Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Kopti) Kabupaten Cianjur, Jawa Barat mendapat alokasi stok kacang kedelai impor sekitar 5,7 ton yang dijual di bawah pasaran saat ini. Langkah itu sebagai upaya pemerintah mengendalikan harga kacang kedelai impor yang akhir-akhir melonjak signifikan.
DARA – Ketua Kopti Kabupaten Cianjur, Hugo Siswaya, mengatakan dalam operasi pasar itu kacang kedelai impor di jual di kisaran Rp8.500 per kilogram.
Saat ini, lanjut Hugo, harga komoditas kacang kedelai impor yang merupakan bahan baku utama pembuatan tahu dan tempe di kisaran Rp9.200 per kilogram.
“Ini langkah pemerintah, melalui Kementerian Pertanian dalam upaya langkah-langkah cepat penanganannya, seperti penanaman kedelai serta mengumpulkan para importir,” kata Hugo, kepada wartawan, Kamis (14/1/2021).
Hugo menuturkan, kebutuhan kacang kedelai di Kabupaten Cianjur rata-rata sebanyak 300 ton per bulan atau 10 ton per hari.
Dengan upaya Kementerian Pertanian mengumpulkan para importir itu berbuah hasil positif. Kata Hugo, para importir mendistribusikan stok kacang kedelai yang mereka punya untuk dijual ke para perajin tahu dan tempe.
“Alhamdulillah, Kabupaten Cianjur kebagian stoknya. Ada subsidi dari pemerintah sehingga harganya bisa lebih murah dari pasaran,” ujar Hugo.
Hugo menuturkan naiknya harga komoditas kacang kedelai saat ini karena dipicu perdagangan global. Artinya, harga komoditas kacang kedelai di tingkat dunia pun naik.
“Situasi dan kondisinya secara umum memang seperti itu,” jelasnya.
Penaikan harga kacang kedelai impor yang tak terkendali, sebut Hugo, sempat membuat perajin tahu dan tempe di Kabupaten Cianjur mogok produksi selama tiga hari. Namun, sekarang mereka sudah kembali berproduksi karena menyiasatinya dengan mengurangi ukuran.
“Kami juga sudah menyampaikan kepada masyarakat agar memaklumi kalau saat ini di pasaran ukuran tahu dan tempe berkurang serta harganya naik. Ini karena memang harga bahan baku juga naik,” katanya.
Di Kabupaten Cianjur sendiri terdapat lebih kurang 200-an perajin tahu dan tempe. Sekitar 80-90 perajin di antaranya tercatat masih rutin bertransaksi dengan Kopti Kabupaten Cianjur.
“Sekarang hampir semuanya melanjutkan produksi tapi dengan terpaksa mengurangi ukuran dan menaikkan harga,” ujarnya.***
Editor: denkur