsungan hidup mereka", kata Iwan Fals.

Setelah itu, kata Iwan,  harus ada kesepakatan bahwa tidak boleh lagi menebang pohon dimanapun  di Indonesia selama 50 tahun. Bahkan, bila perlu 100 tahun. Kalau ini tidak dilakukan, Iwan khawatir banjir bandang yang lebih besar bisa terjadi lagi.
Ketika ditanya, mengenai undang-undang soal penebangan kayu ini, Iwan berpendapat tentu sudah ada aturannya. Tapi,  banyak yang tidak taat aturan.
Namun, Iwan tetap  berpesan agar Dewan Perwakilan Rakyat mengevaluasi lagi undang-undang tersebut. "Undang-undangnya harus tegas dan diterapkan tanpa pandang bulu," kata Iwan yang pernah menciptakan lagu Tanam-tanam ayo kita menanam pohon.  "Ya, mari kita menanam pohon, dengan jenis pohon yang khas di daerah masing-masing," sambung Iwan.

Sementara itu, koordinator Forum Wartawan Kebangsaan Raja Parlindungan Pane mengatakan, perlu ada badan yang dibentuk pemerintah untuk memulihkan keadaan pasca banjir. Badan ini akan bekerja secara cepat dan tepat untuk memulihkan perekonomian, pendidikan, sosial, dan tentu saja untuk pembanguan infrastruktur yang hancur tersapu banjir.
Raja berpendapat penanganan bencana berskala besar di Pulau  Sumatera membutuhkan badan khusus yang fokus menangani kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi.

"Presiden Prabowo perlu membentuk Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Bencana Aceh, Sumut dan Sumbar," kata Raja Pane mengimbau pemerintah.