DARA | BANDUNG – Ustadz Rahmat Baequni mengajak umat Islam terus mewaspadai berbagai bentuk inovasi ideologi “konspirasi” masuk dari berbagai ranah kehidupan, termasuk di dunia arsitektur.
“Kami tidak akan pernah berhenti berdakwah, khususnya menyoal topik konspirasi tersebut, sebagai langkah waspada,” katanya, dalam Silaturahim dan Diskusi Umum bertema Bersama Membangun Ummat, bersama MUI Jawa Barat, dengan menghadirkan Ketua MUI Jawa Barat, KH Rahmat Syafei, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, dan Ustadz Rahmat Baequni, di Bale Asri Pusdai Jabar, Jalan. Diponegoro No 63 Bandung, kemarin.
Pertemuan ini selain untuk mempererat ukhuwah Islamiyah juga membahas perkembangan arsitektur Islam di dunia termasuk perselisihan paham tentang arsitektur masjid Al-Safar di KM 88 B Tol Purbaleunyi, Purwakarta, Jawa Barat. Baik Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, sebagi arsitek masjid tersebut, maupun Ustaz Rahmat Baequni telah memaparkan pandangannya tentang bentuk segitiga dan lingkaran yang terdapat di dalam masjid tersebut.
Dalam pemaparannya, Ridwan Kamil mengungkapkan, segitiga, elips, atau lingkaran merupakan bentuk geometri umum, bahkan dipelajari pada pelajaran matematika. Sementara dalam ilmu arsitektur, bentuk- bentuk geometri dapat digunakan untuk menggali kreativitas dalam berarsitektur.
Emil menjelaskan asal muasal rancangan masjid Al-Safar. Selain itu, dia juga memaparkan, masjid Al-Safar dirancang via teori lipat (folding architecture), sehingga didominasi oleh bentuk segitiga.
Setelah mengutarakan pendapatnya, ia dan Ustaz Rahmat Baequni satu suara. Meski sempat berbeda pandangan, guberrnur dan Ustaz Rahmat Baequni meminta ulama di Indonesia membuat kesepakatan soal bentuk dan ornamen masjid di Tanah Air. Menurut Emil, hal tersebut perlu dilakukan agar tidak terjadi kebingungan, sehingga, perbedaan-perbedaan pandangan soal rancangan masjid tak kembali terjadi pada masa depan.***
Editor: Ayi Kusmawan