DARA | TASIKMALAYA – Tingginya angka stunting (kondisi di mana anak mengalami gangguan pertumbuhan sehingga menyebabkan ia lebih pendek ketimbang teman-teman) di wilayahnya, menurut Wakil Bupati Tasikmalaya Ade Sugianto, disebabkan dampak dari pola hidup masyarakat yang salah.
“Kebiasaan sehari–hari masyarakat Kab Tasikmalaya yang asal kenyang tanpa melihat akibatnya untuk dirinya itu berdampak kasus stunting tinggi,” pungkas Ade seperti dikutip jabarnews.com, Kamis (18/10/2018).
Disinggung stunting akibat kemiskinan, menurut Ade bisa saja. Akan tetapi, untuk hal itu pihaknya sudah menuangkan dalam revisi RPJMD.
“Agar kasus stunting turun, kita revisi RPJMD. Kita tekankan pengentasan kemiskinan. Bahkan setiap Organisasi Perangkat Daerah (OPD), dituntut untuk membuat program yang mengarah kepada kemiskinan dan peningkatan taraf hidup masyarakat,” tururnya.
Namun demikian, hal itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Terlebih jika dituntut untuk bisa merubah kebiasaan masyarakat.
“Butuh proses, contohnya dari sekian desa maju di Kab Tasikmalaya masih ditemukan sejumlah kasus stunting,” paparnya.
Sementara itu Asisten Daerah Bidang Ekonomi dan Pembangunan, Kundang Sodikin mengatakan, kasus stunting menjadi masalah bagi pemerintah. Pasalnya kasus itu tidak terlihat.
“Itu bisa terjadi dalam usia kehamilan,” singkatnya.
Kundang pun memaparkan langkah kedepan menangani kasus stunting itu dengan menyiapkan payung hukummnya. Dimana seluruh OPD dan stake holder turut serta menekan kasus stunting.
“Pemkab, nantinya akan menyiapkan payung hukum berupa Peraturan Bupati. Seluruh OPD dan stake holder lainnya serta masyarakat ikut andil dalam menekan kasus stunting.” tandasnya. ***