OLEH: Sabpri Piliang
WARTAWAN SENIOR
“RUBAH GURUN”! Jenderal Jerman Erwin Rommel! Menyukai situasi berantakan, “dying” (sekarat)!
Bertaktik inovatif dalam “Perang Dunia II, di Afrika Utara. “Si Rubah” (sang jenderal), sangat “expert” merancang serangan mendadak. Sulit adalah cerdas!
Kekacauan, keterdesakan, situasi sulit “Sang Rubah”. Pun, kini dialami Hamas! Dua pimpinan “veteran” 7 Oktober 2023, bertindak cepat. Menggetarkan dan membalikkan optimistis Israel.
Laiknya “Sang Rubah”, Jenderal Rommel. “Sang Hantu”, julukan pengendali Hamas kini (Izzudin Al Haddad) muncul dari dalam puing berbentuk lubang. Menyergap IDF!
Izzuddin Al Haddad dan Raed Saad, dua sisa komandan “inti” Hamas yang kini menggerakkan pertempuran gerilya! Merupakan tokoh lapis kesekian Hamas. Setelah “nukleus” Hamas, habis!
“Nukleus”, atau “inti sel”, yang merupakan ‘organel’ pusat kendali tempur Hamas (Izzedin Al Qassam) di “Banjir Al Aqso” : Mohammad Deif, Marwan Issa, Mohammad Sinwar, Mohammad Shabana, telah “habis”.
Sebagai “genetik tempur” Izzedin Al Qassam, mestinya Hamas telah menyerah! Mengikuti kehendak’negosiator’ Israel: Hamas “exile” ke luar Gaza, dan lucuti senjata. Kondisi terbalik!
Serangan tak terduga Hamas pada tujuh tentara IDF (tewas) di 25 Juni, lalu “membakar” lima IDF (7 Juli), dan kembali menyergap tewas tiga prajurit Israel (14 Juli). Menjadi “question mark”?
Betulkah Hamas telah habis, seperti pemberitaan media-media Israel: “Yedioth Ahronoth”, “Jerusalem Post”, dan “Time of Israel”?
Keberadaan Komandan lapangan sayap militer Hamas, Izzedin Al Qassam: Hussein Fayyad dan Haitham al-Hawajri. Bersama dengan dua tokoh puncaknya, Izzudin Al Haddad dan Raed Saad, telah merancang unit-unit kecil penyergap pasukan IDF.
Ada saja kekeliruan intelejen Israel terhadap kematian pimpinan Izzedin Al Qassam. Meskipun ada yang akurat. Menurut “Yehdiot Ahronot” (15/2): Haitham dan Hussen yang dikabarkan terbunuh, ternyata masih hidup!
Al Haddad yang kini memimpin penyergapan IDF dari balik puing-puing. Membuat lubang-lubang penyergapan! Dia sesungguhnya bukanlah penerus natural Hamas.
“Sang Hantu” (julukan Haddad), saat ini adalah pemilik “Hak Veto” setuju atau tidak setuju dengan skema perundingan dengan Israel. Haddad-lah tempat bertanya bagi Kepala Biro Politik Senior Hamas di “pengasingan”, Khalil Al Hayya.
Izzudin Al Haddad, tidaklah sekuat dan se-kharismatik, mendiang Mohammad Sinwar atau Ahmed Randor!
Namun, dalam kekosongan yang dihasilkan dari perang. Haddad telah menjelma menjadi komandan utama Izzedin Al Qassam (sayap militer Hamas) di lapangan yang kuat.
Pengalaman tempurnya yang mumpuni. Menyerang dan menewaskan lima tentara IDF (2014), menjadikan “bias kognitif” bagi Israel. Bila menganggap Hamas saat ini telah lemah.
Kekeliruan berpikir Israel, bahwa 80 persen Gaza telah ditaklukkan. Terbukti salah! Disergap dan tewasnya sekitar 45 IDF (Maret-Juli) memperlihatkan, Hamas semakin menemukan cara “menggulung” IDF, di tengah “sekarat” yang disebut Israel.
Bias Kognitif adalah kesalahan yang sering muncul dalam cara berpikir. Khasanah memperjuangkan kemerdekaan, berbeda dengan nuansa pendudukan.
Pakar Sudi Palestina di Pusat Moshe Dayan Universitas Tel Aviv (Israel) Dr. Michael Milshtein, seperti dikutip Yedioth Ahronoth (15/7) menyebut.
“Asumsi Israel bahwa Hamas berada diambang kehancuran! Belum terbukti! Kekuatan Hamas dan strategi (taktik) yang terus berkembang saat ini. Sudah waktunya dievaluasi oleh Israel”.
“Sang Hantu”, meniru “Rubah Gurun”, menyukai medan tempur yang rusak seperti Gaza! Gaza bisa menjadi kuburan bagi tentara pendudukan!