Tiada hari tanpa kemacetan arus lalu lintas di Kota Bandung. Apalagi arus lalu lintas ke daerah tujuan wisata baik kuliner, distro bahkan obyek wisata yang di luar Kota Bandungpun seperti ke daerah Pangalengan atau Ciwidey Kabupaten Bandung dipastikan macet. Ini sepertinya yang menjadi sebab sepinya tingkat okupansi hotel di Bandung. Ketua PHRI Jabar, memaparkan soal sepinya okupansi hotel di musim libur Natal dan Tahun Baru, tahun ini.
DARA | BANDUNG – Okupansi hotel di Bandung dalam liburan Natal dan Tahun Baru terindikasi sepi dibanding musim libur tahun 2018. Penyebabnya diduga kuat, akibat kemacetan arus lalintas masuk ke Bandung sehingga para wisatawan enggan untuk berlibur di Bandung.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Barat, Herman Muchtar menyatakan, semakin macetnya arus lalu lintas ke Bandung membuat wisatawan enggan menghabiskan waktu lebih dari 3 hari di Bandung.
Herman mengakui struktur jalan dari Jakarta ke Bandung sudah baik. Apalagi lanjut dia, sekarang ada Tol Layang Jakarta-Cikampek. Namun menurut dia, persoalannya sepinya tamu ke hotel di Bandung, akibat kemacetan yang merepotkan para wisatawan.
Disebutkan Herman, PHRI Jabar menargetkan tingkat okupansi hotel di Bandung hingga malam tahun baru mendatang mencapai 80%. Angka tersebut saat ini rata-rata okupansi masih berada di 60%.
“Angka realisasi target tersebut masih di bawah rata-rata, paling sekitar 60%. Malam weekend Sabtu-Minggu nanti diprediksi jadi puncaknya,”katanya.
Herman menyebutkan, tahun lalu angka okupansi bisa mencapai 10% lebih banyak dibanding saat ini. Dia menyebutkan penurunan angka hunian hotel selain kemacetan arus lalu lintas juga disebabkan oleh tingginya harga tiket pesawat.
“Harga tiket pesawat yang mahal juga berpengaruh terhadap kunjungan wisatawan,”kata dia.
Dipaparkan Herman, pengaruh yang cukup besar juga adalah terjadinya pengalihan belasan rute penerbangan dari dan menuju Bandara Husein Sastranegara ke Bandara Internasional Jawa Barat, Kertajati.
Herman menilai pengalihan itu menghilangkan hingga 2.000 potensi kedatangan wisatawan ke Kota Bandung. “Bandara pengaruhnya cukup besar. Pengalihan rute penerbangan itu menyebabkan potensi 2.000 winus (wisatawan nusantara) berkurang ke Bandung,” katanya.
Karena itu dia berpendapatan untuk memulihkan kembali daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke Bandung untuk menghabiskan libur panjangnya pemerintah harus berupaya keras mengurai kemacetan lalu lintas dan mempertimbangkan soal rute penerbangan yang kini beralih ke BIJB. Soal kemacetan lalu lintas Hermanpun mengakui infrastruktur menuju Bandung sudah bagus dan masih banyak yang akan dibangun. Namun soal ini tidak diimbangi dengan kesiapan infrastruktur jalan di dalam kota Bandung yang sulit untuk dikembangkan. Maka itu para wisatawan hilang kenyamananya saat masuk Bandung.
“Persoalan sekarang Bandung-nya belum siap. Nanti Cisumdawu selesai, kereta cepat selesai, kalau di Bandung tidak segera dibangun jalan ya semakin lama orang semakin jenuh ke sini karea macet,” katanya.
Wartawan: Bima Satriyadi | editor: aldinar