DARA|JAKARTA – Jika setiap orang berpolitik dengan berpedoman pada Bhinneka Tunggal Ika dan Pancasila, maka politik akan menjadi santun. Kata Ketua Majelis Syura DPP PKS, Hidayat Nur Wahid seraya mengingatkan bahaya politik identitas atau SARA dalam setiap berlangsungnya kontestasi politik.
Menurutnya politik SARA dapat melahirkan konflik di masyarakat, sehingga semua pihak hendaknya tetap berpegang pada Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.
Hidayat mengatakan penggunaan politik SARA bertentangan dengan sila pertama Pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Karena itulah dia mengingatkan jangan sampai ada pihak yang menggunakan politik identitas.
“Jangan sampai SARA itu dipakai justru untuk melahirkan konflik. Justru menghadirkan pembelahan,” ujarnya di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta Selatan, Senin (12/11). Dilansir dari merdeka.com.
“(Politik) SARA mengajarkan politik yang amoral,” ujarnya.
Hidayat menambahkan, dipilihnya cawapres dari kalangan ulama maupun non ulama oleh capres Prabowo Subianto maupun capres petahana Joko Widodo tak berkaitan dengan politik SARA. Karena setiap capres punya hak memilih pendamping.
“Adalah hak beliau untuk memilih wakilnya apakah dari kalangan pesantren atau non pesantren. Itu tidak terkait dengan SARA,” ujarnya seraya menambahkan, janganlah kemudian kalau orang berbicara tentang agama, ini adalah SARA dalam arti negatif. Agama seharusnya diartikan justru bagaimana menjadikan berpolitik yang tidak menakutkan, tidak membohongi, tidak mengingkari janji, tidak menghadirkan konflik pembelahan. ***
Editor: Denkur