Kesadaran masyarakat yang terinfeksi Covid-19 untuk melakukan isolasi mandiri meningkat. Ruang rawat di gedung isolasi BLK Baleendah pun kini banyak yang kosong.
DARA – Begitu kata Kepala Gedung Isolasi Covid-19 Balai Latihan Kerja (BLK) Baleendah, Nizar, Kamis (29/4/2021).
“Dari kapasitas yang ada saat ini hanya ada sekitar 40 pasien yang dirawat di BLK,” ujarnya.
Satu ruangan biasanya diisi dua pasien. Setiap pasien ditempatkan sesuai jenis kelamin dan kondisinya.
“Kita sesuaikan, pasien hasil pemeriksaan antigen dengan antigen, swab dengan swab, OTG dengan OTG, bergejala dengan bergejala. Kita kan punya dua tower, ada tower A dan tower B,” kata Nizar.
Sejauh ini dukungan dari pemerintah untuk Gedung Isolasi BLK sudah banyak, baik dari sarana prasarana maupun tenaga kesehatan.
“APD tercukupi, gizi, vitamin dan makanan kita selalu disupport, lalu tenaga kesehatan juga sudah lebih dari kebutuhan. Di BLK ada enam dokter, delapan perawat, sanitarian, ada ahli gizi, ada tenaga untuk labotarium sederhana, keamanan dan kebersihan kita sudah sangat cukup,” ujarnya.
Mengahadapi Idul Fitri 1442 Hijriah, pemerintah memang sudah mengeluarkan kebijakan larangan mudik, namun Nizar mempersiapkan kemungkinan-kemungkinan terburuk seperti lonjakan kasus Covid-19.
“Walaupun sebetulnya mudik sudah dilarang, tapi kita mempersiapkan untuk kemungkinan terburuk. Kalau memang ada lonjakan yang sangat tinggi kemungkinannya adalah menempatkan tiga pasien di satu kamar, itu pun tetap menjaga jarak,” kata Nizar.
“Kita tidak memaksakan satu kamar bertiga, kamarnya luas, satu kasur dengan kasur lainnya juga jaraknya sudah lebih dua meter, masih aman,” imbuhnya.
Sebagai informasi, Nizar memaparkan prosedur isolasi di BLK adalah ketika masyarakat terkonfirmasi positif Covid-19 itu harus lapor ke puskesmas, lalu puskesmas akan melakukan screening apakah yang bersangkutan itu masuk zona pasien hijau, kuning atau merah. Ketika hijau maka masuk ke BLK, ketika kuning dan merah pasti ke rumah sakit.
“Ketika Puskesmas sudah menentukan pasien harus masuk BLK, nanti Puskesmas yang menghubungi kami, mereka lalu mengirimkan hasil screening. Setelah petugas kita membaca dan pasien tersebut memang layak masuk BLK, maka oasien langsung dikirim ke BLK pada jam dan waktu sesuai dengan jadwal. Kalaupun sudah di acc secara data, ketika datang kami screening ulang apakah ada data-data kesehatan yang belum terperiksa. Jika memang ternyata hasil screening ulang menyatakan tidak bisa di BLK, kita kembalikan ke Puskesmas untuk dilanjut rujukan ke rumah sakit,” papar Nizar.
Untuk waktu kunjungan, pihak BLK sudah menentukan waktu kunjungan dimana keluarga pasien bisa datang. Tekhnisnya, pasien ke depan balkon, sementara keluarganya menunggu dibawah, mereka bisa mengobrol tetapi tetap menjaga jarak.
Sementara, untuk pasien masuk juga harus sesuai jadwal karena ketika pasien sebelumya pulang, ruangan itu tidak bisa langsung diisi lagi pasien baru. Pasalnya ada proses pembersihan dan disinfeksi.
“Jarak waktunya itu 1,5 jam, sebelum digunakan oleh pasien yang baru, dan sehari tiga kali petugas sanitarian dan petugas OB membersihkan semua ruangan,” ujarnya.***
Editor: denkur
