Menggelitik Anak Berbahaya, Jaman Dinasti Han Tiongkok Jadi Alat untuk Menyiksa

Rabu, 12 Juni 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi: womantalk.com

Ilustrasi: womantalk.com

DARA | Seorang anak akan tertawa terbahak-bahak ketika kita gelitik pinggangnya, dadanya atau telapak kakinya. Kita menganggap bahwa anak itu menikmati gelitikan kita. Padahal tidak. Bahkan, sebetulnya si anak merasa tersiksa sebab tawanya tidak bisa dihentikan selama digelitik.

Ada sebuah penelitian di University of California, tahun 1997. Para ilmuwan menemukan bahwa menggelitik tidak menciptakan perasaan bahagia yang sama seperti seseorang yang menertawaan lelucon itu.

Menurut ilmuan itu, seperti dilansir liputan6 dari Bright Side, Rabu (12/6/2019), seseorang yang digelitik bisa kehilangan kontrol diri. Bahkan, mereka akan berjuang untuk mendapatkan kendali, dan itu bisa memalukan bagi anak-anak dan bisa meninggalkan kenangan yang tidak menyenangkan seumur hidup. Ketika orang dewasa menggelitik anak-anak, mereka tentu akan bahagia. Tapi itu tidak berarti hasilnya tidak akan berbahaya.

Menggelitik sebagai alat Siksa

Semasa Dinasti Han di Tingkok, menggelitik digunakan untuk menyiksa kaum bangsawan agar tidak meninggalkan bekas dan korban bisa pulih dengan mudah dan cepat.

Sementara itu di Jepang juga menggelitik digunakan untuk menyiksa warganya. Bahkan, menciptakan kata khusus untuk itu yakni kusuguri-zeme yang berarti “gelitik tanpa ampun.”

Vernon R. Wiehe dari University of Kentucky mempelajari 150 orang dewasa yang dilecehkan saudara mereka selama masa bocah. Banyak dari subyek penelitian melaporkan bahwa menggelitik termasuk sebagai jenis pelecehan fisik.

Studi tersebut menyimpulkan bahwa menggelitik dapat memicu reaksi fisiologis ekstrem pada korban, seperti muntah dan kehilangan kesadaran karena ketidakmampuan untuk bernapas.

Menggelitik juga dapat menyebabkan tawa yang tidak terkendali dan sulit dihentikan. Tawa yang disebabkan gelitik secara terus-menerus dapat mencapai titik di mana orang yang digelitik tidak dapat bernapas dengan benar.

Menurut Dr. Alexander, menggelitik sebenarnya dapat menyebabkan sakit mental yang hebat. Kadang-kadang rasa sakit ini bisa bertahan seumur hidup.***

Editor: denkur

Sumber: liputan6

 

Berita Terkait

Universitas Paramadina Soroti Tantangan dan Solusi Koperasi Merah Putih
Satu-satunya dari Indonesia, Mahasiswa Sampoerna University Tampil di IVS Kyoto 2025 Bawa Inovasi Ramah Lingkungan ke Panggung Dunia
Akses Menuju Stasiun Makin Mudah, Pengguna LRT Jabodebek di Stasiun Harjamukti Terus Naik
Wartawan Senior Wina Armada Sukardi Tutup Usia
Panitia Kongres Temui Menkum dan Kapuspen TNI : Pemerintah Dukung Kongres Persatuan PWI
KAI Divre IV Tanjungkarang Tambah Stasiun Pelayanan Pembatalan Tiket KA Secara Offline
LRT Jabodebek Layani 139 Ribu Pengguna Selama Libur Panjang Tahun Baru Islam 1447 H
Tren Hidup Sehat dan Ngopi di 2025: Gaya Hidup yang Semakin Berkembang di Indonesia

Berita Terkait

Rabu, 9 Juli 2025 - 21:48 WIB

Satu-satunya dari Indonesia, Mahasiswa Sampoerna University Tampil di IVS Kyoto 2025 Bawa Inovasi Ramah Lingkungan ke Panggung Dunia

Rabu, 9 Juli 2025 - 13:43 WIB

Akses Menuju Stasiun Makin Mudah, Pengguna LRT Jabodebek di Stasiun Harjamukti Terus Naik

Kamis, 3 Juli 2025 - 18:39 WIB

Wartawan Senior Wina Armada Sukardi Tutup Usia

Rabu, 2 Juli 2025 - 19:35 WIB

Panitia Kongres Temui Menkum dan Kapuspen TNI : Pemerintah Dukung Kongres Persatuan PWI

Senin, 30 Juni 2025 - 21:35 WIB

KAI Divre IV Tanjungkarang Tambah Stasiun Pelayanan Pembatalan Tiket KA Secara Offline

Berita Terbaru

CATATAN

PERDAMAIAN MENTAH Trump “Nihil” Tekan Netanyahu

Minggu, 13 Jul 2025 - 09:17 WIB

BANDUNG UPDATE

Bupati Jeje Ritchie Ismail Menang Penalti vs Ketua PWI Bandung Barat

Sabtu, 12 Jul 2025 - 15:41 WIB

BANDUNG UPDATE

Resmi, Koperasi Desa Merah Putih Desa Banyusari Sudah Dilaunching

Sabtu, 12 Jul 2025 - 14:20 WIB