Paramadina: Arahan Presiden Turunkan Harga Tiket Pesawat Terburu-Buru

Minggu, 21 Agustus 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Adrian Wijanarko, Direktur Riset Paramadina Public Policy Institute (PPPI)

Adrian Wijanarko, Direktur Riset Paramadina Public Policy Institute (PPPI)

Arahan Presiden Joko Widodo terkait tingginya harga tiket pesawat dengan mendorong maskapai Garuda Indonesia menambah jumlah pesawat terkesan seperti keputusan terburu buru dan tidak tepat.


DARA – Demikian kata Adrian Wijanarko, Direktur Riset Paramadina Public Policy Institute (PPPI).

Sebagaimana hasil Rapat Koordinasi Nasional Pengendalian Inflasi 2022 tanggal 18 Agustus lalu, Presiden Jokowi menyoroti tingginya harga tiket pesawat di lapangan.

Menurut laporan yang dikeluarkan Bank Indonesia, harga tiket pesawat bulan Juni mencatat inflasi sebesar 3.16 % month to month.

Sesudah menyinggung hal tersebut, Presiden Jokowi memerintahkan kepada menteri terkait, yakni menteri perhubungan dan Menteri BUMN untuk bisa menanggapi masalah ini.

Presiden Jokowi meminta Erick Thohir untuk mendorong perusahaan BUMN Garuda Indonesia untuk menambah jumlah pesawat, sehingga dapat menurunkan harga tiket pesawat.

Adrian mengatakan kenaikan harga tiket pesawat didorong oleh kenaikan harga pokok tiket pesawat seperti tingginya harga bahan bakar pesawat dan kenaikan Passenger Service Charge atau dikenal dengan Airport Tax.

Menurut data yang dimiliki The International Air Transport Association, kenaikan harga pesawat tercatat pada titik tertinggi pada bulan April dan Juni.

Kenaikan ini terjadi pada momen dimana terdapat pembatasan mobilitas masyarakat pasca pandemi dicabut, hari lebaran dan liburan sekolah. Walau saat ini harga bahan bakar mengalami penurunan, harga bahan bakar pesawat masih cukup tinggi dibandingkan tahun lalu.

“Pada hukum ekonomi, ketika ada kenaikan pada sisi permintaan maka akan diiringi oleh kenaikan harga. Selain itu kenaikan harga juga didorong oleh kenaikan bahan bakar pesawat dan airport tax juga,” ujar Adrian, dalam rilis yang diterima redaksi, Minggu (21/8/2022).

Faktor lainnya lanjut Adrian, adalah keadaan maskapai Garuda Indonesia saat ini yang masih dibebani oleh hutang. Utang Garuda Indonesia saat ini tercatat sebesar Rp138 Triliun.

“Skema pembayaran utang Garuda yang besar ini dilakukan dengan jangka panjang, seperti long-term loan dan konversi ke saham. Artinya secara hutang yang dibayarkan oleh Garuda tidak akan selesai dalam waktu pendek. Garuda harus dikelola secara profesional dengan mencari sisi profitabilitas dalam setiap rute. Apalagi menurut data, margin profit hanya sebesar 4%,” tutur Adrian yang saat ini juga menjabat sebagai Ketua Program Studi Manajemen Universitas Paramadina.

Adrian menilai kebijakan alternatif seperti memberikan subsidi BBM akan lebih efektif dibandingkan dengan penurunan harga tiket pesawat.

“Beban inflasi Angkutan Udara hanya menyumbang 0.03% dari total inflasi. Daripada menambahkan beban pada Garuda, lebih baik pemerintah mencari kebijakan alternatif untuk terus tetap memberikan subsidi BBM seperti pertalite, pertamax dan solar,” lanjutnya.

Mengutip pernyataan Menko Airlangga Hartarto per tanggal 18 Agustus harga Pertalite masih pada angka Rp 7.650 per liter walau harga keekonomiannya pada harga Rp 13.150 per liter. Sedangkan harga pertamax ada pada harga Rp 12.500 per liter dengan harga keekonomiannya sebesar Rp 15.150 per liter.

“Subsidi BBM akan lebih baik diberikan karena akan memberikan dampak domino yang lebih besar kepada masyarakat. Ketika harga Solar atau Pertalite naik ini pasti akan berdampak ke semua kalangan dengan estimasi kenaikan tingkat inflasi sampai dengan 6 atau 7 persen. Sedangkan kenaikan harga tiket hanya mempengaruhi kelompok masyarakat yang lebih sedikit,” ujar Adrian.

“Tiket pesawat ini dipandang sebagai pembelian leisure. Pada situasi ekonomi saat ini pasca pandemi dan industri juga baru tumbuh kembali, perilaku keuangan masyarakat kita juga masih cenderung menyimpan uang mereka daripada jalan jalan naik pesawat,” imbuhnya.

Editor: denkur

 

Berita Terkait

Menang Imbau Jemaah tidak Maksa ke Arab Saudi Tanpa Visa Haji
Presiden Prabowo Bahas Evaluasi Direksi BUMN dan Isu Kemanusiaan Palestina di Istana Merdeka
Okupansi Penumpang di TW 1 2025 Terus Meningkat, Bukti Masyarakat Makin Percaya Layanan KAI
Meningkatkan Konversi dengan Otomatisasi dalam Digital Marketing
Persiapkan Panen Raya Serentak Tahap 2: Sinergi Nasional untuk Keberlanjutan Swasembada Jagung 2025
Pertamina Patra Niaga Siapkan 95 Ribu Kilo Liter Avtur Antisipasi Kebutuhan Penerbangan Haji 2025
BPMI Berkolaborasi dengan STFI dan Yayasan Thalassaemia Indonesia
Sekjen SMSI Makali :Proses Hukum Direktur Pemberitaan JakTV Dilakukan Secara Akuntabel dan Proporsional
Berita ini 6 kali dibaca

Berita Terkait

Rabu, 30 April 2025 - 11:59 WIB

Menang Imbau Jemaah tidak Maksa ke Arab Saudi Tanpa Visa Haji

Rabu, 30 April 2025 - 11:52 WIB

Presiden Prabowo Bahas Evaluasi Direksi BUMN dan Isu Kemanusiaan Palestina di Istana Merdeka

Rabu, 30 April 2025 - 11:45 WIB

Okupansi Penumpang di TW 1 2025 Terus Meningkat, Bukti Masyarakat Makin Percaya Layanan KAI

Rabu, 30 April 2025 - 02:54 WIB

Meningkatkan Konversi dengan Otomatisasi dalam Digital Marketing

Selasa, 29 April 2025 - 15:13 WIB

Persiapkan Panen Raya Serentak Tahap 2: Sinergi Nasional untuk Keberlanjutan Swasembada Jagung 2025

Berita Terbaru

CATATAN

PERANG DAGANG Jepang, China, dan Resesi AS

Rabu, 30 Apr 2025 - 12:05 WIB