Pemkab Bandung Ubah Status Gunung Wayang, Wacana Pelestarian Alam Berbasis Ekonomi Kerakyatan

Rabu, 26 Juni 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Foto: Humas Pemkab Bdg

Foto: Humas Pemkab Bdg

DARA | BANDUNG – Pemkab Bandung mewacanakan mengubah status Gunung Wayang menjadi Taman Hutan Raya (Tahura). Namun wacana tersebut masih membutuhkan kajian secara komprehensif dari seluruh stakeholder.

“Hari ini dilaksanakan FGD, dilemparkan sebuah wacana bahwa kita akan merubah status Gunung Wayang menjadi Taman Hutan Raya (Tahura). Tentunya ini memerlukan kajian-kajian yang lebih mendalam, komprehensif dan integral dari seluruh stakeholder,” kata Sekda Kabupaten Bandung,  H Teddy Kusdiana, seusai  Focus Group Discussion (FGD) Pengembangan Kawasan Pelestarian Alam di Kabupaten Bandung di Bale Winaya Soreang, Selasa (25/6/2019).

Kajian tersebut menurut Sekda sangat diperlukan, agar saat Tahura ini terbentuk, pengelolaannya lebih terpadu serta berbasis ekonomi kerakyatan. “Jika pemerintah pusat mendukung wacana ini dan menunjuk otoritas pengelola yang ditentukan melalui peraturan perundangan, maka pengelolaannya diharapkan akan lebih terpadu. Intinya, mengubah status namun perekonomian dan penghidupan masyarakat akan tetap terjamin dan menjadi prioritas.”

Wacana yang masih terkait upaya pemulihan Sungai Citarum itu, lanjut Sekda, harus disikapi bersama oleh seluruh pemangku kepentingan. Terlebih lagi ada delapan kabupaten kota yang dilintasi sungai tersebut, yaitu Kabupaten Bandung, Sumedang, Cianjur, Purwakarta, Bogor dan Kabupaten Karawang, serta Kota Bandung dan Kota Cimahi.

“Jadi harus ada intervensi pemerintah pusat dan provinsi baik dari segi anggaran, kebijakan maupun peraturan dan harus dilaksanakan secara bersama-sama oleh seluruh stakeholder dan masyarakat,” ujarnya.

Dari sisi peran serta masyarakat ia menyampaikan, Bupati Dadang Naser kerap mengimbau warga terutama para petani di DAS Citarum untuk memperhatikan pola tanam. Lahan di kemiringan harus ada sengkedan, tidak menanam sayuran di kemiringan lebih dari 30 derajat, pengaturan pola tanam dengan memperhatikan sabuk gunung yakni dengan menanam pohon keras.

“Pola tanam ini secara teknis diberikan oleh penyuluh-penyuluh pertanian. Jadi poin pentingnya pertanian jalan, kelestarian alam juga tetap terjaga,” kata Teddy.

FGD yang diikuti para pegiat lingkungan Kabupaten Bandung tersebut, menghadirkan narasumber di antaranya Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Jawa Barat,  Dr Ir Anang Sudarna, M.Sc, Ph.D, Ketua Pusat Unggulan Lingkungan dan Ilmu Keberlanjutan (PULIK) Unpad, Parikesit, M.Sc, Ph.D, dan Peneliti/Dosen Unpad, Budhi Gunawan, M.A, Ph.D.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bandung Asep Kusumah menambahkan, upaya yang digulirkan Pemkab Bandung tersebut berdasarkan pertimbangan, bahwa perlu berbagai pendekatan untuk mempercepat pemulihan Sungai Citarum. Terbitnya Perpres 15/ 2018 Tentang Percepatan Pemulihan DAS Citarum, wacana Tahura merupakan tambahan pemikiran untuk memperkuat upaya percepatan tersebut. Status tahura merupakan salah satu alternatif untuk memberikan akses dalam pengembangan berbagai hal.

Di situ, lanjut dia,  ada fungsi pelestarian, pemanfaatan, ilmu pengetahuan, pendidikan, budaya, dan budi daya. Secara awal gagasan ini memiliki korelasi dengan fakta-fakta di lapangan.

“Statusnya memang kawasan hutan lindung. Namun ada aktivitas masyarakat yang kehidupannya bergantung pada hutan,” katanya.

FGD ini, menurit Asep, merupakan awal, dengan mencoba melibatkan pihak-pihak terkait. “Meskipun belum semuanya bisa hadir, namun ini merupakan spirit awal untuk menarik semua pemikiran.”

Dalam diskusi tersebut juga terungkap, bahwa selain Gunung Wayang ada pula kawasan lainnya yang patut mendapat perhatian, yakni Gunung Haruman dan Gunung Bedil. Perubahan status yang kita wacanakan ini merupakan upaya mengubah paradigma pemanfaatan hutan.

“Ada manfaat tidak langsung yang bisa diambil masyarakat, misalnya dari bidang pariwisata, pengembangan produk pertanian non-kayu, yang juga akan mendorong masyarakat untuk mendapatkan nilai ekonomis,” katanya.***

Editor: Ayi Kusmawan

Berita Terkait

Rektor Paramadina Prof. Didik J. Rachbini: Krisis Multi-Dimensi Peluang Emas bagi Indonesia di Tengah Dinamika Geo-Politik Global
Layanan PosIND: 142 Ribu Pensiunan Baru Bisa Ambil Dana Pensiun TASPEN di Kantorpos
Pos Indonesia Komitmen Dukung Logistik Koperasi Desa Merah Putih
Pos Indonesia dan BPKH Jalin Kerja Sama, Perkuat Layanan Haji dengan Sistem Logistik Terintegrasi
PT Kaffah Sentral Indonesia Lahirkan Inovasi Tepung Praktis untuk Kue dan Roti Berkualitas Premium
Pos Indonesia Dukung Program Nasional Koperasi Merah Putih
PosIND dan Bank Muamalat Luncurkan Layanan Tabungan Haji di Kantor Pos
PT Pos Indonesia Raih Penghargaan Top CSR Awards 2025

Berita Terkait

Senin, 7 Juli 2025 - 10:50 WIB

Rektor Paramadina Prof. Didik J. Rachbini: Krisis Multi-Dimensi Peluang Emas bagi Indonesia di Tengah Dinamika Geo-Politik Global

Kamis, 3 Juli 2025 - 14:52 WIB

Layanan PosIND: 142 Ribu Pensiunan Baru Bisa Ambil Dana Pensiun TASPEN di Kantorpos

Rabu, 2 Juli 2025 - 11:12 WIB

Pos Indonesia Komitmen Dukung Logistik Koperasi Desa Merah Putih

Jumat, 27 Juni 2025 - 14:13 WIB

Pos Indonesia dan BPKH Jalin Kerja Sama, Perkuat Layanan Haji dengan Sistem Logistik Terintegrasi

Rabu, 25 Juni 2025 - 11:54 WIB

PT Kaffah Sentral Indonesia Lahirkan Inovasi Tepung Praktis untuk Kue dan Roti Berkualitas Premium

Berita Terbaru

CATATAN

PERDAMAIAN MENTAH Trump “Nihil” Tekan Netanyahu

Minggu, 13 Jul 2025 - 09:17 WIB

BANDUNG UPDATE

Bupati Jeje Ritchie Ismail Menang Penalti vs Ketua PWI Bandung Barat

Sabtu, 12 Jul 2025 - 15:41 WIB