DARA | BANDUNG – Sejumlah ibu rumah tangga di Kampung Kalajiwa, Desa Kopo Kecamatan Kutawaringin Kabupaten Bandung Jawa Barat, harus rela mengantre di agen penyalur gas untuk mendapat satu tabung gas ukuran 3 kg. Mereka mengnatre di sana, karena harga di warung jauh lebih mahal.
Menurut Wati, yang ikut mengantre, harga gas melon itu, di agen terbilang murah, Rp18 ribu per tabung. “Kalau di warung-warung, harganya bisa sampai Rp22 ribu bahkan ada yang Rp24 ribu,” katanya, kepada dara.co.id, Jumat (13/9/2019) pagi.
Ia menuturkan, sudah dua hari ibu rumah tangga di kampungnya kesulitan mendapatkan gas melon. Bersama ibu rumah tangga lainnya, ia sempat berupaya mencari gas ke luar desa mereka. Tapi nihil.
Jadi, lanjut dia, selama itu ia tidak memasak untuk menyajikan makan keluarganya. Sehingga, ia harus membeli nasi serta lauk pauknya dari warung.
Sehari, ia harus membeli 12 bungkus untuk porsi 3 kali makan bersama keluarganya. “Kalau terus menerus membeli nasi di warung untuk makan pagi, siang, dan sore, bisa tekor resiko dapur. Per bungkus saja harganya Rp15. ribu,” ujarnya.
Berbeda dengan Annisa, warga Desa/Kecamatan Kutawaringin, dia membeli gas di warung, meski harga per tabungnya Rp24 ribu, dar ipada tidak memasak sama sekali. “Memang jarak Kutawaringin ke Desa Kopo itu bisa ditempuh dengan menggunakan angkot. Tapi saya malas untuk antrinya,”kata dia.
Lain halnya dengan Esih. Janda tiga anak itu, tak memperduli kelangkaan atau naiknya harga gas.
Kondisi itu malah menimbulkan kreativitas dalam dirinya. Untuk keperluan masak, ia memilih membuat tungku berbahan bakar kayu bakar.
Warga Desa/Kecamatan Soreang yang berprofesi sebagai pedagang sayur keliling ini, memanfaatkan potongan-potongan kayu bekas di sekitar kampungnya untuk bahan bakar tungkunya. “Kalau harus menunggu harga gas murah mau sampai kapan? Untung ada kayu-kayu bekas,” katanya.**
Ketua Perkumpulan Pedagang Kecil Jawa Barat (PPKJ), Irvan Arif Nugraha, menyebutkan, kelangkaan gas ukuran 3 Kg tersebut sebagai masalah sosial yang harus ditindaklanjuti pemerintahan dari pusat hingga pemerintah desa.
Dia mengindikasikan, kelangkaan gas tabung melon, sebagai upaya untuk meraih keuntungan pribadi oleh pihak-pihak tertentu. “Kami akan coba croscheck ke lapangan, bagaimana perkembangan keberadaan gas tabung melon itu nantinya,” ujar dia.***
Wartawan: Fattah | Editor: Ayi Kusmawan