Bermain game online saat ini tengah digemari oleh berbagai kalangan. Tak hanya anak-anak, orang dewasa pun kini begitu menggilainya karena dianggap menyenangkan.
DARA | BANDUNG – Namun seringkali, saat bermain game kita seakan lupa segalanya karena terlalu asyik dan kehilangan fokus terhadap lingkungan sekitar. Bahkan, beberapa waktu lalu tidak sedikit muncul kasus anak-anak yang mengalami gangguan pada psikologinya akibat kecanduan bermain game online.
Tokoh masyarakat Kabupaten Bandung, Yuyun Supriadi mengatakan, game online merupakan karya manusia yang punya IQ tinggi. Tapi berdampak negatif bagi generasi muda khususnya anak-anak apabila tak mendapat pengawasan dari orang tua.
Menurut Yuyun, peran orang tua untuk mendampingi anak-anaknya harus dilakukan dan mengarahkannya kepada hal-hal yang positif. Jelas, antara orang tua dan guru harus pro aktif dan memposisikan diri sebagai pendidik yang bertanggung jawab terhadap masa depan generasi muda.
“Kalau tetap dibiarkan ada dan membuat masyarakat kecanduan, saya yakin masa depan mereka akan terganggu karena pengaruh dari permainan tersebut. Tentunya pemerintah harus membatasi,” ujar Yuyun saat ditemui di Katapang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Ahad (15/3/2020).
Tidak sedikit orang tua yang mengeluh karena anaknya kecanduan bermain game. Bahkan, dampaknya hingga membuat anak-anak menjadi malas berlajar, mengaji, dan salat.
“Malah, ada anak yang jadi malas berangkat ke sekolah karena pengaruh game online. Sebenarnya, boleh saja anak bermain game, tapi waktunya harus dibatasi. Nah, peran orang tua jadi ujung tombak, agar anak-anak tidak sampai kecanduan begitu parah,” ungkapnya.
Dirinya menambahkan, selain bisa berdampak buruk terhadap psikologi anak ke depannya, kecanduan bermain game online pun dari sisi kesehatan bisa mempengaruhi kesehatan mata anak. “Bahkan, karena saking keasyikan bermain, tubuh mereka tidak tergerakkan. Itu kurang baik,” katanya.
Seorang orang tua yang merupakan warga Kecamatan Katapang, Risda (48) mengaku, akibat terlalu keseringan bermain game online, anaknya jadi sering malas belajar, ngaji, dan salat.
“Anak saya jadi kurang tidur, jadi malas, dan sekarang suka menentang kalau dikasih nasihat. Padahal sebelumnya, dia merupakan anak pintar. Dan masuk sepuluh besar di sekolah,” kata Risda.***
Editor: Muhammad Zein