DARA | JAKARTA – Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers, Minggu (23/12/2018) dini hari mengatakan, berdasarkan ciri gelombangnya, tsunami yang terjadi di Selat Sunda mirip dengan yang terjadi di Palu, Sulawesi Tengah lalu. “Periodenya (periode gelombang) pendek-pendek,” ujarnya.
Ahli dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Widjo Kongko, mengungkapkan, BMKG juga menduga tsunami dengan ketinggian tertinggi 0,9 meter ini disebabkan erupsi Gunung Anak Krakatau yang pada Sabtu bererupsi hingga empat kali, terakhir pada pukul 21.03 WIB.
Tsunami Erupsi gunung api itu diduga menyebabkan guguran material yang jatuh ke lautan dan akhirnya mengakibatkan gelombang tinggi. Menurut BMKG, gelombang yang menerjang bisa jadi lebih tinggi dari yang terdata sebab ada beberapa wilayah di sekitar Selat Sunda yang punya morfologi teluk seperti di Palu.
Kepala Badan Geologi Rudy Suhendar mengatakan, Anak Krakatau memang telah bereupsi sejak 29 Juni 2018. Erupsi terbesar pada Sabtu kemarin, gunung api tersebut melontarkan material hingga ketinggian 1.500 meter. Tipe letusannya sendiri strombolian. ***
Editor: denkur