DARA|PRANCIS|BANDUNG– Ratusan Ribu warga Prancis beraksi unjuk rasa menentang kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Unjuk rasa di akhir pekan (17/11/2018) lalu seperti dilaporkan AFP menelan korban satu orang tewas dan lebih dari 220 orang luka berat dan ringan. Presiden Prancis Emannuel Marcon, meski kebijakanya diprotes dengan menggelar unjuk rasa ratusan ribu warganya, ia tak akan membatalkan kenaikan harga BBM dan pajak.
Para pengunjuk rasa menamakan dirinya sebagai “gerakan rompi kuning”. Kecuali memakai rompi kuning para pengunjuk aksi ini juga memakai jaket yang keren. Mereka mengawali gerakan ini dari media sosial sejak bulan lalu. Namun di media sosial itu, mereka menyeru untuk memblokade jalan raya sebafgai protes terhadap kebijakan Presiden Prancis Emmanuel Macron.
Sejumlah pengunjuk rasa mengatakan, merasa diperas dengan kenaikan harga BBM dan pajak serta berbagai kebutuhan. Ini menurut mereka berlangsung sejak tahun 2000-an.
Kementerian Dalam Negeri Prancis memperkirakan jumlah pengunjuk rasa sekitar 283.000 orang. Mereka mengekspresikan kekesalanya itu di 2.000 titik, antara lain di bundaran, jalan raya, di seluruh negeri.
Otoritas keamanan Prancis menyebutkan sekitar 227 orang terluka, dengan tujuh orang di antaranya mengalami luka serius, termasuk seorang perwira polisi. Sementara, 117 orang ditangkap, dengan 73 orang di antaranya dijebloskan ke tahanan kepolisian.
Meskipun sebagian besar pemblokiran jalanan dilakukan tanpa insiden, emosi massa diberitakan meletus ketika beberapa pengendara memaksa untuk menembus blokade para pengunjuk rasa.
Di wilayah timur Savoie, Prancis, seorang ibu panik karena mobilnya terkepung para pengunjuk rasa saat hendak membawa putrinya ke dokter. Pengemudi itu panik dan tiba-tiba melaju ke arah kerumunan. Seorang wanita berusia 63 tahun pun tewas tertabrak mobil. Pengemudi, yang disebut polisi dalam keadaan syok, sudah dibawa untuk dimintai keterangannya.
Selain itu, satu korban luka ada di kota Grasse, yakni seorang polisi, dan satu di sebelah timur Strasbourg, dan dua korban di barat laut Quimper.
“Inilah yang kami khawatirkan dengan melakukan demonstrasi tidak terorganisasi oleh orang-orang yang tidak terbiasa dengan hal-hal seperti itu,” kata Menteri Dalam Negeri Christophe Castaner dalam sebuah pernyataan, dikutip dari AFP.
Di Paris, beberapa ratus orang pengunjuk rasa berteriak “Macron turun!” sambil menyanyikan lagu kebangsaan La Marseillaise, di Champs-Elysees dan Place de la Concorde. Mereka hendak berbaris menuju Istana Elysee, kediaman resmi Macron.
Polisi anti huru-hara menghalangi jalan mereka. Namun, beberapa ratus orang menemukan jalan lewat samping dan mendekati Istana di sore harinya. Kepolisian kemudian membubarkannya dengan gas air mata.
Para pejabat telah memperingatkan bahwa polisi akan melakukan intervensi untuk memastikan tidak ada jalan yang sepenuhnya diblokir.
Para analis mengatakan gerakan itu tak melulu soal BBM, namun mewakili rasa frustrasi yang ebih luas terhadap kebijakan Macron, mantan bankir investasi, yang telah mendorong serangkaian reformasi yang bertujuan untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi.
Gerakan ini diketahui mendapat lebih banyak dukungan publik daripada yang gerakan lain yang kontra Macron sejak dia memenangkan Pilpres tahun lalu. Jajak pendapat Elabe pekan lalu menemukan bahwa 73 persen responden mendukung gerakan tersebut.
“Macron adalah presiden orang kaya dan bukan [presidennya] orang miskin. Dia harus memikirkan orang miskin juga,” cetus Andre (38), pendemo yang bergabung dengan blokade di Dole, Perancis.
“Kami ingin bekerja, tetapi tidak menghasilkan apa-apa,” kata Joffrey Gouillet, 27, seorang pengunjuk rasa di Pont-de-Beauvoisin.
“Tujuan [demo] bukan untuk menciptakan malapetaka, tetapi untuk mendapatkan hak kami kembali. Anda tidak dapat sampai di akhir bulan bahkan dengan dua [kali] gaji,” keluhnya.
Pemerintah pekan lalu mengumumkan serangkaian langkah untuk mencoba meredam kemarahan warga atas kenaikan BBM. Yakni, memberikan subsidi energi dan bonus lebih tinggi terhadap kendaraan yang lebih bersih.
Dalam sebuah wawancara TV pekan ini, Macron mengakui bahwa dia “tidak berhasil mendamaikan warga Prancis dengan para pemimpin mereka” dan bahwa “kami mungkin tidak memberi mereka cukup pertimbangan.”
Namun, Macron mengaku tidak akan membatalkan kenaikan pajak BBM, yang rencananya akan kembali naik pada Januari 2019.
Bahan : AFP/CNN Indonesia