PROBABILITAS MESHAAL Momentum Kematian Haniyeh

Jumat, 2 Agustus 2024

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

OLEH: Sabpri Piliang
WARTAWAN SENIOR

Tak sedikit pun ada kekhawatiran di tubuh Hamas (Harakatul Al- Muqawama al-Islamiyya). Terbiasa kehilangan banyak kader-kadernya, dan umumnya tewas lewat Operasi militer Israel. Hamas dengan cepat mampu melakukan ‘recovery’. Kaderisasinya kuat, karena Hamas adalah ideologi. Bukan semata organisasi.
Hamas sadar betul. Hampir semua pemimpinnya diincar. Jadi target Operasi (TO). Sebagian di antara mereka. Pendiri Hamas Sheikh Ahmad Yassin, Abdel Aziz al-Rantisi, Saleh Al-Aroury, dan terakhir Ismail Haniya berhasil “dihabisi” di Teheran, akhir Juli lalu.
Beberapa lainnya, Kepala sayap militer Hamas, Izzeddin Al Qassam, Mohammad Deif, Khaled Meshaal, Mahmoud Zahar, selamat dengan cara yang berbeda. Deif yang digelari Israel “Kucing dengan sembilan nyawa”, hingga Oktober 2023, setidaknya telah selamat dari tujuh upaya pembunuhan. Disebut demikian, karena “presisi” serangan Israel ke pimpinan Hamas, jarang gagal (meleset).
Dilahirkan di ‘kamp’ Pengungsi Khan Younis/Gaza (1965), Deif disebut-sebut oleh kalangan Israel telah terbunuh dalam pengeboman 13 Juli 2024 di Khan Younis. Biasanya, pihak Hamas akan memberi ‘statement’. Namun, sejauh ini. Belum ada “declared”, tentang terbunuhnya Deif.
Meskipun begitu, Mohammad Deif yang keluarganya terusir dari rumahnya setelah peristiwa ‘Nakhba’ (1948), masih sempat meraih gelar sarjana kimia di Universitas Islam Gaza. Dia disebut-sebut oleh pihak Israel, sebagai “perencana” serangan “Banjir Al Aqsa” (7 Oktober 2023).
Mohammed Al-Masri, yang kemudian dipanggil Mohammad Deif, sosok cerdas ini bergabung dengan Hamas tahun 1987. Hanya beberapa minggu setelah Hamas didirikan oleh Sheikh Ahmad Yassin.
Nama “Deif” yang dalam bahasa Arab berarti “tamu Allah” inilah, tahun 2002 (saat mengepalai Izzeddin Al Qassam), mengubah format Izzeddin Al Qassam, dari ‘sel amatir’, menjadi unit militer terorganisir. Deif yang kehilangan isteri-anak (2014), saat serangan Israel ke rumahnya, adalah ‘arsitek’ pembangunan ‘labirin’ terowongan di bawah Gaza yang sangat merepotkan Israel. Dia pulalah yang merancang serangan roket dan “Perang Terowongan”, dengan pihak Zionis.
Klaim militer Israel tentang kematian Mohammad Deif (sehari setelah Kepala Biro Politik Hamas, Ismail Haniyah terbunuh), dibantah oleh Izzat al-Rashq (anggota Hamas). “Menyangkal kesyahidan Deif,”katanya, seperti dikutip “Al Jazeera”.
Parburuan terhadap pimpinan Hamas, terus berlangsung. Setidaknya, 10 pimpinan Hamas telah terbunuh: Saleh Al-Aroury (Lebanon, Januari 2024), Hasan Akasha (tewas di Suriah), Yahya Ayyash (Komandan Izzeddin Al Qassam di Tepi Barat), Saleh Shehadeh (Pemimpin Brigade Al Qassam. Tewas bersama seluruh keluarganya oleh Bom Israel), Adnan Al-Ghoul (dirudal saat dalam mobil), Mahmoud Al-Mahbouh (Kepala Logistik Hamas, tewas di Hotel 2010),
Yang paling miris adalah Abdel Aziz Al-Rantisi (pimpinan Hamas). Hanya beberapa bulan setelah menggantikan Sheikh Ahmad Yassin (tewas 2004, dengan rudal ‘Helfire’ yang ditembakkan dari Heli Apache), Rantisi tewas. Lalu, Emad Akel (ditemukan intelejen Israel dan dibunuh dalam usia 22 tahun), dan terakhir Ismail Haniyeh (Kepala Biro Politik Hamas). Tewas di Teheran, di rudal jam 02.00, setelah menghadiri pelantikan Presiden Iran Masoud Pezeshkian.
Hingga hari ini, belum ada pemberitaan resmi dari Hamas, siapa yang akan menggantikan tokoh kharismatik dan simpatik Ismail Haniyeh. Meskipun, nama Khaled Meshaal (pernah di posisi Ismail Haniyeh: 1997-2017), menjadi calon kuat. Namun tetap menunggu rapat Dewan Syura.
Meshaal (68 tahun), memang tokoh populer dan punya kemampuan diplomatik mumpuni. Pengalamannya, tentu dibutuhkan saat isu Palestina (sejak 7 Oktober) mencuat kembali ke permukaan.
Ada satu tokoh lagi, sebagai calon kuat dan disukai Iran: Khalil al-Hayya. Sosok diplomatis ini, sepertinya akan bersaing dengan Meshaal. Namun, sesungguhnya yang dibutuhkan oleh bangsa Palestina saat ini adalah kepastian.
Kepastian, untuk mengangkat kembali isu kemerdekaan Palestina yang telah lama tenggelam, dan ditenggelamkan, jauh lebih penting. Siapa pun nanti yang ditunjuk oleh Dewan Syura: Meshaal, Hayya, Sinwar, Mahmoud Zahar, Marzouk, atau Deif (bila masih hidup) . Momentumnya kini sudah ada.
Isu kemerdekaan Palestina memang hilang di telan awan. Sejak peristiwa “Arab Spring” (2010-2012) yang “menyapu” seluruh jazirah Arab, dan menewaskan tokoh vokal Arab (Moammar Khadafi/Libya); tergulingnya Pemerintahan: Hosni Mobarak (Mesir), Ali Abdullah Saleh (Yaman), Ben Ali (Tunisia); serta pemberontakan, reformasi konstitusi dan gelombang protes di: Suriah, Bahrain, Kuwait, Lebanon, Oman, Maroko, Yordania, Mauritania, dan Sudan.
Dalam situasi ini, Israel yang cekatan, mendekati negara-negara Dewan Kerjasama Teluk (GCG). Lalu membuka hubungan diplomatik. Isu Palestina pun menjadi tak penting lagi, dan ter-eliminasi. Israel berhasil meredam, lalu mendiamkan ‘isu’ Palestina. Negara-negara teluk (Gulf) pun, ikut hanyut terbawa skenario Israel. Palestina frustrasi, dan bentuknya adalah peristiwa 7 Oktober 2023 (serangan Hamas).
Sudah 75 tahun, sejak “Deklarasi Balfour” dan peristiwa ‘Nakhba’, bangsa Palestina tercerai berai dalam diaspora. Sudah jutaan cerita tentang kematian rakyat dan pemimpin Palestina dengan berbagai cara.
Kematian Haniyeh, dan eksistensi Khaled Meshaal, saat ini menjadi momentum. Demi kepentingan strategis, Khaled Meshal adalah pilihan tepat. Sementara, kepergian Ismail Haniyeh, adalah bagian dari proses menuju Kemerdekaan Palestina.
“Jangan berduka. Apa pun yang hilang darimu, akan kembali lagi dalam wujud lain (Jalaluddin Rumi, Filsuf Iran: 1207-1273).

Berita Terkait

PROGRAM NUKLIR IRAN dari Konstanta, ke Percepatan
PERANG TELUK “Efek Dunning”, dan Blokade Hormuz
INKLUSIFITAS PERANG “Post-fact”! AS dan Isolasionis
KALKULASI SEKUTU ZIONIS Bila Israel “Menghabisi” Khamenei!
GEOPOLITIK TIMTENG Rusia, antara Iran dan Ukraina
ANCAMAN KRISIS GLOBAL Eskalasi Israel-Iran Makin Dalam
Menjadi KDM: Fenomena Imitasi Gaya Kepemimpinan di Jawa Barat
BENCANA GAZA “Nekropolitik” dan “De-Humanisasi”
Berita ini 28 kali dibaca

Berita Terkait

Rabu, 25 Juni 2025 - 15:15 WIB

PROGRAM NUKLIR IRAN dari Konstanta, ke Percepatan

Selasa, 24 Juni 2025 - 13:48 WIB

PERANG TELUK “Efek Dunning”, dan Blokade Hormuz

Senin, 23 Juni 2025 - 08:16 WIB

INKLUSIFITAS PERANG “Post-fact”! AS dan Isolasionis

Sabtu, 21 Juni 2025 - 01:55 WIB

KALKULASI SEKUTU ZIONIS Bila Israel “Menghabisi” Khamenei!

Kamis, 19 Juni 2025 - 15:02 WIB

GEOPOLITIK TIMTENG Rusia, antara Iran dan Ukraina

Berita Terbaru

JABAR

Satu Keluarga Tewas Tertimbun Longsor di Cisewu Garut

Kamis, 26 Jun 2025 - 17:29 WIB

Foto: Istimewa

BANDUNG UPDATE

Pemdaprov Jabar dan TNI AD Teken Komitmen Bersama, Ini Isinya

Kamis, 26 Jun 2025 - 17:18 WIB

Foto: Istimewa

BANDUNG UPDATE

PWI Jabar Dukung Kongres Persatuan

Rabu, 25 Jun 2025 - 19:42 WIB