Dua hari jelang Idulfitri 1445 H, akan terjadi fenomena alam Gerhana Matahari Total atau GMT.
DARA | GMT itu muncul tepatnya pada tanggal 8 April 2024.
GMT terjadi saat dimana Bulan melintas di antara Matahari dan Bumi, sehingga menutupi seluruh permukaan Matahari, yang seharusnya terlihat dari Bumi.
Saat fenomena ini terjadi, langit akan gelap seperti fajar atau senja.
Dikutip dari sebuah artikel yang tayang di laman BMKG dan ditulis oleh Hendra Suwarta Suprihatin dan Sebastian Hardiyanto, proses GMT dimulai dengan gerhana matahari sebagian pukul 15:42 UT (22:42 WIB).
Lalu, mulai memasuki GMT pukul 16:39 UT (23:39 WIB) dan puncak GMT terjadi pada 18:17 UT (tanggal 9 April 2024, pukul 01:17 WIB).
GMT berakhir pada 19:56 UT (tanggal 9 April 2024, pukul 02:56 WIB). Diakhiri dengan gerhana matahari sebagian pukul 20:52 UT (tanggal 9 April 2024, pukul 03:52 WIB).
GMT pada 8 April 2024 ini akan dapat disaksikan di Meksiko, Amerika Serikat, dan Kanada. Sayangnya, di Indonesia tidak dapat menyaksikannya, karena pada saat GMT tersebut berlangsung, wilayah Indonesia akan berada pada sisigelap bumi(waktu malam hari).
GMT terakhir terlihat di Indonesia pada tanggal 16 Maret 2016. GMT yang akan datang, akan terjadi lagi pada tanggal 23 Agustus 2024.
Terjadi ledakan
Saat menyaksikan GMT 8 April 2024, menurut National Center for Atmospheric Research(NCAR) akan terlihat ledakan-ledakan di Matahari, dimana saat totalitas Gerhana Matahari, pandangan Matahari dari Bumi terhalang oleh Bulan dan menyisakan sisi tepi.
Pada sisi tepi inilah di Bumi bisa menyaksikan tepian plasma Matahari tampak meledak-ledak.
Fenomena alam ledakan di matahari (solar flare) selalu berpengaruh kepada magnetosfer bumi, maka BMKG juga melakukan pengamatan secara kontinu (realtime) terhadap pengaruh dari fenomena alam tersebut.
Ledakan di matahari lebih disebabkan oleh adanya aktifitasinternal di matahari itu sendiri. Hal ini terjadi karena tingkat aktivitas matahari yang mengalami pasang surut selama siklus 11 tahunan akan mencapai puncaknya pada tahun 2024 ini.
Para ahli atmosferdi seluruh dunia belum mengetahui secara pasti penyebabnya, tapi kemungkinan besar melibatkan gaya magnetik atau reaksi nuklir di dalam matahari.
Pengaruh aktiftitas (ledakan-ledakan) matahari di bumi tergantung besar kekuatan ledakannya.
Di bumi, terutama berdampak pada kemagnetan bumi, yaitu berupa badai magnet bumi (Geomagnetic Storm). Hal ini terjadi karena ledakan di permukaan matahari (korona) tersebut melontarkan plasma besar yang berisikan partikel bermuatan (angin matahari) beserta medan magnet berkecepatan tinggi yang menjalar hingga ke magnetosfer bumi.
Peristiwa lontaran massa korona itu sering disebut sebagai Coronal Mass Ejection(CME).
Ketika CME menghantam medan magnet di sekitar bumi (magnetosfer), lontaran partikel bermuatan tersebut dibelokkan oleh lapisan magnetosfer bumi kearah garis kutub utara dan kutub selatan.
Magnetosfer bumi adalah lapisan perisai bumi yang melindungi bumi dari pengaruh radiasi partikel bermuatan berkecepatan tinggi yang dilontarkan dari matahari.
Lapisan ini berbentuk seperti lingkaran dengan titik terkuatnya berada pada daerah lintang rendah (dekat equator bumi). Hal ini menyebabkan dampak dari gangguan badai magnet bumi paling besar dirasakan pada daerah lintang tinggi, sedangkan daerah lintang rendah seperti Indonesia akan relatif aman.
Intensitas gangguan magnet bumi ini diukur di bumi menggunakan berbagai macam Indeks magnet bumi, seperti Indeks K, Indeks Dst, Indeks AE, Indeks aa, Indeks Ap, dan lain sebagainya.***
Editor: denkur