Komoditi Perkebunan Indonesia Dipastikan Memiliki Daya Saing Kuat di Pasar Global

Nursery Batang tidak hanya menghasilkan benih unggul, tetapi juga menjaga kemurnian varietas dan pelestarian sumber daya genetik. Kami memiliki tiga kebun induk seluas enam hektar dengan varietas Pandang Wangi, Genjah Entog Kebumen, dan Kelapa Dalam Bido. Penanaman sudah dimulai Desember 2023 dan kami optimis mampu memenuhi kebutuhan benih berkualitas secara berkelanjutan
____________________________________________________________________________________________________________________________
DARA I Komoditi industri pertanian Indonesia terutama di komoditi perkebunan dipastikan bakal memiliki daya saing kuat di pasar global. Namun untuk mewujudkan itu perlu adanya penguatan baik dari sisi bibit maupun manjemen taninya.
Karena itu Kementerian Pertanian (Kementan) memperkuat sektor perkebunan dari hulu hingga hilir, mulai dari benih kelapa unggul, revitalisasi gula tebu, hingga ekspor gula kelapa kristal. Upaya ini menjadi strategi penting untuk meningkatkan nilai tambah dan memperkuat daya saing global.
Plt. Direktur Jenderal Perkebunan, Abdul Roni Angkat, menyatakan keberadaan Nursery Batang menjadi salah satu kunci untuk memastikan ketersediaan benih kelapa bermutu.
“Nursery Batang tidak hanya menghasilkan benih unggul, tetapi juga menjaga kemurnian varietas dan pelestarian sumber daya genetik. Kami memiliki tiga kebun induk seluas enam hektar dengan varietas Pandang Wangi, Genjah Entog Kebumen, dan Kelapa Dalam Bido. Penanaman sudah dimulai Desember 2023 dan kami optimis mampu memenuhi kebutuhan benih berkualitas secara berkelanjutan,” ujar Roni saat meninjau Nursery Batang, Pabrik Gula Sragi di Pekalongan, serta unit usaha eksportir gula kelapa kristal organik di Banyumas, awal pekan ini.
Nursery di Desa Beji, Kecamatan Tulis, Batang ini dibangun tahun 2021 dan mulai produksi pada 2022. Hingga kini sudah dihasilkan 120.000 batang benih kelapa, 71.122 batang di antaranya bersertifikat dan 58.903 batang telah disalurkan ke petani
Kecuali itu, Roni dan robongan Kementan juga meninjau Pabrik Gula Sragi, Pekalongan, yang berperan penting menyerap tebu petani, menjaga pasokan gula, dan mendukung peningkatan produktivitas.
“Revitalisasi pabrik gula dan pendampingan petani tebu menjadi prioritas Kementan. Dengan sinergi ini, kami berharap dapat meningkatkan rendemen tebu, memperkuat posisi petani, serta mempercepat pencapaian target swasembada gula konsumsi,” jelas Roni.
Di hilir, lanjut Roni, Kementan mendorong pemberdayaan petani gula kelapa kristal di Desa Pageraji, Banyumas. Desa ini mengalami transformasi besar dalam lima tahun terakhir melalui inisiatif pemuda membentuk Java Agro Mandiri (JAVARI) pada 2018 sebagai unit pemasaran dan Koperasi Abhinaya Karya Mandiri (BHINARI) pada 2023 sebagai kelembagaan petani.
Saat ini dijelaskan, 490 kepala keluarga petani sudah bergabung menjadi anggota koperasi. Dengan pendampingan dan penerapan standar organik internasional, produk gula kelapa kristal Pageraji berhasil diekspor ke lebih dari tujuh negara yaitu Australia, Afrika Selatan, Spanyol, Yunani, Hungaria, Ceko, dan Malaysia, dengan rata-rata 80 ton per bulan.
“Kami mendukung upaya Koperasi BHINARI dalam meningkatkan standar produksi dan pemberdayaan petani seperti yang dilakukan komunitas Pageraji. Langkah ini penting untuk memperkuat posisi petani gula kelapa dalam rantai pasok global, mengurangi kemiskinan ekstrem, dan mendorong kesejahteraan masyarakat desa. Produk Pageraji kini bahkan telah memenuhi standar Uni Eropa dan Amerika Serikat,” tambah Roni.
Dalam berbagai kesempatan, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyampaikan apresiasi tinggi atas sinergi kuat antara pemerintah, petani, pabrik gula, dan pelaku usaha yang berhasil mendorong transformasi ekonomi desa sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani.
“Ini perintah langsung dari Bapak Presiden. Kita harus segera swasembada gula konsumsi. Maksimal 2030, kita benar-benar harus mandiri,” tegas Mentan Amran.
Ia berharap keberhasilan ini menjadi contoh inspiratif bagi daerah lain. Model sinergi antara pemerintah, koperasi, dan komunitas lokal diyakini mampu melahirkan produk perkebunan bernilai tambah, berdaya saing tinggi, sekaligus memperluas pasar ekspor.