Misteri Kawah Putih, Tempat Bertemunya Para Leluhur yang Dipimpin Eyang Jaga Satru

Senin, 18 Juli 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kawah Putih (Foto: goodnewsfromindonesia)

Kawah Putih (Foto: goodnewsfromindonesia)

Kawah Putih salah satu objek wisata yang terkenal keindahan dan kesejukan alamnya. Berada di kawasan gunung Patuha Kabupaten Bandung. Dibalik kemolekan panoramanya, tersimpan sebuah misteri yang perlu Anda ketahui.


DARA – Pemandangan di sekitar Kawah Putih Ciwidey cukup indah. Air danaunya memang berwarna putih kehijauan, sangat kontras dengan batu kapur yang mengitarinya.

Sebelah utara danau berdiri tegak tebing batu kapur berwarna kelabu yang ditumbuhi lumut dan berbagai tumbuhan lainnya.

Namun, tahukan Anda bahwa pada masa lalu, konon Kawah Putih yang berada di puncak Gunung Patuha dianggap angker oleh masyarakat setempat, sehingga tak seorang pun berani menginjaknya. Konon pula kawasan ini merupakan tempat berkumpulnya roh halus para Prajurit Prabu Siliwangi yang moksa.

Berikut kisah misteri singkatnya sebagaimana dikutip dara.co.id dari goodnewsfromindonesia, Senin (18/7/2022):

Konon asal mula nama Gunung Patuha ini bermula dari kata sepuh yang dalam bahasa Indonesia disebut Pak Tua. Lambat laun, kata Pak Tua berubah menjadi Patuha.

Sementara itu, menurut para ahli, sejarah terbentuknya kawah bermula pada Abad 10 dan 12 di mana terjadi sebuah letusan yang membentuk sebuah kawah besar yang sangat indah. Tetapi, sayangnya keindahan ini tidak diketahui oleh masyarakat setempat, bahkan segerombolan burung yang terbang jarang sekali melewati gunung ini.

Kalaupun ada burung yang lancang berani terbang di atas kawasan tersebut, akan jatuh dan mati. Anggapan tersebut juga diperkuat dengan adanya bau menyengat yang merebak di sekitar wilayah tersebut.

Masyarakat setempat mengaitkan peristiwa ini dengan kepercayaan akan adanya tujuh makam para leluhur/sesepuh di puncak gunung tersebut. Satu di antara puncak Gunung Patuha yakni Puncak Kapuk, disebut-sebut sebagai tempat pertemuan para leluhur yang dipimpin oleh Eyang Jaga Satru.

Katanya, di tempat ini secara gaib terlihat sekumpulan domba berbulu putih. Masyarakat setempat menyebutnya domba lukutan.

Dengan bahasa Sunda, domba lukutan bermakna domba berlumut. Tetapi sampai sekarang tidak ada bukti yang dapat menyingkap mistis domba lukutan itu.

Junghuhn pecahkan misteri Kawah Putih

Narasi mistis mengenai keangkeran gunung itu juga selanjutnya sampai ke telinga Franz Wilhelm Junghuhn (1809-1864) yang disebut seorang Botanis kelahiran Jerman.

Junghuhn saat itu tinggal di kawasan tanah Priangan untuk mengembangkan tanaman kina.

Dirinya telah menjelajahi gunung-gunung di Pulau Sumatra dan Jawa hingga menerbitkan buku yang menjadi acuan bagi peneliti dari sudut pandang ilmu botani, geologi, dan vulkanologi.

Berkat jasanya Indonesia menjadi negara pengekspor kina terbesar di abad 19. Dia pula yang pertama kali menulis laporan ilmiah tentang Pulau Jawa dan Sumatra.

Pada tahun 1837, Junghuhn berkunjung ke Bandung bagian Selatan (Ciwidey). Saat itu, dia memandangi sebuah area gunung yang terlihat sunyi bahkan tidak ada satu ekor burung pun yang terbang di atasnya, dan hal ini membuatnya penasaran.

Kemudian Junghuhn mencari informasi melalui masyarakat setempat tentang keanehan tersebut. Hampir dari mereka menceritakan hal yang sama bahwa Gunung Patuha merupakan area yang sangat angker, tempat arwah para leluhur dan merupakan pusat kerajaan makhluk halus.

Kondisi ini mungkin bagi seorang Eropa dengan latar belakang dan pemahamannya merupakan sesuatu yang kurang masuk akal, sehingga membuatnya lebih penasaran. Gunung Patuha yang berbentuk hutan belantara saat itu pun ditembus Junghuhn dengan kemauan pecahkan misteri.

Tidak diduga, perjalanan Junghuhn waktu itu malah berbuah hadiah cantik berupa keindahan yang tidak terlukis oleh mata. Dia mendapati sebuah danau kawah yang cantik. Berbau belerang juga menusuk.

Kawah itu digenangi air sehingga membentuk danau yang sangat indah. Air bening dingin yang berasal dari mata air mengalir ke arah danau kawah menjadi air danau yang hangat. Danau kawah itu dikelilingi tebing-tebing dan pohon-pohon rimbun.

Pepohonan di salah satu bagian tebing tampak hangus seperti terbakar api. Nampaknya asap belerang hanya bertiup ke salah satu bagian tebing sehingga menghanguskan pepohonan di bagian itu.

Sesudah ditelaah, kandungan belerang di kawah itu tinggi sekali. Rupanya, hal itu yang mengakibatkan burung malas lewat di atas gunung setinggi 2.436 meter di permukaan laut (mdpl) itu.

Sumber daya belerang yang terdapat di Kawah Putih tidak lama setelah ditemukan Junghuhn dieksploitasi oleh pemerintah kolonial Belanda. Pabrik belerang Zwavel Ontgining Kawah Putih didirikan di dekat kawah.

Pada saat Jepang menduduki Indonesia pabrik itu diberi nama Kenzaka Yokoya Ciwidey. Pabrik itu diawasi secara ketat oleh tentara pendudukan Jepang dan didayagunakan untuk kepentingan militer.

Entah sejak kapan produksi belerang dari Kawah Putih mulai merosot, seterusnya berhenti. Namun penambangan belerang saat ini masih dilakukan oleh penduduk setempat.

Pengunjung Kawah Putih sering memunguti butir-butir belerang sebesar kerikil yang berwarna kuning bening di seputaran tepi danau kawah. Butir belerang itu sering dikonsumsi seperti layaknya minum obat keluaran pabrik. Butiran kuning bening itu dipercaya bisa menyembuhkan penyakit kulit.

Sementara itu gua peninggalan bekas pertambangan belerang itu masih ada. Hanya saja, kini sudah dipalang pakai kayu. Jangankan masuk, berdiri lama-lama di depan gua itu saja dilarang. Katanya, berbahaya buat kesehatan.

Dahulu, belerang yang ditambang dari tempat ini diangkut menggunakan kereta. Belanda membangun rel kereta dari Kawah Putih hingga Ciwidey. Kini, meski terputus-putus, rel itu pun masih ada. Melintang di hutan, tepi jalan dan perkampungan. (Rizky Kusumo)

Editor: denkur | Sumber: goodnewsfromindonesia

Berita Terkait

Optimalkan Pembinaan Kemandirian, Lapas Banceuy Jadikan Industri Garmen Sebagai Komoditas Utama
Kenapa Google Doodle Hari Ini Tampilkan Seniman A.T Mahmud, Ini Jawabannya
Inilah Pemenang Mojang Jajaka Kota Bandung 2024
Ketika Tim EIGER Adventure Antar Tas Untuk Siswa Sekolah Terpencil di Puncak Pegunungan Jawa Barat
TB Inti Jaya Serahkan Reward Dua Sepeda Motor Kepada Konsumen
Sukses Lepas Rindu Sheilagank di Medan, bank bjb Mudahkan Nasabah Dapat Tiket
Mitos atau Fakta? Obat Hipertensi Merusak Ginjal
Bey Machmudin Nostalgia di Kampus Unpar, Ajak Ikatan Alumni Membangun Jawa Barat
Berita ini 14 kali dibaca

Berita Terkait

Senin, 7 Oktober 2024 - 23:24 WIB

Optimalkan Pembinaan Kemandirian, Lapas Banceuy Jadikan Industri Garmen Sebagai Komoditas Utama

Kamis, 3 Oktober 2024 - 10:55 WIB

Kenapa Google Doodle Hari Ini Tampilkan Seniman A.T Mahmud, Ini Jawabannya

Senin, 30 September 2024 - 09:35 WIB

Inilah Pemenang Mojang Jajaka Kota Bandung 2024

Sabtu, 28 September 2024 - 14:48 WIB

Ketika Tim EIGER Adventure Antar Tas Untuk Siswa Sekolah Terpencil di Puncak Pegunungan Jawa Barat

Senin, 23 September 2024 - 08:20 WIB

TB Inti Jaya Serahkan Reward Dua Sepeda Motor Kepada Konsumen

Berita Terbaru

Samantha Ebert (Foto: Ist)

HEADLINE

Samantha Ebert Menemukan Cinta dalam Hidupnya “Flowers”

Senin, 14 Okt 2024 - 13:16 WIB