DARA | JAKARTA – Terbang ke Pekanbaru, Jumat 14 Desember 2018, Susilo Bambang Yudhoyono mengemban amanah untuk berkampanye bagi pasangan calon presiden Prabowo Subianto- Sandiaga Uno. Rencananya ia bersama elite Demokrat berada di sana hingga hari Senin (17/12/2018).
Ketika tiba, terlihat ribuan bendera dan baliho di sejumlah ruas jalan Riau masih terlihat utuh. Berkibar ditiup angin. Namun, tanpa diduga malamnya menerima kabar bendera dan baliho Partai Demokrat itu dirusak orang. Kondisinya sobek tak berwujud.
SBY tentu terhenyak kaget. Mungkin batinnya bertanya-tanya: apa yang terjadi? Lalu ia bersama para elite demokrat meluncur ke lokasi mengecek kebenaran berita itu. Ternyata bukan main-main, bendera dan baliho itu memang dalam kondisi rusak. Semuanya. Ribuan. Sabtu (15/12/2018).
Melihat itu, SBY sebagai Ketua Umum Partai Demokrat, tak memperlihatkan mimik marah. Ia hanya bisa mengelus dada dan mengatakan: “Ini menyayat hati”.
SBY pun bicara pelan, mempertanyakan apakah pengerusakan ini dilakukan oleh pihak-pihak tertentu atau memang masyarakat Riau saat ini sudah berubah. “Saya, kami, sangat hormat kepada saudara kami masyarakat Riau, sangat sayang, taat beragama, jadi seperti ini. Apakah saudara kami berubah atau ulah mereka mereka,” ujarnya.
Sejumlah elite Demokrat segera melaporkan pengerusakan atribut itu kepada Polresta Pekanbaru. “Saya bukan capres. Saya tidak kompetisi dengan Bapak Presiden Jokowi. Saya sebagai pemimpin partai Demokrat berikhtiar dengan cara yang baik dan amanah sesuai yang diatur konstitusi dan UU. Tapi ternyata ini yang kami dapatkan,” ujar SBY seraya memerintahkan Sekjen Partai Demokrat serta Pemimpin Partai Demokrat di Riau dan Pekanbaru untuk menurunkan semua atirbut yang masih tersisa.
“Lebih baik kita mengalah dan diturunkan daripada bendera kita, baliho yang tidak bersalah, dirobek,” ujarnya.***
Editor: denkur