“Saya awalnya prihatin terhadap rekan-rekan seprofesi saya yang begitu kesulitan mendapatkan peralatan medis termasuk masker. Kalaupun ada kan harganya naik sampai berkali-kali lipat, sehingga saya memutuskan untuk mengalihkan produksi pakaian ke masker kain dan APD dulu untuk sementara waktu ini,” ungkap seorang pengusaha konveksi, Rini Noviany.
DARA | BANDUNG – Masker pada saat ini seolah menjadi barang yang wajib untuk dimiliki oleh semua elemen masyarakat. Wajar, kondisi tersebut terjadi setelah wabah Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) mulai meluas di dunia hingga sejumlah daerah di Indonesia khususnya di Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Apalagi mulai pekan ini Bupati Bandung, H. Dadang M. Naser telah mewajibkan masyarakat untuk menggunakan masker saat beraktifitas di luar rumah. Hal tersebut tertuang dalam Surat Edaran (SE) Nomor 440/043/SGTPP-COVID-19 tanggal 3 April 2020 tentang penggunaan masker untuk mencegah penularan Covid-19.
Sejak keluarnya SE tersebut, permintaan masker pun semakin meningkat terutama masker kain. Karena kondisi itu, akhirnya banyak sekali masyarakat terutama yang memiliki usaha konveksi beralih dari pakaian ke produksi masker yang berbahan kain. Proses pembuatannya yang mudah dan ongkos produksi yang murah, membuat usaha ini melaju pesat dalam dua pekan terakhir.
Salah satu pengusaha konveksi di Kecamatan Cangkuang, Kabupaten Bandung, Rini Noviany yang biasanya memproduksi ribuan kaos harus menghentikan sementara produksinya karena permintaan masker yang begitu tinggi di pasaran.
Rini mengatakan, peralihan produksi tersebut dilatar belakangi keprihatinannya dengan kondisi masyarakat saat ini. Dia yang juga berprofesi sebagai tenaga medis begitu merasakan kesulitan mendapatkan APD seperti masker, sarung tangan karet dan peralatan medis lainnya karena harga yang melambung tinggi,
“Saya awalnya prihatin terhadap rekan-rekan seprofesi saya yang begitu kesulitan mendapatkan peralatan medis termasuk masker. Kalaupun ada kan harganya naik sampai berkali-kali lipat, sehingga saya memutuskan untuk mengalihkan produksi pakaian ke masker kain dan APD dulu untuk sementara waktu ini,” ungkap Rini saat ditemui dara.co.id di kediamannya, Rabu (8/4/2020).
Rini menuturkan, awalnya permintaan terbanyak berasal dari para tenaga medis. Namun seiring berjalan waktu, masyarakat umum pun mulai banyak yang memesan kepadanya.
“Awalnya sih cuma ratusan pcs saja pesanan dari teman-teman tenaga medis, tapi semakin hari semakin meningkat juga pesanan dari masyarakat walaupun partai eceran,” katanya.
Setelah dua pekan berjalan, Rini terpaksa menambah karyawan di bagian jahit karena harus memproduksi ribuan lembar masker setiap pekannya, apalagi setelah adanya imbauan pemerintah mewajibkan penggunaan masker bagi masyarakat umum.
Masker yang dijual Rini tidak dipatok dengan harga yang begitu tinggi, namun tetap sesuai standar pasaran yakni Rp35 ribu per sepuluh lembar masker.
“Saya buat pakai bahan yang bagus dan maskernya juga sesuai dengan imbauan pemerintah yaitu dua lapis, biar di tengahnya bisa ditambahin tisu. Soal harga pasti terjangkau, kasihan masyarakat kalau harganya mahal, kita memang usaha tapi ya harus manusiawi apalagi di tengah bencana seperti ini,” jelasnya.
Ibu dua anak itu menyebutkan, permintaan terbanyak yang diterimanya berasal dari luar kota terutama Jabodetabek. “Tapi saya juga mengirim hampir ke semua wilayah di Indonesia,” ucapnya.***
Editor: Muhammad Zein