Pemerintah Kota Sukabumi terus mencari cara memutus mata rantai penyebaran covid 19, seperti pemberlakukan PSBB, penutupan total Jalan A. Yani, dan melakukan pemeriksaan rapid tes secara random, Sabtu dan Minggu kemarin.
DARA | SUKABUMI – Meski hasilnya 205 yang diperiksa rapid tes dinyatakan negatif, namun titik keramaian di lokasi PSBB sulit dibendung. Bahkan, dari pantauan, kerumunan orang berbelanja yang hilir mudik di lokasi ini membuat kerepotan para petugas.
“Hasilnya semua negatif dari 205 unit rapid tes untuk warga secara masif. 116 warga kota dan sisanya warga di luar daerah akan ada kelanjutan karena targetnya 400 unit rapid tes,” jelas Wali Kota Sukabumi, di Balai Kota Sukabumi. Senin (11/05/2020)
Selanjutnya, meski hasil dari rapid tes negatif, namun dari pantauan dan evaluasi dua hari kemarin pasca penutupan total jalan A Yani, penumpukan masyarakat masih saja terjadi, terutama di pusat pertokoan.
“Kita sedang diskusikan, akan membuat kebijakan lebih ketat lagi. Kemungkinan pembatasan waktu buka toko di luar kebutuhan sembako akan kita tambah,” tandas Fahmi.
Untuk penutupan total, kata Fahmi, pemkot masih mempertimbangkan untuk menghindari konflik sosial yang akan timbul, sehingga terus di evaluasi.
“PSBB intinya pembatasan, bukan penghentian. Terlebih, kawasan Kota Sukabumi berbeda dengan daerah lain pasar tradisional dan pasar modern karena di satu kawasan. Ini yang jadi titik permasalahan,” imbuhnya.
Kendati kemungkinan bisa terjadi ada penutupan pertokoan, tambah Fahmi, namun hal itu juga harus beberapa tahapan evaluasi. Namun yang pasti, rencana selanjutnya pengetatan pembatasan waktu akan ditambah.
“Standar maksimal yang digunakan pada masa PSBB ini yakni memberikan peringatan keras bagi yang tidak memakai masker. Juga pengetatan lalu lintas, bagi warga yang masuk ke kota Sukabumi. Dari daerah luar kita suruh putar balik,” ujarnya.***
Editor: denkur