OLEH: Sabpri Piliang
WARTAWAN SENIOR
“POINT of No Return”! “Tak ada titik untuk kembali”! Hamas “meremehkan” proposal negosiator, dan “memulangkan”nya!
Seberapa kuat Hamas saat ini? Masih “berani” memberikan tawaran! Masih berani meminta “banyak”. Terlebih mereka tengah terkepung!
Punahnya para “designer” dan ‘ikon’ tempur Hamas! Sejatinya, “bargaining position” Hamas, melemah. Namun, justru kukuh! Mari berpikir ‘lateral’!
Hamas yang berdiri (1987), karena representasi rakyat Palestina pada mendiang Yasser Arafat, dan Mahmoud Abbas (Al Fatah). Terlalu kompromistis! Statis dan mudah “dipermainkan”! Doktrin Hamas terhadap Israel ‘baku’!
Bersama Israel, harus dengan senjata! Dialog dengan Israel yang secara penuh didukung ‘Barat’, mesti lewat peperangan! Itulah motif Hamas didirikan oleh Syekh Ahmed Yassin dan Abdel Aziz Al Rantisi!
Kini, “point of no return”! Tak boleh kembali! Momentum merdeka telah didapat! Menghentikan peperangan, dengan menerima proposal Israel, ‘linear’ dengan membuang momentum. Kelaparan Gaza telah “mengundang” momentum! Israel terperosok!
Meminta senjata Hamas dilucuti, tak ada perdamaian permanen (hanya temporer), tidak mundur dari Gaza. Israel maunya begitu! Sama saja dengan mencairkan “bola salju” yang telah “menggulung”, dengan nama “momentum”!
Konfigurasi (meski pahit), berupa perangkap kelaparan yang dibuat Israel! Dimanfaatkan Hamas! Israel telah memasuki “garis merah” universalitas “nir-human”. “Rasa mual” sahabat-sahabat Israel di Eropa. Utamanya Perancis, menghasilkan “point of no return”, Perancis sudah bulat mengakui Palestina.
Alih-alih “melunakkan” Hamas, dengan blokade pangan Israel! Malah dimanfaatkan Hamas untuk mempercepat “kehancuran” diplomasi Israel di ranah kemanusiaan. Israel menjelma sebagai paria “inklusif” yang natural!
Bertebarannya foto anak-anak “busung lapar” Palestina di berbagai media terkemuka Eropa “The Guardian” (Inggris). Membuat “muntah” dunia!
Lihat turis Israel di mana pun “diburu”, dilarang berlabuh! Israel beserta rakyatnya dianggap “rata bersalah”! Membiarkan pemerintahnya, abai terhadap kemanusiaan.
“Argument clinic” (berbagai alasan) Israel: “tak ada kelaparan” di Gaza, atau “Hamas telah mencuri logistik”, terkuak konklutif! Argumen Israel sudah tidak dipedulikan! Buka gerbang Gaza! Biarkan truk-truk bantuan masuk!
Sidang “General Assembly” PBB September mendatang, menjadi titik pemula! Sebuah negara, dengan pengaruh besar. Memastikan diri mengakui Palestina. Bisa jadi, langkah ini akan diikuti Inggris.
Khidmat Emmanuel Macron tercetus tegas! Rakyat Perancis memang berkehendak, terhadap pengakuan kemerdekaan Palestina. Hal ini yang tak dapat dibantah Macron. Sekalipun harus “meninggalkan” AS yang “menyayangkan” pengakuan itu.
Seperti dikutip media Israel, “Yehdioth Ahronoth” (25/7): “Mendirikan negara Palestina! Tak ada alternatif lain! Melucuti Hamas! Pengakuan secara penuh atas Israel! Itulah kunci perdamaian di Timteng. Emmanuel Macron mengingatkan!
“Point of no return”! Hamas di tengah menipisnya amunisi tempur! Menipisnya pimpinan sayap militer “Izzedin Al Qassam”, dan 88 persen Gaza telah terkepung IDF. Masih berani menolak proposal gencatan senjata! Pejuang macam apa ini?
Menarik, apa yang dikatakan PM Australia Anthony Albanese (sekutu Barat), 25/7 (The Guardian): “Pembunuhan warga sipil di Gaza, tidak dapat dibela, atau diabaikan,”katanya mengecam Israel keras.
Kebingungan para negosiator: AS, Qatar, Mesir, Israel, memunculkan kata-kata “sarkastis”, dari utusan Trump, Steve Witkoff. Dia menuduh Hamas tak beritikad baik untuk mencapai gencatan senjata!
Perang adalah perjuangan umat manusia yang paling serius! Kekuatan Israel, atau bertahan ala Hamas. Terbukti belum menghasilkan pemenang! Padahal ini perang ‘asimetris’, tak seimbang!
Kemenangan ‘nisbi’ Israel dengan korban sipil jauh lebih sedikit, dibanding Palestina, bukan ukuran! Konsep “syahid”, membuat Hamas tetap kuat, meski banyak pemimpinnya terbunuh.
“Point of no return”! Israel “hancur lebur” di front diplomasi. Sekaligus “remuk” di pergaulan dunia! Sementara di “Land of Gaza”, Israel banyak korban pasukan.
Pengakuan Perancis terhadap Palestina adalah “gulungan salju” yang akan terus membesar. Blokade Israel adalah tindakan “bunuh diri”.