Panji Gumilang memang datang memenuhi panggilan Tim Investgasi. Namun, ia tidak bersedia menjawab sejumlah pertanyaan.
DARA | Pimpinan Pesantren Al-Zaytun itu malah meminta daftar pertanyaan untuk ia jawab dalam waktu yang tidak ditentukan kapan.
Tim Investigasi pun memberikan kesempatan itu. Seperti dikatakan salah seorang anggota Tim Investigasi yang juga sebagai Sekjen MUI Jawa Barat, Rafani Achyar.
“Jadi memang hasilnya hari ini pihak Al Zaytun hanya meminta daftar pertanyaan, itu untuk diberikan dan sudah disampaikan oleh tim. Soal waktu, harapan kami secepatnya bisa disampaikan kembali, karena ini ditunggu oleh publik,” ujar Rafani Achyar.
Rafani mengatakan, jumlah pertanyaan yang disampaikan ada empat, kemudian ada tambahan satu (dari MUI Pusat), jadi lima pertanyaan.
“Tapi saya tidak menyampaikan bentuk pertanyaannya itu kayak gimana. Itu hal yang sensitif tapi tidak keluar dari isu yang selama ini berkembang,” kata Rafani.
Sisi lain, tim dari MUI pusat ternyata tidak bisa mengikuti pertemuan tersebut, dan itu atas permintaan dari Panji Gumilang, sehingga akhirnya cuma menitipkan pertanyaan kepada tim investigasi untuk turut dibahas.
“Kami dari MUI menyatakan sangat menyayangkan, menyesalkan, karena Panji Gumilang tidak bersedia bertemu dengan atau menghindari MUI. Kita ketahui bahwa MUI ini adalah lembaga yang bukan hanya legal, tapi juga kehadirannya itu diakui oleh negara,” kata Ketua Tim dari MUI pusat, Firdaus Syam, seperti dikutip dari pikiran rakyat.com, Sabtu (23/6/2023).
Sementara itu, Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Jabar Iip Hidajat mengatakan, tim investigasi mengundang Panji Gumilang untuk memberikan penjelasan terkait sejumlah kontroversi di Al Zaytun.
Kontroversi tersebut di antaranya soal tata cara salat Idul Fitri yang tidak biasa, pernyataan bahwa Al Zaytun menganut mazhab Ahmad Soekarno, Alquran yang disebut karangan Nabi Muhammad, lalu soal taubat zinah dengan membayar uang.
Selain itu, juga menanyai ajaran di Al Zaytun yang mengubah ucapan salam Muslim, menyanyikan lagu Yahudi, menyebut Tanah Suci adalah Indonesia, wanita boleh jadi imam dan khatib shalat, hingga pernyataan soal masjid tempatnya orang frustasi, kikir dan kecewa.
Editor: denkur