Waspadai Musim Hujan dan Banjir!!! Leptospirosis Diam-diam Mematikan

Minggu, 14 Januari 2024

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi (Foto: Istimewa)

Ilustrasi (Foto: Istimewa)

Selain masalah air yang meluap, ada yang perlu juga diwaspadai dampak dari banjir.

DARA | Berikut beberapa poin yang perlu diwaspadai dalam menghadapi banjir ini, seperti dikutip dari situs resmi kemenkes, Minggu (14/1/2024):

1.Leptospirosis

Leptospirosis adalah penyakit zoonosa yang disebabkan oleh infeksi bakteri berbentuk spiral dari genus leptospira yang patogen. Leptospirosis merupakan zoonosis yang diduga paling luas penyebarannya di dunia, di beberapa negara di dunia dikenal dengan istilah “demam urine tikus”.

Leptospirosis tersebar di seluruh dunia, dengan perkiraan kejadian tahunan sebesar 1,03 juta kasus dan 58.900 kematian. Insiden yang tinggi ditemukan di negara dengan iklim tropis dan sub-tropis, khususnya di negara-negara kepulauan dengan curah hujan dan potensi banjir yang tinggi

Oleh sebab sulitnya diagnosis klinis dan ketiadaan alat diagnostik banyak kasus leptospirosis yang tidak terlaporkan. Faktor lemahnya surveilans, keberadaan reservoir dengan tingginya populasi tikus dan kondisi sanitasi lingkungan yang jelek dan kumuh akibat banjir merupakan faktor-faktor penyebab terjadinya kasus leptospirosis.

2.Binatang Pembawa Bakteri Leptospira

Di Indonesia, tikus adalah sumber utama penular leptospirosis (jenis tikus : suncus murinus, mus muscullus, rattus novergicus, bandadicota indica), dan binatang lainnya anjing, babi, sapi, kambing.

3.Cara Penularan

Leptospirosis ditularkan melalui urin binatang yang mengandung bakteri leptospira, yaitu melalui invasi mukosa atau kulit yang tidak utuh. Infeksi dapat terjadi dengan kontak langsung atau melalui kontak dengan air (sungai, danau, selokan, lumpur atau tanah yang tercemar/terkontaminasi bakteri Leptospira.

Penyakit ini berkembang di alam diantara hewan baik liar maupun domestik, dan manusia menjadi host yang merupakan infeksi akhir atau terminal, karena belum terlaporkan infeksi dari manusia ke manusia.

4.Gejala Leptospirosis dan Masa Inkubasi

Gejala klinis: demam ≥ 38⁰ C, sakit kepala, badan lemah, nyeri betis hingga kesulitan berjalan, conjungtival suffusion (kemerahan pada selaput putih mata), kekuningan (ikterik) pada mata dan kulit, pembesaran hati dan limpa, dan ada tanda-tanda kerusakan pada ginjal. Masa inkubasi antara 2-30 hari, rata-rata berlangsung 7-10 hari.

5.Daerah Sebaran Leptospirosis di Indonesia

Beberapa wilayah di Indonesia merupakan daerah endemis leptospirosis, Provinsi berikut pernah melaporkan kasus leptospirosis yaitu: Provinsi DKI Jakarta, Banten, Jawa Tengah, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Maluku, Sumatera Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Kepulauan Riau dan Bali.

Leptospirosis masih menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat dengan terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) di beberapa wilayah di Indonesia berkaitan dengan keberadaan faktor risiko yaitu tingginya populasi tikus (rodent) sebagai reservoar leptospirosis, buruknya sanitasi lingkungan serta semakin meluasnya daerah banjir di Indonesia.

6.Faktor Risiko Penularan Leptospirosis

a.Bertempat tinggal atau beraktivitas di wilayah banjir, wilayah pemukiman banyak ditemukan tikus, melakukan aktivitas di sungai, olah raga di air,

b.Risiko pekerjaan seperti : petani, peternak, petugas kebersihan, petugas pemotongan hewan, tentara dan lain-lain

7.Pengobatan Leptospirosis

Pengobatan leptospirosis relatif mudah dilakukan pada stadium awal setelah ditegakan diagnosis klinis karena hingga saat ini masih sensitif dengan anbiotika yang tersedia di Puskesmas/pelayanan kesehatan dasar dan Rumah Sakit, namun sering terjadi kasus diakhiri dengan kematian.

Hal tersebut disebabkan karena keterlambatan dalam deteksi dini secara klinis, sehingga pasien datang ke rumah sakit sudah terlambat dan pada keadaan stadium lanjut (telah mengalami kegagalan multi organ)

8.Peran Masyarakat Untuk Mengurangi Risiko Terpapar Leptospirosis?

Masyarakat dapat melakukan tindakan pencegahan leptospirosis yaitu:
a.Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
b.Menjaga kebersihan lingkungan, melakukan pemberantasan sarang tikus
c.Segera mengunjungi Puskesmas/Rumah Sakit bila mengalami gejala leptospirosis

Editor: denkur | Sumber: kemenkes

Berita Terkait

PWI Jabar Dukung Kongres Persatuan, Peserta Kongres Ketua Definitif Hasil konferensi Bukan Plt yang Ditunjuk
Panggil Sejumlah Menteri, Presiden Prabowo Bahas Kondisi Global dan Strategi Nasional
Segera IPO dengan Kode MERI, Inilah Perjalanan Merry Riana Education dari Garasi Menuju Lantai Bursa
Angkat Potensi Rasa Nusantara, Bright Gas Kembali Hadirkan Bright Gas Cooking Competition 2025
Rapat Perdana Panitia Kongres PWI 2025: Visi Disatukan, Suasana Dijaga
Viral, Geng Motor di Garut Aniaya Remaja
Satu Ruang Kelas di SMPN 4 Simpenan Ambruk, Kepsek Gercep Lapor ke Dinas Pendidikan
Enervon Active Sukses Gelar Pesta Energi melalui Cardio Karaoke Party bersama Winky Wiryawan
Berita ini 22 kali dibaca

Berita Terkait

Rabu, 25 Juni 2025 - 17:18 WIB

PWI Jabar Dukung Kongres Persatuan, Peserta Kongres Ketua Definitif Hasil konferensi Bukan Plt yang Ditunjuk

Rabu, 25 Juni 2025 - 12:15 WIB

Panggil Sejumlah Menteri, Presiden Prabowo Bahas Kondisi Global dan Strategi Nasional

Rabu, 25 Juni 2025 - 11:48 WIB

Segera IPO dengan Kode MERI, Inilah Perjalanan Merry Riana Education dari Garasi Menuju Lantai Bursa

Rabu, 25 Juni 2025 - 11:42 WIB

Angkat Potensi Rasa Nusantara, Bright Gas Kembali Hadirkan Bright Gas Cooking Competition 2025

Selasa, 24 Juni 2025 - 21:00 WIB

Rapat Perdana Panitia Kongres PWI 2025: Visi Disatukan, Suasana Dijaga

Berita Terbaru

JABAR

Satu Keluarga Tewas Tertimbun Longsor di Cisewu Garut

Kamis, 26 Jun 2025 - 17:29 WIB

Foto: Istimewa

BANDUNG UPDATE

Pemdaprov Jabar dan TNI AD Teken Komitmen Bersama, Ini Isinya

Kamis, 26 Jun 2025 - 17:18 WIB