DARA | JAKARTA – Indonesia mendukung seluruh upaya politik yang demokratis. Situasi yang terjadi di Venezuela membuat Indonesia prihatin. Karena itu Indonesia menyampaikan keprihatinanya.
“Dengan tetap menghormati kedaulatan dan tanpa bermaksud untuk mencampuri urusan dalam negeri Venezuela, penting agar suara rakyat Venezuela untuk didengarkan,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, Arrmanatha Nasir, Sabtu (26/1/2019).
Seperti diketahui Venenzuela kini tengah menghadapi krisis ekonomi yang tak kunjung sembuh. Pasokan barang, makanan, dan obat-obatan dalam tiga bulan terakhir ini makin sulit. Protes rakyat terhadap pemerintahan Presiden Nicolas Maduro terus berlangsung secara bergelombang dan terjadi hampir di seluruh pelosok negeri itu. Bahkan dalam aksi protes itu menalan korban jiwa.
Korban jiwa dalam aksi protes yang terjadi pada Senin dan Selasa (21 – 22/1/2018) sedikitnya menelan 13 orang tewas.
“Indonesia mengikuti situasi itu, prihatin atas situasi yang terjadi dan berkembang di Venezuela. Kita menyerukan semua pihak untuk menahan diri dan tidak mengambil tindakan yang dapat memperburuk situasi,” kata Arrmanatha.
Presiden Nicolas Maduro hingga saat ini masih mendapat dukungan dari militer. Sedangkan pihak oposisi yang dipimpin ketua parlemen Juan Guaido segera memproklamirkan diri sebagai pemimpin baru Venezuela. Guaido mendapat dukungan AS dan Jerman dan sejumlah negara lainya di Eropa.
Dari Berlin Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas mengatakan Berlin mendukung pemilu baru di Venezuela sebab Nicolas Maduro bukan presiden yang sah secara demokratis.
Al Jazeera melansir Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas hari Kamis (24/1/2019) mengatakan, Berlin dan Uni Eropa mendukung pelaksanaan pemilihan umum baru di Venezuela.
“Kami tidak netral,” kata Heiko Maas yang sedang berada di New York. Dia menambahkan, Jerman berdiri di sisi Guaido sebagai pemimpin Majelis Nasional.
Maka itu Heiko Maas, menyerukan pemilihan umum baru di Venezuela, agar Majelis Nasional memikul tanggung jawab, dan berkekuatan hukum untuk memulihkan konstitusi di Venezuela. Menurut Heiko Maas, bersama dengan mitra Eropanya telah mengumumkan sikapnya itu.
“Kami tidak netral dalam hal ini, tetapi lebih mendukung apa yang dilakukan Guaido,” tandasnya. Namun Heiko Maas tidak memberi pengakuan secara eksplisit kepada Juan Guaido sebagai Presiden baru, berbeda dengan AS, Kanada dan beberapa negara Amerika Latin.
Juan Guaido hari Rabu (23/1) memproklamirkan dirinya sebagai presiden transisi Venezuela. Namun militer Venezuela menyatakan tetap mendukung Presiden Nicolas Maduro.
Nicolas Maduro dengan dukungan kekuatan militernya pada Rabu (23/1/2018) memerintahkan penutupan kedutaan AS. Presiden Nicolas Maduro satu hari kemudian mengumumkan penutupan Kedutaan Besar AS di Caracas dan Kedutaan Besar Venezuela di Washington.
Alasan Maduro atas penutupan keduataan AS itu, karena AS menggalang upaya kudeta dan menggalang kekuatan untuk Juan Guaido. Maduro jelas menuduh AS menggalang “kudeta” terhadap pemerintahan Venezuela yang sah dengan mendukung Juan Guaido.
Karena itu Departemen Luar Negeri AS sudah menginstruksikan kepada pegawainya di Venezuela untuk meninggalkan negara itu, kecuali yang bertugas dalam situasi darurat. AS juga mengimbau warganya yang ada di Venezuela agar “sangat mempertimbangkan” untuk meninggalkan negara itu.
Hingga kini, AS, Kanada, Brasil, Argentina, Kolumbia dan beberapa negara lain menyatakan mengakui Guaido sebagai presiden Venezuela. Sedangkan Rusia, Cina, Turki, Meksiko, dan Bolivia menjanjikan dukungan kepada Nicolas Maduro.