Ratusan Ribu Ha Lahan di Indonesia Terbakar

Rabu, 23 Oktober 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Infografis: BNPB

Infografis: BNPB

Luas total karhutla di Indonesia dalam rentang waktu Januari hingga September 2019 mencapai ratusan ribu hektar. Water Bombing dan hujan buatan, merupakan bagian dari sejumlah upaya yang telah dilakukan BNPB dalam memadamkan kebakaran dengan menghabiskan ratusan juta liter air dan ratusan ribu ton garam.

 

 

DARA | JAKARTA – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengidentifikasi, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di seluruh wilayah Indonesia mencapai 857 ribu hektar dari Januari hingga September 2019. Kahutla tidak hanya terjadi di lahan gambut, melainkan juga di lahan mineral.

Siaran pers BNPB, kemarin, menyebutkan, data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat,  lahan gambut terbakar mencapai 227 ribu ha. Karhutla di lahan gambut paling besar berada di di Kalimantan Tengah, seluas 76 ribu ha.

Sedangkan di lahan mineral terjadi di Nusa Tenggara Timur, seluas 119 ribu ha. Karhutla di lahan mineral terjadi di seluruh provinsi di Indonesia dengan luas terdampak terkecil di Provinsi Banten, 9 ha.

Masih menurut data KLHK, dari 857.756 ha itu, kebakaran pada lahan mineral 630.451 ha dan pada gambut 227.304 ha. Berikut ini luas lahan terdampak baik mineral maupun gambut di beberapa provinsi yang sering terjadi karhutla setiap tahun: di Provinsi Kalimantan Tengah 134.227 ha, Kalimanan Barat 127.462 ha, Kalimantan Selatan  113.454 ha, Riau 75.871 ha, Sumatera Selatan  52.716 ha, dan di Provinsi Jambi 39.638 ha.

Menurt KLHK juga, total luasan lahan hingga September 2019 ini lebih besar dibandingkan luas karhutla dalam tiga tahun terakhir. Luas karhutla pada 2018, 510 ribu ha. Sedangkan pada 2016 seluas 438 ribu ha.

Sementara itu, Data BNPB hari ini kemarin, pukul 08.00 WIB mencatat masih terjadi karhutla di sejumlah wilayah di Indonesia. Titik panas atau hot spot teridentifikasi di enam provinsi yang menjadi perhatian BNPB, yaitu di Provinsi Sumatera Selatan, 153 titik; Kalimantan Tengah, 44; Kalimantan Selatan 23, Kalimantan Barat, 5, dan di Provinsi Jambi 2 titik. Data tersebut berdasarkan citra satelit modis-catalog Lapan pada 24 jam terakhir.

Menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Bencana BNPB, Agus Wibowo, masih adanya titik panas berpengaruh terhadap kualitas udara di wilayah terdampak. Data kualitas yang diukur dengan parameter PM 2,5 mengindikasikan kualitas pada tingkat baik hingga tidak sehat.

Ia merinci, kualitas udara yang diukur dengan PM 2,5 di enam provinsi, yakni Provinsi Sumatera Selatan tidak sehat (136), Jambi tidak sehat (102), Kalimantan Tengah tidak sehat (101), Kalimantan Selatan tidak sehat (60), dan Provinsi Riau sedang (27). “Hanya Kalimantan Barat kualitas udara menunjukkan tingkat baik (5), meskipun terdapat titik panas,” katanya, dilansir bnpb.go.id, kemarin.

Selain keenam provinsi tersebut, lanjut dia, kebakaran juga masih terjadi di kawasan pegunungan seperti Gunung Cikuray, Provinsi Jawa Barat; Ungaran, Provinsi DIY; dan di Gunung Arjuno-Welirang, dan Ringgit, Provinsi Jawa Timur.

Hingga kini (22/10) BNPB, Agus menambahkan, masih menyiagakan sejumlah helikopter untuk pengeboman air atau water-bombing maupun patroli. Total air untuk pengeboman air di seluruh wilayah mencapai 392 juta liter.

Selaian pengeboman air, BNPB bersama BPPT dan TNI melakukan operasi udara berupa teknologi modifikasi cuaca (TMC) dengan menggunakan fixed-wing. “Total garam yang telah disemai mencapai 272 ribu Kg,” katanya.***

Editor: Ayi Kusmawan

Berita Terkait

Presiden Prabowo akan Jalani Sejumlah Agenda di St. Petersburg
Asia Menjadi Pusat Investigasi Terbesar Terhadap Industri Telur Global
LRT Jabodebek Lakukan Peremajaan 12 Eskalator di Tiga Stasiun Demi Jaga Keselamatan dan Kenyamanan Pengguna
Diplomasi Biru Indonesia di Konferensi Laut Dunia (UNOC3): Upaya Global Bagi Terumbu Karang Lestari yang Tahan Perubahan Iklim Demi Masa Depan Indonesia
Charge D’Affairs Kedubes Korea Bertukar Pikiran dengan Komunitas Hallyu di Acara Public Diplomacy Talks
PWI DIY Dukung Penetapan Hari Kebudayaan Nasional Setiap 17 Oktober
Mengenal Uji Ketahanan yang Sedang Dijalani Rangkaian Trainset (TS) 20 LRT Jabodebek
“Pulang Kerja, Saatnya Gas Lagi!” Enervon Active Gaungkan Hidup Aktif & Produktif Setelah Kerja
Berita ini 5 kali dibaca

Berita Terkait

Kamis, 19 Juni 2025 - 14:15 WIB

Presiden Prabowo akan Jalani Sejumlah Agenda di St. Petersburg

Kamis, 19 Juni 2025 - 12:49 WIB

Asia Menjadi Pusat Investigasi Terbesar Terhadap Industri Telur Global

Kamis, 19 Juni 2025 - 12:40 WIB

LRT Jabodebek Lakukan Peremajaan 12 Eskalator di Tiga Stasiun Demi Jaga Keselamatan dan Kenyamanan Pengguna

Rabu, 18 Juni 2025 - 20:54 WIB

Diplomasi Biru Indonesia di Konferensi Laut Dunia (UNOC3): Upaya Global Bagi Terumbu Karang Lestari yang Tahan Perubahan Iklim Demi Masa Depan Indonesia

Rabu, 18 Juni 2025 - 20:42 WIB

Charge D’Affairs Kedubes Korea Bertukar Pikiran dengan Komunitas Hallyu di Acara Public Diplomacy Talks

Berita Terbaru

CATATAN

GEOPOLITIK TIMTENG Rusia, antara Iran dan Ukraina

Kamis, 19 Jun 2025 - 15:02 WIB