OLEH: Sabpri Piliang
WARTAWAN SENIOR
EFEK DUNNING-Kruger! “Semakin bodoh! Semakin Anda yakin bahwa Anda tidak bodoh!
Banyak yang berpikir! Apakah keputusan AS, yang “terjebak” membom Iran. Sebagai tindakan keliru? Tindakan ‘bias’!
Siapakah yang “menjebak” AS? PM Israel Benyamin Netanyahu? Banyak yang menduga, Netanyahu telah mempengaruhi Donald Trump secara dominan!
David Dunning dan Justin Kruger, peneliti psikologi Cornell University, dalam buku “The Death of Expertise” (Tom Nichols, Oxford University Press, 2017) menyebutkan. Bisa jadi seseorang (baca: Donald Trump), salah dalam menyimpulkan (baca: pengayaan nuklir Iran).
Pilihan membom pengayaan nuklir Iran, telah dan akan berdampak luas. Secara geopolitik, terlebih secara ekonomi. Iran, sudah “nothing to lose”.
Meski Direktur intelejen AS, Tulsi Gabbard dan penasehat kepercayaannya Steve Bannon, sebelumnya sudah mengingatkan! Pengayaan uranium Iran tidak sejauh, tidak agresif, tidak seberbahaya yang di-argumentatif-kan!
“Nasi sudah jadi bubur”! Iran tidak lagi tertarik, tidak lagi mempercayai “perdamaian” ala Trump. Dua kali berjanji! Memberi tenggat 60 hari pertemuan Oman, lalu dua minggu limit waktu ikut Israel atau tidak! Keduanya diingkari Trump!
Lucu! Setelah membom situs nuklir Iran (Fordow), AS meminta Iran ke meja perundingan! Meminta rakyat Iran menggulingkan pemerintahnya.
Iran bukanlah Hamas! Iran bukan pula Gaza yang luasnya tidak sampai 400 kilometer persegi. Luas Iran 1,6 juta km persegi. Ceroboh!
Sebentar lagi! Pertumbuhan ekonomi global akan “lintang pukang” (melangkah mundur). Sebagai dampak keikutsertaan langsung AS di “barisan” Israel, dalam konteks “merusak” Iran.
Bersiap-siap! Mungkin bias-nya akan ke Indonesia, China, Singapura, juga 10.000 tentara AS di Qatar (Teluk).
Dampak sekunder ekonomi, akan dialami oleh negara-negara Teluk (sekutu AS): Bahrain, Qatar, Uni Arab Emirat (UAE), beserta Oman, dan Kuwait. Mereka juga menjadi sasaran empuk milisi fundamentalis, atau militer Iran!
Pangkalan militer AS, Al-Dhafra (UAE), Al-Asad (Irak), dan Al-Udeid (Qatar), akan menjadi target “sejengkal”, yang mudah dan cepat bagi Iran.
Lalu, dampak ‘tersier’? Bagi negara-negara importir “crude oil” (minyak mentah) pasti terasa! Negara teluk, mengirimkan 17 juta barel per hari (bph) untuk konsumsi dunia, melalui Selat Hormuz yang dikuasai Iran.
Parlemen Iran, pasca pengeboman AS telah bulat memutuskan! Menutup Selat Hormuz! Tinggal menunggu pengesahan Dewan Tertinggi yang di dalamnya termasuk Ayatollah Ali Khamenei.
Keputusan final menutup Selat (Hormuz) sepanjang 176 kilometer (lebar fluktuatif paling sempit 20 km) akan mengguncang “rantai” pasok minyak dunia. Lebih jauh lagi, terjadi inflasi, sebagai akibat kenaikan harga yang signifikan.
Betul! Kenaikan harga minyak melonjak di tataran ‘gradual’. Sehari setelah serangan (Minggu malam, 22/6), harga minyak naik lebih dari 5 persen ke USD 81,40 (60,58£/poundsterling).
Belum finalnya penutupan Selat Hormuz. Yang juga membawa separuh (50 persen) pasokan gas alam cair (LNG) dari Qatar, cukup “mendinginkan” harga “crude oil” jenis ‘Brent’ ke USD 77,94 per barel (satu barel setara 158,98 liter).
“Warning”! Bila keputusan sudah di stempel Ayatollah Ali Khamenei dan anggota Dewan Tinggi lainnya. Maka, sah, secara resmi Selat Hormuz ditutup oleh Iran!
Apa yang terjadi beberapa jam setelahnya! Bank Investasi Goldman Sachs (AS) memperkirakan. Bila, “crude oil” (minyak mentah), hanya separuhnya saja yang bisa melewati Selat Hormuz (dari 17 juta bph). Maka, harga minyak akan berada di angka USD 110 per barel.
Iran, tentu akan melakukan “random sampling”, dengan tetap membolehkan kapal tanker China lewat. China adalah pemesan minyak Iran terbesar.
Namun, seandainya Iran lebih inklusif menutup Selat Hormuz. Maka, harga minyak tidak berhenti di angka USD 110 per barel. Dunia pasti makin kacau!
Bila, penutupan Selat Hormuz dilakukan melebihi waktu sebulan, katakanlah hingga 11-12 bulan. Harga USD 110, akan ditambah 10 persen lagi. Sehingga harga minyak mentah menjadi USD 120 persen per barel.
AS, dan Eropa, mulai panik! Selat Hormuz sama dahsyatnya dengan bom nuklir yang diledakkan. Bahkan lebih “membunuh secara perlahan”, peradaban dan ‘pranata’ ekonomi.
Dalam “hati kecil”, masyarakat Eropa dan AS. Netanyahu adalah “biang keroknya”. Menjebloskan dan menjebak AS, untuk apa yang dikatakan Vladimir Putin, sebagai “agresi yang tak perlu”! Tak punya alasan mendesak!
Kepanikan itu tercermin dari statemen Menlu AS, Marco Rubio. Juga ungkapan Direktur IMF Kristalina Georgieva.
Rubio meminta sahabat Iran (China dan Rusia), agar menggunakan pengaruhnya. Mendesak Iran untuk tidak menutup Selat Hormuz. Itu bunuh diri bagi Iran! Pertumbuhan ekonomi akan rusak! Kata Direktur IMF.
Selat Hormuz adalah “risiko ekonomi” yang luput dari pertimbangan Donald Trump! Luput dari pertimbangan Eropa! Padahal sudah diingatkan Gabbard dan Bannon!
“Syahwat” menghajar Iran, apalagi langsung oleh AS. Adalah katalisator! Menjadikan Israel berani kepada siapa pun. AS menjaga “pintu rumah” Israel! AS selalu ada, saat Israel membutuhkan!
Adidaya ini telah menghukum Iran! Iran, pun akan menghukum AS (baca: sekutu Eropa-nya). Saya teringat kembali “hukum” dan efek Dunning-Kruger!
“Semakin bodoh! Semakin Anda yakin bawa Anda tidak bodoh! Apakah ikut membom Iran adalah satu kekeliruan?
Konflik akan semakin panas! Iran sudah tak ingin lagi berdamai! Pangkalan militer AS (Al Udeid) di Qatar, pun digempur rudal balistik Iran semalam. Bahrain, Kuwait mulai bersiap!
Namun, serangan simbolik Iran dengan terlebih dahulu memberi tahu Qatar. Telah merubah arah angin! Harga “crude oil” langsung anjlok 7 persen ke USD 68,51 (The Guardian, 24/6).
Selang sejenak, Presiden AS Donald Trump mengumumkan! “Perang 12 Hari” Iran-Israel dianggap selesai. Kedua belah pihak sepakat melakukan gencatan senjata.
Selat Hormuz akan bekerja dengan caranya sendiri! Iran telah lama bersiap, untuk perang besar melawan Israel-AS!
Namun, AS-Israel, juga Iran tetap membuat kalkulasi untung-rugi! Tarik-ulur seperti “layangan” adalah satu keniscayaan!