Sebuah kota di Alaska tidak akan tersinari matahari selama dua bulan kedepan. Jadi warga di kota itu tidak akan merasakan terangnya siang. Mereka hanya menikmati gelapnya malam.
DARA | JAKARTA – Warga disana terakhir menikmati sinar matahari adalah Kamis kemarin 19 November 2020. Sekarang matahari itu tak lagi muncul dan malam jadi irama hidupnya warga disana.
Dikutip dara.co.id dari CNNIndonesia, Jumat (20/11/2020), momen mendung sepanjang hari di kota itu bakal berlangsung selama lebih dari 60 hari ke depan.
Kota kecil yang terletak di utara Lingkaran Arktik telah memasuki fase kegelapan tahunan, yang dikenal sebagai polar night (malam kutub).
“Malam kutub adalah fenomena normal yang terjadi setiap musim dingin untuk Barrow (Utqiagvik), dan kota-kota lain di dalam lingkaran Arktik,” kata ahli meteorologi CNN Allison Chinchar.
Polar night berlangsung setiap musim dingin karena kemiringan poros bumi.
“Kemiringan ini membuat tidak ada cakram Matahari yang terlihat di atas cakrawala,” menurut Chinchar.
Tapi itu tidak berarti kota itu akan benar-benar gelap.
Sebagian besar jam siang hari akan melewati periode yang dikenal sebagai civil twilight (senja sesaat), kata Chinchar.
“Pikirkan seperti apa langit sebelum matahari terbit, atau setelah matahari terbenam,” kata Chinchar.
“Itulah yang penduduk di sana lihat selama beberapa jam sehari, dari sekarang hingga 22 Januari, ketika matahari “secara resmi terbit” lagi.”
Kota ini bukan satu-satunya di Alaska yang mengalami fenomena polar night, tetapi kota ini menjadi pertama dalam daftar kota-kota yang mengalami malam kutub karena letaknya jauh di utara.
Jika saat ini kegiatan begadang mungkin tidak dianggap menarik bagi penduduk Utqiagvik, pada musim panas ketika momen sebaliknya terjadi, yang dikenal sebagai matahari tengah malam atau polar day, mereka mungkin akan melakukannya.
Saat polar day, matahari bakal bersinar 24 jam dalam sehari, baik saat pagi dan malam.***
Editor: denkur | Sumber: CNNIndonesia