Muktamar Pemikiran Cak Nur dan Paramadina Research Day

Kamis, 26 Oktober 2023

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Foto: Istimewa

Foto: Istimewa

Universitas Paramadina gelar Muktamar Pemikiran Cak Nur dan Paramadina Research Day 2023 di Jakarta, Rabu (25/10/2023).

DARA | Acara yang diselenggarakan secara hybrid ini dihadiri ratusan peserta yang terdiri dari mahasiswa dan masyarakat umum.

Prof Dr Suyitno, MAg, Kepala Balitbang dan Diklat Kemenag RI dalam sambutannya mengatakan: “Muktamar pemikiran Cak Nur di kampus peradaban ini kampus inklusif, kampus pluralis, kalau kita bicara Cak Nur pasti idiomatik itu yang muncul. Tugas berat kita semua sesungguhnya bagaimana legacy itu terus menjadi sesuatu yang sifatnya bukan jargon, tetapi terimplementasi sungguh-sungguh dan riil.”

Cak Nur simbol dari perpaduan Muhammadiyah dan NU. Tradisi pesantren yang sangat kuat beliau dari orang tua dari Jombang belajar di Gontor dan begitu melegacy sebagai tokoh dengan pandangan-pandangan berbasis pada spiritualitas, nilai-nilai keislaman, nilai keagamaan yang kuat.

“Cak Nur juga merepresentasikan modernitas dari proses genealogis, dari proses akademik sehingga orang bisa menyebut Fazlur Rahman-nya indonesia. Ia sangat dibutuhkan di hari ini mengusung ide yang inklusif, memanusiakan manusia, tidak memandang orang karena persoalan ras, etnis, suku dan agama. Bagi kami di departemen agama banyak yang bisa kami adopsi gagasan beliau,” tuturnya.

“Cak Nur adalah sosok penerjemah nyata kaidah kita semua untuk terus merawat tradisi yang baik tetapi ingin juga mengadopsi modernitas, bahkan pasca modernitas,” imbuhnya dalam rilis yang diterima redaksi, Kamis (26/10/2023).

Prof Didik J Rachbini MSc, PhD mengatakan, di Universitas Paramadina berupaya melestarikan pemikiran Cak Nur dalam kurikulum mata kuliah tentang keislaman, keindonesiaan dan kemodernan.

“Di kampus warisan Cak Nur ini mendorong Islam yang toleran, Islam dan demokrasi, pendidikan dan pemikiran kritis penyemaian dunia intelektual, modernisme islam, dan pluralisme kebhinekaan,” tuturnya.

A Khoirul Umam, PhD dalam pengantar moderasinya mengungkapkan muktamar ini adalah kesempatan berharga untuk melacak kembali dan mengkontektualisasikan pemikiran cak nur di tengah tantangan bangsa yang semakin kompleks saat ini.

“Beliau adalah man of ideas, man of ethics sekaligus man of actions. Cak Nur menggabungkan itu semua kemudian menghadirkan pemikiran yang spektrumnya melampaui batas-batas keilmuan. Memiliki pengaruh dalam konteks sosial, politik budaya dan demokrasi di indonesia,” ujarnya.

Sekjen PP Muhammadiyah, Prof Dr Abdul Mu’ti memaparkan dalam tulisan-tulisan Cak Nur berbicara tentang masyarakat yang egalitarian atau masyarakat yang di situ kesamaan dan kesetaraan antar manusia itu menjadi misi penting dari ajaran agama Islam.

“Cak Nur menjelaskan tauhid sebagai pondasi untuk membangun inklusivisme. Ia menjelaskan dengan akar pemikiran menarik, tauhid itu membawa pesan liberasi kemanusian dan transendensi dalam berbagai aspek kehidupan dan bagaimana itu menjadi fondasi membangun masyarakat madani dan egalitarian,” katanya.

Dalam paparan Wakil Ketua PB NU, Ulil Abshar Abdalla mengungkapkan kekhawatirannya terkait tantangan bagaimana mengkomunikasikan gagasan pemikiran Cak Nur dengan generasi sekarang.

“Pemikiran tokoh seperti Cak Nur dan generasinya Gus Dur, Buya Syafi’i Ma’arif, Dawam Rahardjo, Johan Effendi, Jalaludin Rahmat apakah dibaca dan dipahami generasi baru? Bagi generasi baru tulisannya terasa asing,” ujarnya.

Ulil membeberkan latar belakang yang membentuk pemikiran Cak Nur. “Cak Nur itu mengagumi kota Madinah zaman nabi, sebagai lambang dari kehidupan plural dan multikultural. Kemudian Indonesia, karena ada bahasa melayu yang menjadi bahasa nasional yang egaliter. Yang terakhir Amerika, negara yang dibangun kaum imigran dari berbagai tempat beragam sebagai melting pot panci peleburan unsur beragam yang melebur menjadi bangsa baru.”

Prof Romo Franz Magnis Suseno menceritakan pada saat Cak Nur di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, merupakan salah satu tokoh yang terkenal dengan kontroversi karena menyuarakan mengenai pembaruan secara berulang kali.

“Terlebih kala itu Cak Nur menyerukan ‘Islam Yes, Partai Islam No’. Cak Nur melihat Islam di Indonesia tidak akan maju jika fokus dengan partai politik, ia menegaskan ‘Islam perlu mendukung negara sekuler’. Cak nur menyadari agama merupakan pemain dalam perpolitikan saat itu,” katanya.

“Bagi Cak Nur yang amat penting adalah keterbukaan Islam terhadap modernitas. Ia meyakini Islam bisa dan harus semodern-modernnya. Islam secara hakiki agama yang terbuka, toleran, pluralis, dan demokratis karena hadir di tengah modernitas. Bagi saya Cak Nur adalah seorang Teolog,” imbuhnya.

Dekan Fakultas Pendidikan UIII Prof. Nina Nurmila, MA, Ph.D memaparkan bahwa Islam dalam pemikiran Cak Nur yaitu sebagai rahmatan lil alamin, dimana semua manusia yaitu laki-laki dan perempuan serta seisi alam termasuk tumbuhan dan hewan.

Islam dianggap sebagai agama yang inklusif karena mendorong perdamaian, toleransi, dan keadilan tentu dengan keadilan gender juga di hadirkan oleh Cak Nur.

“Menurut Cak Nur nilai-nilai modernitas tidak bertentangan dengan islam. Modern dalam arti dapat beradaptasi dengan perubahan zaman dan teknologi. Cak Nur sebenarnya tidak banyak membahas mengenai isu perempuan dalam karyanya, namun pemikirannya progresif dan kontekstual sehingga dapat memberi ruang bagi inklusivitas dan kesetaraan gender serta kebebasan berekspresi bagi perempuan,” tuturnya.

Editor: denkur

 

Berita Terkait

Daftar Peraih Anugerah Media Humas 2024, Jawa Barat Borong Dua Penghargaan
Ketua PWI Jaya Kesit B Handoyo: OKK Hanya Dilaksanakan oleh PWI Jaya
Kaum Disabelitas di Polri, Bukti Adanya Kesetaraan
Akun Katak Bhizer Sudah Diblokir, Budi Arie: “Tak Ada Kompromi, Kami Hajar Penyebar Judi Online”
Menko Polhukam Dorong Kolaborasi ASEAN Atasi Perdagangan Orang
Cek Disini, 16 Zona Megathrust di Indonesia, Nomor 8 Mengancam Jawa Barat
Satu Dekade Transformasi Digital, Kecepatan Internet Meningkat Sepuluh Kali Lipat
BPKH Limited Luncurkan 14 Varian Bumbu Kampoeng untuk Konsumsi Jemaah Haji dan Umrah
Berita ini 5 kali dibaca

Berita Terkait

Jumat, 11 Oktober 2024 - 14:56 WIB

Daftar Peraih Anugerah Media Humas 2024, Jawa Barat Borong Dua Penghargaan

Kamis, 10 Oktober 2024 - 14:16 WIB

Ketua PWI Jaya Kesit B Handoyo: OKK Hanya Dilaksanakan oleh PWI Jaya

Kamis, 10 Oktober 2024 - 11:36 WIB

Kaum Disabelitas di Polri, Bukti Adanya Kesetaraan

Rabu, 9 Oktober 2024 - 20:12 WIB

Akun Katak Bhizer Sudah Diblokir, Budi Arie: “Tak Ada Kompromi, Kami Hajar Penyebar Judi Online”

Rabu, 9 Oktober 2024 - 19:49 WIB

Menko Polhukam Dorong Kolaborasi ASEAN Atasi Perdagangan Orang

Berita Terbaru

Foto: miga/dara.co.id

BANDUNG UPDATE

Prakiraan Cuaca Bandung, Minggu 13 Oktober 2024

Minggu, 13 Okt 2024 - 07:32 WIB

CATATAN

“OBITUARI” & MEMORABILIA Perginya “Journalist” Setia

Sabtu, 12 Okt 2024 - 15:05 WIB