PERANG RUSIA-UKRAINA ‘Tertawan’ di Provinsi Kursk

Jumat, 16 Agustus 2024

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

OLEH: Sabpri Piliang
WARTAWAN SENIOR

Jozep Stalin sangat mengagumi “joie de vivre” (keceriaan hidup). Di tengah kekuasaan berfaham marxisme-Leninisme yang keras, perilakunya sangat lembut kepada wanita. Setelah kematian Isterinya Nadya Alliluyeva, lelaki bertinggi 163 cm ini, dekat dengan Zenya Alliluyeva, sang adik ipar.
Siapa pun akan takut dengan Stalin. Ya, siapa pun. Menjadi diktator ‘de facto’, Stalin yang berasal dari Georgia (Uni Soviet), sangat keras memerintah semasa (1923-1953). Semua penghalang yang mengganggunya, “selesai”.
Stalin yang kemudian membakukan kebijakan-kebijakan marxis, memperkenalkan paham yang berasal dari frasa namanya sendiri, “Stalinisme”. Uniknya, faham yang dia bangun bersama dengan Vladimir Lenin pasca-Revolusi Bolshevic (1917), justru diruntuhkan oleh penggantinya Nikita Krushchev.
Paham yang memiliki ‘histori’ menyedihkan, tidak sepatutnya diteruskan untuk masyarakat Uni Soviet. Seperti itulah pandangan Khruschev.
Nikita Khruschev menyebut program itu “de-Stalinisasi. Hal ini dilakukan pada segenap lapisan masyarakat di Uni Soviet. Kekerasan yang dilakukan oleh Stalin semasa pemerintahannya itulah, yang membuat Krushchev tak ingin melanjutkan “isme” Stalin.
Program pembersihan etnis (etnic cleanshing), dan pola totalitarian-nya, telah memunculkan penderitaan di Uni Soviet semasa Pemerintahannya.
Terlepas dari itu, Stalin tetap dikenang sebagai pemenang dalam Perang Dunia ke-II (1942-1945) terhadap Jerman. Ongkos untuk menang, pun tidak tanggung-tanggung, sekitar 2,5 juta jiwa dari pihak Uni Soviet “terbang”, dan tak kembali lagi.
Jerman yang mencoba mengepung Pasukan Uni Soviet di wilayah “Kursk” (wilayah Rusia sekarang), dapat dipatahkan dan dihalau Pasukan Uni Soviet. Hingga akhir 1943, pasukan negeri “Beruang Merah” ini, berhasil menduduki separuh wilayah yang diduduki Jerman 1941-1942. Akibat kemenangan Stalin itu pula, Jerman kemudian terbelah dua: Jerman Barat dan Jerman Timur.
Apa yang menarik dari cerita di atas? Rasanya, saya tak ingin berpanjang lebar ‘menguliti’ kisah Stalin. Mengikuti dan menyadur buku berjudul “Stalin: The Court of The Red Tsar”, karya Simon Sebag Montefiore, setebal 832 halaman. Layar Laptop ini akan “banjir” kata. Atau “hang on”.
Dan, Pengepungan terhadap Pasukan Uni Soviet oleh Jerman di “Kursk” (wilayah perbatasan Rusia-Ukraina milik Rusia sekarang), delapan dasawarsa lalu. Kini terulang lagi. Tentara Rusia (baca: Uni Soviet), terkepung oleh pasukan Ukraina di ‘Kursk’. Negara pecahan Uni Soviet (CIS) ini, berhasil menduduki wilayah Rusia seluas 1.000 kilometer.
Berperang dengan Ukraina, sejak Pebruari 2022, pada 6 Agustus (2024). Negara asal ‘orang kuat Uni Soviet, Leonid Ilyich Brezhnev (baca Ukraina), membuat kejutan yang menghentakkan! Ukraina yang selama dua tahun ini terus terdesak dalam sejumlah Front, melakukan “revanche”.
Rusia, yang merupakan kekuatan “reinkarnasi” Uni Soviet sangat terkejut. Orang “lingkar dalam” Presiden Vladimir Vladimirovich Putin, Valery Gerasimov yang memegang tampuk Operasi di Ukraina dianggap “kebobolan”.
Gerasimov yang dekat dengan Putin, dan sukses memimpin ‘aneksasi’ Semenanjung Krimea (2014), dan Ukraina Timur, adalah loyalis sejati Putin. Bersama dengan Menteri Pertahanan Sergei Shoigu, keduanya adalah pemegang tombol nuklir Rusia.
Di tangan mereka berdua (tentu beserta Putin), hulu ledak nuklir Rusia bisa diluncurkan atau tidak. Meski ‘gross domestic product’ (GDP) Rusia turun 3,7 persen ‘ akibat konflik dengan Ukraina, Rusia tetap ingin ‘memojokkan’ Ukraina. Sampai Ukraina mengatakan, “Yes, Tuan Putin. Kami tidak jadi masuk NATO”.
Dengan kesepakatan: urung masuk NATO, dan tetap setia menjadi teman sejati di “halaman” muka Rusia. Perang akan berhenti! Rusia tak ingin seluruh “halaman dan teras”nya di “sapu bersih” AS lewat keanggotaan NATO. Semuanya akan bermuara pada “pengepungan” terhadap Rusia. Betapa tidak.
Bermula dari Polandia, lalu negara mantan Uni Soviet (CIS) di Laut Baltik (Lithuania, Latvia, dan Estonia) yang masuk ke dalam NATO, Rusia tidak bereaksi ekstreem. Namun, sejarah Ukraina yang ‘lekat’ dengan nuklir dan arsenal Uni Soviet (ingat Chernobyl), membuat Vladimir Putin tidak lagi sabar. Karena ini membahayakan Rusia.
Perang Rusia-Ukraina, telah berlangsung 903 hari. Masuknya sekitar 12.000-an tentara Ukraina ke Kota Oblast (Provinsi Kursk/Rusia), adalah kegagalan bagi Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Rusia Valery Gerasimov dan Menhan Sergei Shoigu.
Didukung oleh persenjataan negara-negara NATO, seperti Tank Tempur Utama (MBT) “Challenger”, juga rudal “Storm Shadow” yang berdaya jangkau 150 mil (241 km) buatan Inggris, ikut menyokong kekuatan Ukraina bertahan dari kekuatan persenjataan Rusia.
Sementara, AS, Australia, dan Kanada, mengirimkan ‘Howitzer M777’, ditambah rudal ‘Himars’ dan M270 MLRS (Inggris). Perancis yang juga anggota NATO, mensuplai Ukraina dengan rudal jarak jauh ‘Scalp’. Perancis ikut menyokong kekuatan Ukraina, hingga untuk pertama kalinya bisa memasuki wilayah Rusia, Kursk. Wilayah yang juga pernah ditembus oleh Jerman saat Perang Dunia II.
Akan seperti apa akhir cerita Perang Ukraina-Rusia? Bagaimana nasib Valery Gerasimov dan Sergei Shoigu? Akankah Putin melunak dan menerima tawaran perundingan Velodymyr Zelenskyy? Akankah pendudukan Kursk oleh Ukraina, menjadi ‘bargaining’ pembebasan wilayah Krimea (Ukraina,)? Kita simak terus.

Berita Terkait

MEMILIH PEMIMPIN Populis, Populisme, dan ‘Populismo’
Mengurai Kekuatan Calon Petahana
MEMATIKAN DEMOKRASI Halus Seperti Tenun Sutra
PERUNDINGAN KAIRO BESOK Philadelphia Mengunci Hamas-Israel
GEJOLAK POLITIK ‘Vivere Pericoloso’ Putin
PSIKOLOGIS IRAN Peluang Akhir Gencatan Senjata
Dilema Netanyahu, Kunci Ditangan Ben-Gvir & Smotrich
Catatan Diskusi Publik “Kemerdekaan dan Moral Politik Pemimpin Bangsa”
Berita ini 25 kali dibaca

Berita Terkait

Sabtu, 31 Agustus 2024 - 09:07 WIB

MEMILIH PEMIMPIN Populis, Populisme, dan ‘Populismo’

Kamis, 29 Agustus 2024 - 20:44 WIB

Mengurai Kekuatan Calon Petahana

Rabu, 28 Agustus 2024 - 10:33 WIB

MEMATIKAN DEMOKRASI Halus Seperti Tenun Sutra

Sabtu, 24 Agustus 2024 - 15:37 WIB

PERUNDINGAN KAIRO BESOK Philadelphia Mengunci Hamas-Israel

Jumat, 23 Agustus 2024 - 03:34 WIB

GEJOLAK POLITIK ‘Vivere Pericoloso’ Putin

Berita Terbaru