Sekuler, Remang Remang

Senin, 23 Mei 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi : dara.co.id

Ilustrasi : dara.co.id

Ada rasa kaget,  berbincang dengan kawan lama saat di sekolah menengah dulu. Seusai acara temu kangen dengan kawan kawan di SMA kami berdua satu mobil terjebak macet di sebuah jalan provinsi yang menghubungkan satu titik daerah dengan daerah yang melegenda soal produksi teh.

Kawan saya yang kini menjadi pengajar Ilmu Hukum (Tata Negara) di beberapa perguruan tinggi itu menyatakan perundang-undangan yang kini ada acak kadut.

Namun di lain sisi saya lega. Sebab kawan ini masih memiliki optimistis keacakadutan itu masih bisa diperbaiki sehingga bangsa dan negara ini masih jauh dari kata hancur.

Dari sekian banyak obrolan yang bersifat pernyataan dan opini dirinya,  saya menangkap kesan yang membuat saya kaget yaitu republik ini mengarah pada sekuler.

Ini  karena republik ini bukanlah negara agama. Karena itu  kekuasaan agama dibedakan dari kekuasaan negara.

Kemudian rasa bingung muncul sebab selama ini status negara ini apa? Tampaknya enggan membicarakannya.

Keengganan untuk membicarakan status negara yang tidak jelas itu tentu ada sebabnya. Takut menimbulkan kerawanan, politik, sosial ekonomi atau aspek lainya yang menjadi elemen kehidupan berbangsa bernegara?

Namun pada kondisi faktual tanda tanda penggiringan ke arah sekulerisme muncul di berbagai platform media sosial Itu adanya gerakan yang seolah olah menciptakondisi islamphobia.

Mungkinkah Indonesia menjadi negara agama? Tidak, sebab di republik ini tumbuh berbagai agama sudah sejak ratusan tahun. Tapi mengapa kalau benar, ada gerakan yang menciptakan kondisi islamphobia.

Negara sekuler? Tidak juga, sebab masyarakat kita sudah sangat faham Pancasila yang menempatkan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai sila pertama.

Suka ataupun tidak kalau saja negara ini mengarah pada negara sekuler bagi yang memikirkannya sangat membingungkan untuk difahami.

Alasanya secara tersirat maupun tersurat  negara kita mengakui legitimasi peranan agama dalam kehidupan masyarakat, dan bahkan ada di jalur pemerintahan.

Daripada bingung memahami, kita coba mengkilas baca landasan formal kehidupan bernegara yang memang tidak menetapkan salah satu agama sebagai salah satu unsur ramuan dalam kegiatan pemerintahan.

Bahkan kini peranan pemerintah itu ada lebih kongkret dilaksanakan. Kata lain, secara eksplisit Pancasila tidak menyebutkan landasan keagamaan dalam kehidupan bernegara, tetapi secara implisit ia mendukung pemerintahan yang menunjang kehidupan beragama.

Sudah tentu awampun akan mampu memahami status negara itu dari sudut yang ‘samar tetapi jelas. Ini sudah teratur dan diatur oleh sudut sudut mekanisme pembagian kekuasaan. Negara harus diurus oleh negara, yang agama diurus oleh lembaga keagamaan.

Nah jadi saat itu disimpulkan pada kewenangan antara mana yang dibidangi negara dan mana yang dibidangi lembaga keagamaan sendiri berarti itu negara sekuler.

Memahami soal ini saya memastikan banyak yang naik pitam. Sebab, Bagaimana mungkin Indonesia bisa menjadi negara sekuler.

Apa mungkin?  Kata kawan saya itu, masalahnya sederhana saja jika kehidupan konstitusional rapuh maka suka ataupun tidak itu akan terjadi. Maka ideologi negara dan Undang-Undang Dasar, harus dikuatkan kembali dengan penjelasan yang harus difahami secara merata di seluruh lapisan masyarakat.

Jangan ada ketidaksamaan pendapat orang tentang batas-batas kegiatan pemerintah di bidang keagamaan.

Wal hasil  kini diperlukan upaya untuk terus menerus mengamati perkembangan keadaan, sambil mencoba mendorong diskusi yang memperjelas permasalahan dan pengertian tentang negara sekuler itu.

Ini dipastikan akan memperluas dan bertambahnya kemampuan masyarakat untuk mempermasalahkannya tanpa mengakibatkan keributan.

Lalu lintaspun seakan bertambah macet. Kebingungan dan kemacetan lalu lintaspun sirna seketika, saat audio Diana Sastra melantunkan lagu Remang remang dalam irama Tarling khas Cerbonan.

Remang remang sepanjang jalan Pantura

Gadis manis pada midang pinggir dalan

Jare seneng wis bisa bantu wong tua

Kadang nangis urip mengkenen sampai kapan

Jadi kalau begitu negara sekuler remang remang!

 

Berita Terkait

Begini Komentar Kluivert dan Jay Idzes Saat Diundang Makan Presiden Prabowo
Libur Hari Raya Idul Adha, Tiket Whoosh Tembus 16 Ribu hingga Sabtu Sore
Polres Garut Kembali Ungkap Kasus Peredaran Tembakau Sintetis, Seorang Oknum Mahasiswa Diamankan
Ketua PP Muhammadiyah Anwar Abbas: Dana Haji Sebaiknya Tetap Dikelola BPKH
KDM Resmi Terapkan E-Budgeting dan E-Voting di Desa
Oknum Imam Masjid di Garut Diciduk Polisi, Diduga Sodomi 10 Anak Dibawah Umur
Cek Disini, Hasil Survei Tingkat Kepuasan Masyarakat terhadap Kinerja Bupati Bandung
Ekspresi Seni Ratusan Pelajar di Ruang Publik “Warna untuk Bumi” Ingkatkan Kita pada Krisis Iklim
Berita ini 9 kali dibaca

Berita Terkait

Sabtu, 7 Juni 2025 - 18:25 WIB

Begini Komentar Kluivert dan Jay Idzes Saat Diundang Makan Presiden Prabowo

Sabtu, 7 Juni 2025 - 18:09 WIB

Libur Hari Raya Idul Adha, Tiket Whoosh Tembus 16 Ribu hingga Sabtu Sore

Jumat, 6 Juni 2025 - 11:09 WIB

Ketua PP Muhammadiyah Anwar Abbas: Dana Haji Sebaiknya Tetap Dikelola BPKH

Selasa, 3 Juni 2025 - 23:36 WIB

KDM Resmi Terapkan E-Budgeting dan E-Voting di Desa

Senin, 2 Juni 2025 - 22:11 WIB

Oknum Imam Masjid di Garut Diciduk Polisi, Diduga Sodomi 10 Anak Dibawah Umur

Berita Terbaru

OLAHRAGA

MATCHDAY PAMUNGKAS Romeny dan “Kemarahan” Jepang

Senin, 9 Jun 2025 - 12:19 WIB

OLAHRAGA

PRA-PIALA DUNIA Menatap Jepang, Menatap Teluk

Sabtu, 7 Jun 2025 - 20:27 WIB