Diplomasi Biru Indonesia di Konferensi Laut Dunia (UNOC3): Upaya Global Bagi Terumbu Karang Lestari yang Tahan Perubahan Iklim Demi Masa Depan Indonesia

Rabu, 18 Juni 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Foto: Istimewa

Foto: Istimewa

Upaya global melindungi terumbu karang yang tahan terhadap perubahan iklim

DARA | Pemerintah Indonesia menegaskan komitmennya dalam upaya global melindungi terumbu karang yang tahan terhadap perubahan iklim pada Konferensi Laut Perserikatan Bangsa-Bangsa ke-3 (UNOC3), yang berlangsung pada 9–13 Juni 2025 di Nice, Prancis.

Komitmen tersebut disampaikan dalam acara tingkat tinggi bertajuk “Protecting Climate-Resilient Coral Reefs: A High-Level Commitment”, yang diprakarsai oleh Pemerintah Papua Nugini bersama mitra global seperti Wildlife Conservation Society (WCS), The Nature Conservancy (TNC), WWF, dan Coral Reef Rescue Initiative (CRRI).

Indonesia menjadi salah satu dari sebelas negara yang menandatangani komitmen ini, bersama Republik Madagaskar, Republik Palau, Republik Panama, Kepulauan Solomon, Republik Persatuan Tanzania, Republik Vanuatu, Negara Independen Papua Nugini, Persemakmuran Bahama, Belize, dan Republik Perancis.

Komitmen kolektif ini menandai langkah penting dalam memperkuat kolaborasi global untuk perlindungan kawasan refugia terumbu karang yang tahan terhadap perubahan iklim.

“Terumbu karang adalah ekosistem penting yang menunjang perikanan, pariwisata, dan perlindungan pesisir. Indonesia memiliki lebih dari 51.000 km² terumbu karang dan 14 dari 50 Bioclimate Units di dunia. Komitmen ini sejalan dengan prioritas perlindungan laut dan adaptasi iklim nasional,” ujar Sakti Wahyu Trenggono, Menteri Kelautan dan Perikanan RI dalam rilis yang diterima redaksi, Rabu (18/6/2025).

Ekosistem terumbu karang juga menyumbang nilai ekonomi yang signifikan. Di Indonesia, layanan ekosistem ini diperkirakan bernilai sekitar USD 3,3 miliar per tahun, mencakup sektor perikanan skala besar dan kecil, serta pariwisata berbasis terumbu karang.

Meski demikian, terumbu karang termasuk ekosistem paling rentan terhadap dampak perubahan iklim, seperti peningkatan suhu laut, pengasaman, dan polusi. Model ilmiah global memproyeksikan bahwa lebih dari 90% terumbu karang dunia akan mengalami degradasi pada tahun 2050 jika tidak dilakukan langkah konservasi yang mendesak dan efektif.

“Komitmen global ini menyatukan negara-negara dan organisasi yang bekerja untuk melindungi wilayah refugia — area yang punya peluang lebih tinggi bertahan dari dampak iklim. Melalui kemitraan, kami menargetkan perlindungan kawasan kunci yang mencerminkan keanekaragaman hayati penting dan manfaat lokal,” tutur Rachel Sapery James, Coral Reef Rescue Initiative (CRRI) Lead.

Dr. Imam Musthofa Zainudin selaku Direktur Program Kelautan dan Perikanan, Yayasan WWF Indonesia juga menyampaikan “Terumbu karang Indonesia sangat penting secara global bagi ketersediaan ikan mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia, termasuk keanekaragaman hayatinya. Tetapi sangat rentan terhadap tekanan perubahan iklim. WWF-Indonesia mendukung Pemerintah Indonesia dalam implementasi inisiatif ini melalui kerja sama erat dengan masyarakat lokal dan mitra lainnya, dengan pendekatan konservasi yang adaptif, inklusif, dan berbasis sains”.

Partisipasi Indonesia dalam komitmen tingkat tinggi ini juga memperkuat arah kebijakan nasional yang menempatkan konservasi laut sebagai pilar penting dalam pembangunan berkelanjutan dan ketahanan pangan.

Komitmen ini turut mendukung visi Ekonomi Biru Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), khususnya dalam memperluas dan meningkatkan efektivitas kawasan konservasi laut hingga mencakup 30% wilayah perairan nasional pada 2045 (visi 30×45), dan memastikan perlindungan fungsi ekosistem penting dalam menjaga ketahanan pangan laut melalui praktik perikanan yang terukur dan berkelanjutan.

Melalui pengelolaan kawasan konservasi yang optimal, diharapkan praktik perikanan tangkap dan budidaya yang ramah lingkungan dapat terus ditingkatkan, sekaligus memberikan kontribusi terhadap peningkatan pendapatan negara dari sektor perikanan di pesisir dan laut, yang saat ini telah mencapai Rp116 triliun (Sumber: PDSI KKP 2022).

Melalui visi 30×45, Indonesia menargetkan pengelolaan efektif terhadap kawasan konservasi dan Other Effective Area-based Conservation Measures (OECM), sejalan dengan kerangka kerja Keanekaragaman Hayati Global Kunming-Montreal.

Komitmen ini menjadi langkah strategis dalam menjembatani kebutuhan konservasi dengan agenda nasional seperti ekonomi biru, ketahanan pangan, dan penguatan kearifan lokal.

Dalam forum UNOC3, Indonesia juga menyuarakan pentingnya kerja sama global dalam pengembangan kapasitas, penelitian, perencanaan ruang laut, serta transfer teknologi untuk mempercepat pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) 14.

Pemerintah Indonesia berhasil mendorong pengakuan terhadap inisiatif kawasan Asia-Pasifik tentang aksi iklim berbasis laut (Ocean-Based Climate Action/OBCA) dan menjadikannya bagian dari diskursus internasional.

Kehadiran Indonesia di UNOC3 dipimpin langsung oleh Menteri Kelautan dan Perikanan. Hadir bersama Beliau adakah Ketua Komisi IV DPR RI dan Wakil Menteri Luar Negeri beserta dengan delegasi lainnya untuk menegaskan posisi Indonesia sebagai ocean champion yang tidak hanya menyuarakan komitmen, tetapi juga memberikan contoh nyata dalam perlindungan laut global.***

Editor: denkur

Berita Terkait

Charge D’Affairs Kedubes Korea Bertukar Pikiran dengan Komunitas Hallyu di Acara Public Diplomacy Talks
PWI DIY Dukung Penetapan Hari Kebudayaan Nasional Setiap 17 Oktober
Mengenal Uji Ketahanan yang Sedang Dijalani Rangkaian Trainset (TS) 20 LRT Jabodebek
“Pulang Kerja, Saatnya Gas Lagi!” Enervon Active Gaungkan Hidup Aktif & Produktif Setelah Kerja
Meluruskan Fakta: Edukasi Publik atas Status Organisasi PWI dan Klaim Kepemimpinan
Disaksikan Dewan Pers, PWI Akhirnya Tandatangani Panitia Bersama Kongres Persatuan
GREAT Institute Menyembelih Kurban di Tanah Terluka: Simbol Perlawanan Warga Pesisir Banten
Ketua PP Muhammadiyah Anwar Abbas: Dana Haji Sebaiknya Tetap Dikelola BPKH
Berita ini 16 kali dibaca

Berita Terkait

Rabu, 18 Juni 2025 - 20:54 WIB

Diplomasi Biru Indonesia di Konferensi Laut Dunia (UNOC3): Upaya Global Bagi Terumbu Karang Lestari yang Tahan Perubahan Iklim Demi Masa Depan Indonesia

Rabu, 18 Juni 2025 - 20:42 WIB

Charge D’Affairs Kedubes Korea Bertukar Pikiran dengan Komunitas Hallyu di Acara Public Diplomacy Talks

Rabu, 18 Juni 2025 - 17:11 WIB

PWI DIY Dukung Penetapan Hari Kebudayaan Nasional Setiap 17 Oktober

Rabu, 18 Juni 2025 - 14:07 WIB

Mengenal Uji Ketahanan yang Sedang Dijalani Rangkaian Trainset (TS) 20 LRT Jabodebek

Selasa, 17 Juni 2025 - 12:59 WIB

“Pulang Kerja, Saatnya Gas Lagi!” Enervon Active Gaungkan Hidup Aktif & Produktif Setelah Kerja

Berita Terbaru