DARA | SELANDIA BARU – Sejak memutuskan penutupan wilayah (lockdown) selama dua pekan, terjadi penurunan signifikan penambahan orang yang terinfeksi virus corona di Selandia Baru. Kini hanya ada satu kematian dari total 1.210 pasien positif Covid-19.
Dalam dua hari berturut-turut pada awal April 2020, Negeri Kiwi mencatat penurunan kasus baru. Setelah sempat mengalami peningkatan drastis sebanyak 89 kasus pada 2 April, jumlah tersebut menurun menjadi 67 kasus pada, Senin (6/4/2020) dan kembali berkurang menjadi 54 pasien baru, Selasa (5/4/2020).
Namun jumlah infeksi baru per harinya jauh lebih sedikit dibandingkan jumlah pasien yang dinyatakan sembuh. Saat ini Selandia Baru mencatat 282 pasien telah sembuh,
“Tanda-tanda (pelemahan infeksi corona akibat lockdown) kian menjanjikan,” ujar Direktur Jenderal Kesehatan Selandia Baru Ashley Bloomfield seperti dilansir dari cnnindonesia.com, Rabu (8/4/2020).
Keputusan lockdown yang dibuat dengan cepat disebut turut mengurangi potensi penularan melalui kerumunan massal di Selandia Baru.
Sebagian besar penularan virus corona sejauh ini berasal dari kedatangan warga asing atau warga lokal dari luar negeri, ditambah kemudahan untuk melacak pasien yang dinyatakan positif, dan kebanyakan pasien ditempatkan dalam klaster untuk memudahkan tim medis melakukan penelusuran.
Mengutip The Washington Post, kendati kondisi mulai menunjukkan hasil positif, namun Perdana Menteri Jacinda Ardern memastikan tidak akan mencabut keputusan lockdown lebih cepat dari jadwal semula selama empat pekan.
Ia mengatakan, jika dalam dua pekan pertama sudah ada hasil positif penurunan kasus corona, maka dua pekan berikutnya dikatagorikan seperti halnya siklus inkubasi virus yang butuh waktu selama 14 hari penuh.
Atas alasan itu pula ia tetap meminta kepada warga Selandia Baru untuk tetap tinggal di rumah dan tidak melakukan kontak dengan orang lain. Ia meyakinkan jika pemerintah dan warga bisa keluar dari krisis akibat Covid-19 bersama-sama.
Profesor kesehatan masyarakat di University of Otago sekaligus seorang epidemiologi, Michael Baker mengatakan pelambatan kasus baru Covid-19 mencerminkan kemenangan ilmu sains dan kepemimpinan.
“Ardern membuat keputusan dengan tegas dalam menghadapi ancaman ini. Negara lain melakukan pembatasan secara bertahap, tetapi pendekatan kami justru sebaliknya. Saat negara-negara Barat sedang berupaya memperlambat dan membuat kurva penyebaran berkurang, Selandia baru justru mencoba untuk sepenuhnya meniadakan kasus tersebut,” ujar Baker.
Setelah tak ada lagi penularan Covid-19, Selandia Baru menghadapi tantangan berikutnya yakni mencegah adanya kemungkinan gelombang kedua infeksi serupa.
Menjawab hal itu, baker mengatakan pemerintah Selandia Baru tidak akan membuka pintu bagi warga asing hingga tak ada lagi penularan virus corona dalam skala global atau hingga vaksin telah berhasil dikembangkan.***
Editor: Muhammad Zein | Sumber: cnnindonesia.com