Sebagian besar industri batik di Cirebon masih menghadapi tantangan dalam pengelolaan limbah yang berdampak pada lingkungan.
DARA | Pemerintah Kabupaten Cirebon bersama sejumlah pihak dan perusahaan terkemuka meluncurkan program pengembangan fasilitas ramah lingkungan untuk mendukung 1.450 perajin batik di delapan desa di wilayahnya.
Program ini, yang digulirkan melalui dana Corporate Social Responsibility (CSR) dengan nilai lebih dari Rp1 miliar, bertujuan untuk memperkuat industri batik lokal sekaligus memastikan keberlanjutan lingkungan.
Sekretaris Daerah Kabupaten Cirebon, Dr H Hilmy Riva’i, MPd, mengatakan fokus utama program ini adalah penyediaan alat produksi yang efisien dan pengolahan limbah yang ramah lingkungan.
Menurutnya, sebagian besar industri batik di Cirebon masih menghadapi tantangan dalam pengelolaan limbah yang berdampak pada lingkungan.
“Sebagian besar perajin batik di Cirebon masih minim fasilitas pengolahan limbah yang memadai. Dengan adanya bantuan CSR ini, kami berharap para perajin dapat menjaga kelestarian lingkungan sekaligus tetap produktif dalam menghasilkan karya batik yang berkualitas,” ujar Hilmy saat peluncuran program di Hotel Aston Cirebon, Senin (11/11/2024).
Program ini diharapkan tidak hanya memberikan dampak positif terhadap lingkungan, tetapi juga memperkenalkan batik khas Cirebon, khususnya motif Mega Mendung, kepada pasar yang lebih luas.
Hilmy menambahkan, motif Mega Mendung yang terkenal akan semakin dikenal di tingkat nasional, meningkatkan daya saing dan nilai tambah bagi produk batik lokal.
Meningkatkan Daya Saing di Pasar Global
Ketua Asosiasi Pengusaha dan Perajin Batik Indonesia (APPBI), Komarudin Kudiya, menyatakan bahwa pengelolaan limbah yang baik adalah langkah penting dalam meningkatkan daya saing industri batik Cirebon di pasar global.
Menurutnya, program ini dapat menjadi contoh yang baik bagi daerah lain yang juga mengembangkan industri batik.
“Industri batik membutuhkan tata kelola limbah yang berkelanjutan agar dapat bersaing di pasar internasional. Kami berharap inisiatif ini tidak hanya bermanfaat bagi Cirebon, tetapi juga menjadi model bagi daerah-daerah lain,” kata Komarudin.
Komitmen Perusahaan Terhadap Keberlanjutan
Khrisma Fitriasari, Head of Corporate Communications and Government Affairs Mondelez Indonesia, menegaskan bahwa perusahaan mereka berkomitmen untuk mendukung industri yang berkelanjutan.
Menurut Khrisma, kerja sama dengan perajin batik dalam program ini adalah bentuk kontribusi nyata dalam menjaga pelestarian budaya dan lingkungan.
“Kami percaya bahwa menjaga lingkungan adalah tanggung jawab bersama. Dengan bekerja sama dengan para perajin batik, kami ingin berkontribusi pada pelestarian budaya batik Cirebon sekaligus lingkungan,” ujar Khrisma.
Program CSR ini diharapkan dapat menciptakan industri batik yang tidak hanya fokus pada keberlanjutan ekonomi, tetapi juga memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan. Dengan langkah ini, batik Cirebon diharapkan tidak hanya mempertahankan identitas budayanya, tetapi juga menjadi contoh bagi industri lainnya dalam mengadopsi praktik ramah lingkungan.
Melalui kolaborasi yang solid antara pemerintah, perusahaan, dan perajin, industri batik Cirebon kini siap bersaing di pasar global dengan cara yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.***
Editor: denkur