Oleh : Zainal Purqon, S.Pd., MM (Guru Bahasa Indonesia SMKN 2 Baleendah Kabupaten Bandung)
PENDIDIKAN merupakan suatu hal yang bersifat penting dalam membangun kemajuan suatu bangsa. Maka perlu kesadaran kita semua untuk berperan aktif dalam mensukseskan wajib belajar yang diprogramkan oleh pemerintah.
Untuk dapat mencapai hal tersebut tentu diperlukan kerja keras dari berbagai pihak, khususnya peran orang tua dan guru demi meningkatkan kemajuan siswa dalam proses pembelajaran. Peran orang tua di rumah dan guru di sekolah sangat penting bagi pendidikan anak.
Dalam jurnal yang ditulis oleh Anis Pusitaningtyas, mengemukakan bahwa Komunikasi yang baik antara orang tua dan guru merupakan suatu keharusan agar tercapai kesinergian antara keduanya. Komunikasi tersebut bisa berlangsung dalam satu arah ataupun dua arah.
Komunikasi satu arah terjadi saat guru memberikan informasi kepada orang tua tentang peristiwa, kegiatan, atau kemajuan yang dicapai anak sedangkan komunikasi dua arah terjadi jika ada dialog interaktif antara guru dan orang tua. Komunikasi yang baik akan menumbuhkan sikap saling percaya antara orang tua dan guru. Adanya sikap saling mempercayai, saling membantu dalam membimbing anak dan berkomunikasi antara orang tua dan guru, akan membuat anak merasa memiliki kebebasan berkreativitas guna pengembangan potensi dirinya sehingga bisa meningkatkan kreativitas dan mencapai keberhasilan dalam belajar.
Rumah dan sekolah merupakan dua tempat dimana seorang anak menghabiskan sebagian besar waktunya. Hal ini sangat mempengaruhi pendidikan yang mereka terima.
Saat di rumah, anak mendapat pendidikan dari orang tuanya. Sebagaimana disebutkan oleh Aisyah Dachlan yang menyatakan, peran seorang ayah adalah menjadi kepala dari seluruh keluarga, memimpin, membimbing, dan melindungi serta memberikan nafkah, pakaian dan semua keperluan anak istri, mendidik dan menyelamatkan mereka dari gangguan lahir batin, bertindak sebagai teman, guru, pemimpin dan memberi suri tauladan yang baik.
Karena sesungguhnya pendidikan yang pertama dan utama diberikan oleh orang tua. Saat di sekolah, pendidikan anak diberikan oleh gurunya. Guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pendidikan di sekolah. Menurut UU RI No.14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Pasal 1 ayat 1, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Tugas guru tidak hanya sebagai pengajar namun juga sebagai pendidik dan pelatih. Usman menyatakan bahwa mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa (Pusitaningtyas, 2016).
Komunikasi secara etimologis berasal dari bahas latin, yakni communication. Istilah ini berasal dari kata communis yang berarti sama, dalam artian sama makna, yaitu sama makna dalam satu hal. Sedangkan secara terminologis, komunikasi berarti penyampaian pesan suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Effendy menuliskan pendapat Harold Laswell bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media untuk menimbulkan efek. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan atau ide oleh seseorang kepada orang lain baik dengan bahasa atau melalui media tertentu yang diantara keduanya sudah terdapat kesamaan makna sehingga saling memahami apa yang sedang dikomunikasikan
Dalam pendidikan keluarga, komunikasi orang tua dengan anak sangatlah penting . Sholihat menyatakan dengan adanya komunikasi dalam keluarga diharapkan terjadi interaksi, saling tukar menukarpengetahuan, pendapat, pengalaman dan sebagainya.
Melalui keluarga anak mengenal kasih sayang, berbagai kebiasaan, nilai -nilai hidup, mengadaptasi perilaku dari orang tuanya, dan mengenal tanggung jawab sebagai konsekuensi perilakunya. Orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam keluarga.
Orang tua merupakan guru pertama dan utama bagi anak-anaknya karena dari orang tua lah anak mendapatkan bimbingan dan kasih sayang yang pertama kalinya. Purwanto berpendapat bahwa orang tua adalah pendidik sejati, pendidik karena kodratnya. Oleh karena itu kasih sayang orang tua kepada anaknya adalah kasih sayang yang sejati pula, yang berarti orang tua mengutamakan kepentingan dan kebutuhan anak-anak dengan mengesampingkan keinginan dan kesenangan sendiri. Orang tua hendaknya menyadari bahwa anak adalah amanah yang dititipkan oleh Allah SWT yang harus dijaga dan senantiasa diarahkan menuju jalan kebaikan.
Komunikasi yang dilakukan dengan sepenuh hati dan kepercayaan yang diberikan oleh orang tua akan dirasakan oleh anak sehingga menyebabkan bimbingan,arahan dan bantuan yang diberikan orang tua kepada anak menyatu. Hal ini akan memudahkan anak untuk memahami makna dari upaya yang dilakukan oleh kedua orang tuanya.
Komunikasi keluarga sangat efektif untuk melatih dan menyadarkan anak–anak sehingga dapat mengamalkan nilai moral dasar dalam kehidupan sehari–hari, membentuk pribadi yang percaya diri, mandiri dan mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah guru diartikan sebagai orang pekerjaannya (mata pencaharian, profesi) mengajar. Sedangkan menurut UU RI No.14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Pasal 1 ayat 1, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Pendapat beberapa ahli tmenyimpulkan bahwa peran guru adalah sebagai fasilitator, informator, organisator, motivator, pengarah/direktor, inisiator, transmitter, mediator dan evaluator. Orang tua merupakan mitra kerja yang utama bagi guru dalam pendidikan anak.
Komunikasi yang efektif antara orang tua dan guru dibutuhkan dalam rangka menyamakan persepsi kedua belah pihak tentang hal yang dibutuhkan dalam pendidikan anak. Keduanya harus saling membantu dan mengetahui bagaimana upaya penanganan pembinaan anak di sekolah, keterlibatan peserta didik dalam proses belajar mengajar, pola interaksi dan komunikasi selama di sekolah dan masalah yang ditemukan di sekolah.
Begitu juga sebaliknya, pihak sekolah mengetahui apa dan bagaimana yang terjadi di rumah terutama terkait dengan kegiatan bermain anak di luar rumah, aktivitas belajar di rumah, interaksi dengan sesama anggota keluarga dan problem yang muncul selama berada di rumah.
Epstein dalam Graham-Clay mendeskripsikan komunikasi dengan orang tua merupakan salah satu dari enam bentuk keterlibatan orang tua guna menjalin kerjasama yang kuat antara guru dan orang tua.
Menumbuhkan hubungan guru dan orang tua merupakan hal yang dianggap penting dalam pengembangan sekolah sebagai komunitas belajar. Komunikasi antara sekolah dan keluarga sangat diperlukan sehingga dapat memicu keterlibatan orang tua dalam proses pembelajaran. Symeou, Roussounidou and Michaelides mengutip tulisan Pang and Watkins yang menyatakan bahwa komunikasi antara orang tua dan guru biasanya berupa pertukaran informasi dan ide tentang pengembangan dan perkembangan anak di sekolah dan di rumah.
Orang tua memperoleh informasi tentang hal-hal yang dilakukan dan diperoleh anaknya, sementara guru memperoleh data tentang aktivitas siswanya saat bermain dan belajar di rumah. Henderson & Bella sebagaimana dikutip oleh Mc. Carty, Brennan and Vecchiarello berpendapat bahwa keterlibatan orang tua dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan nilai anak, kehadiran anak dalam pembelajaran di sekolah, menumbuhkan sikap dan perilaku yang baik pada anak dan menaikkan angka kelulusan.
Hal ini dikuatkan dengan adanya hasil penelitian Dixon(1992), Eccles & Harold (1993), Henderson & Bella (1994),dan Jeynes ( 2007) yang menunjukkan bahwa ketika orang tua dan guru memiliki hubungan/kerjasama yang baik, maka prestasi akademik dan sosial anak akan meningkat. Selain membawa dampak positif bagi anak, keterlibatan orang tua dalam pembelajaran juga memberikan keuntungan bagi sekolah.
Dalam sebuah penelitian dilaporkan bahwa keterlibatan orang tua dalam pembelajaran dapat meningkatkan moral dan kepercayaan diri guru, meningkatkan dukungan dari keluarga, hasil evaluasi guru oleh orang tua lebih tinggi, meningkatkan keberhasilan siswa dan pada akhirnya dapat meningkatkan reputasi sekolah dalam komunitas pendidikan.
Guru juga akan memiliki pandangan yang baik tentang orang tua sehingga komunikasi antara guru dan orang tua berjalan dengan baik. Disadari atau tidak, komunikasi antara orang tua dan guru mulai terjalin sejak hari pertama orang tua menginjakkan kaki di sekolah.
Kesan pertama yang muncul sangat mempengaruhi perspektif orang tua terhadap sekolah. Senyuman dan keramahan yang ditunjukkan oleh guru, suasana sekolah dan kebersihan sekolah sangat mempengaruhi pandangan orang tua. Lingkungan sekolah yang ramah menunjukkan besarnya penghargaan sekolah tentang pentingnya komunikasi dengan orang tua.
Menurut Berger dalam Graham-Clay, komunikasi dapat melibatkan satu atau dua arah pertukaran informasi. Komunikasi satu arah terjadi saat guru memberikan informasi kepada orang tua tentang peristiwa, kegiatan, atau kemajuan yang dicapai anak melalui berbagai sumber seperti rapot, buku penghubung, maupun website sekolah. Disebut komunikasi dua arah jika terjadi dialog interaktif antara guru dan orang tua. Misalnya percakapan lewat telepon, home visit, pertemuan orang tua dan guru, serta aktivitas sekolah yang mengharuskan kehadiran orang tua lainnya.
Dialog yang efektif antara guru dan orang tua akan menumbuhkan kepercayaan, mutualitas dan penghargaan diantara keduanya. Seorang guru harus mampu menggabungkan kedua cara komunikasi ini dalam memberikan informasi kepada orang tua. Mc. Carty, Brennan and Vecchiarello membagi komunikasi antara orang tua dan guru menjadi dua jenis, yaitu komunikasi kooperatif (cooperative communication) dan komunikasi kolaboratif (collaborative communication).
Merujuk pada penjelasan dari Panitz, Mc. Carty mendefinisikan komunikasi kooperatif (cooperative communication) sebagai berikut: “Komunikasi kooperatif melibatkan personel sekolah seperti guru, orang tua, penyedia layanan, dan lain-lain yang bekerja di wilayahnya secara mandiri untuk mencapai tujuan tertentu.
Ada beberapa bentuk komunikasi antara berbagai pihak yang terlibat, namun mereka mungkin tidak bekerja sebagai sebuah tim yang memanfaatkan kekuatan masing-masing untuk membantu siswa memaksimalkan potensi belajarnya.
Kesalahfahaman yang Sering Terjadi
Seiring berjalanannya waktu, dalam proses pendidikan serta pembelajaran yang meilabatkan orang tuas, siswa dan guru sebagai pihak sekolah tentu selalu saja ada permasalahan yang timbul.
Biasanya permasalahan tersebut terjadi dikarenakan adanya miss-comunnication diantara pihak orang tua dengan guru. Kita ambil saja beberapa contoh kasus yang tersebar di media belakangan ini, banyak orang tua yang pada akhirnya sampai melakukan kekerasan terhadap guru karena tidak terima atas tindakan yang diberikan guru terhadap anaknya.
Tanpa dikomunikasikan yang jelas, beberapa contoh kasus langsung main hakim sendiri. Tentu hal tersebut menjadi polemik bagi guru sebagai pengajar atau pembimbing siswa di sekolah. Karena terkadang, niat seorang guru mendisiplinkan siswanya malah menjadi malapetaka.
Namun, memang guru pun harus memiliki kesadaran penuh dalam bertindak atau memberikan tugas serta sanksi kepada siswanya.
Selain contoh kasus di atas, berdasarkan pengalaman yang terjadi sebagian orang tua tidak bisa kooperatif jika dipanggil oleh pihak sekolah/guru, lantaran orang tua yang memiliki pendapat bahwa jika dipanggil ke sekolah itu hanya urusan keuangan atau pembiayaan saja. Karena itu, sebagian dari orang tua tidak dapat berkomunikasi secara efektif dengan guru.
Dari contoh kasus tersebut dapat menimbulkan miss-comunnication antara orang tua dengan guru yang pada akhirnya kan berdampak kepada perkembangan siswa.
Dengan demikian sangat diharapkan bagi seluruh orang tua siswa dapat secara kooperatif melakukan komunikasi dengan pihak sekolah/ guru dalam berbagai hal. Karena pada dasarnya, perkembangan siswa di sekolah tidak hanya terkait nilai, kreatifitas atau pun prestasi. Namun, ada pula hal yang secara psikologis dirasakan oleh siswa apalagi jika terkait menganai masalah ekonomi keluarga.
Oleh karena itu, guru pun tidak hanya memperhatikan perkembangan siswa hanya dari aspek kognitif. Seorang guru harus mampu menyelami bagaimana karakter siswa serta apa yang menjadi latar belakang dari siswa tersebut. Sehingga guru dapat mengajar dengan lebih bijaksana dan professional.