“Tapi ini kebanggaan karena masjid Sumbar diakui sebagai salah satu karya arsitektur terbaik di dunia,” ungkapnya.
DARA- Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil kembali mendapat apresiasi lembaga internasional. Kali ini karya kolektifnya mendapat penghargaan internasional secara kolektif dari Al Fozan Award for Mosque Architecture. Penghargaan itu diberikan kepada tim arsitektur bangunan masjid terbaik, yaitu Masjid Raya Padang Sumatera Barat.
Penghargaan tersebut diberikan kepada Rizal Muslimin sebagai principal architect, tim arsitek PT Urbane, dimana Ridwan Kamil menjadi salah satu pendirinya, dan PT Penta Rekayasa sebagai penyusun DED.
“Jadi yang mendapat penghargaan itu ada tiga kategori. Satu arsitek pemenang sayembara namanya Kang Rizal Muslimin arsitek saya dulu yang di backup oleh kantor saya, namanya Urbane Indonesia
dan PT Penta yang menggambar teknisnya gitu ya,” kata Emil, sapaan akrabnya, di Bandung, Rabu (22/12/2021).
Emil mengaku terkesan dengan apresiasi dari lembaga internasional. Hal ini, kata Emil, membuktikan jika karya anak bangsa mulai diakui dunia.
Pengharagaan untuk Emil diterima oleh Konsulat Jendral RI di Jeddah. Emil mengaku tak bisa hadir lantaran waktu karantina yang terlalu lama.
“Tapi ini kebanggaan karena masjid Sumbar diakui sebagai salah satu karya arsitektur terbaik di dunia,” ungkapnya.
“Karena kerepotan proses terbang ke Saudi nya, khususnya saya karena harus karantina 5 hari pulangnya 10 hari sangat tidak memungkinkan akhirnya diwakili oleh Konjen RI di jeddah kira-kira begitu,” lanjut Emil.
Filosilofi Desain
Sementara itu, Principal Urbane Indonesia Reza Achmed Nurtjahja mengatakan pihaknya dihubungi oleh panitia dari Abdullatif Al Fozan Award dan diminta untuk mengirimkan desain masjid yang telah dibangun dari tahun 2010.
“Kami dikontak oleh panitia dan diminta menyerahkan desain Masjid dari tahun 2010. Mungkin mereka pernah melihat artikel yang membahas masjid Al Irsyad di sebuah majalah arsitektur Asia,” kata Reza.
Reza dan timnya kemudian mengirimkan sembilan desain masjid yang pernah dikerjakan dan 3 diantaranya berhasil menjadi nominator bersama 27 karya lainnya.
“Dari 200an desain dipilih 27 dengan konteks kategorinya yang berbeda-beda. Desain gambar kerjanya dikerjakan oleh konsultan lain karena merupakan proyek pemerintah daerah,” ujar Reza.
Untuk desain atap Masjid Raya Sumbar, Reza menuturkan bentuknya bukan semata-mata menduplikasi model atap bangunan lokal melainkan terinspirasi dari peristiwa peletakan batu Hajar Aswad oleh Nabi Muhammad.
Filosofi desain tersebut menggambarkan bentuk bentangan kain yang digunakan untuk mengusung batu. Ketika itu empat kabilah suku Quraisy berselisih pendapat mengenai siapa yang berhak memindahkan batu Hajar Aswad ke tempatnya semula.
Nabi Muhammad kemudian membentangkan selembar kain dan meletakkan batu tersebut sehingga dapat diusung bersama oleh setiap perwakilan.
“Jadi bentuknya seperti kain terus dibentangkan. Filosofinya berarti keadilan dan tidak ada yang menang sendiri,” jelas Reza.
Sekadar diketahui, Abdullatif Al Fozan Award for Mosque Architecture merupakan organisasi non-profit yang didirikan 2011 dengan fokus utama menyoroti karya arsitektur bangunan masjid di seluruh dunia.
Editor : Maji