Mahasiswa yang berkuliah di jurusan keperawatan, farmasi, dan jurusan kesehatan lainnya diwajibkan pemerintah untuk lulus Uji Kompetensi (UKOM) disebut sebagai exit exam.
DARA – Jika tidak lulus UKOM, maka mahasiswa belum bisa dinyatakan lulus dari kampus. Mirip dengan ujian nasional di tingkat sekolah.
Demikian dikatakan Direktur (CMO) SEVIMA Ridho Irawan saat menggelar Webinar bersama Budi Susatia selaku Ketua Asosiasi Poltekkes se-Indonesia.
Ridho juga menyebutkan, jumlah mahasiswa yang gagal diwisuda akibat UKOM tidaklah sedikit. Merujuk dari data Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, ada sekitar 20.000 mahasiswa jurusan kesehatan yang gagal wisuda setiap periode UKOM digelar.
“Angka tersebut didapat dari data Ditjen Dikti bahwa setiap periode UKOM di tahun 2019, ada 40 sampai 60 ribu mahasiswa yang ikut sebagai peserta, dan setiap periode UKOM memiliki tingkat kelulusan antara 60 sampai 64 persen. Artinya, ada 20.000 mahasiswa kesehatan yang gagal lulus hanya karena UKOM. Padahal, mereka sudah kuliah bertahun-tahun dengan tenaga dan uang yang tidak sedikit. Pengabdian mereka setelah lulus juga sangat dibutuhkan untuk menangani pandemi Covid-19 ini,” lanjut Ridho pada Webinar yang digelar Selasa (16/11/2021) dan diikuti 900 pimpinan kampus kesehatan se-Indonesia, seperti dalam keterangan resmi yang diterima redaksi, Rabu (17/11/2021).
Kenapa mahasiswa tidak lulus UKOM?
Ada setidaknya tiga masalah yang menghadang kelulusan para mahasiswa kesehatan dalam UKOM, diantaranya:
Pertama, mahasiswa belum menguasai materi, sehingga dinyatakan tidak lulus.
Kedua, ketika kampus mendaftarkan mahasiswa mengikuti UKOM, ada mahasiswa yang dinyatakan tidak memenuhi syarat karena datanya di Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PDDikti) tidak ada atau tidak lengkap.
Ketiga, data yang tidak lengkap membuat ijazah (Penomoran Ijazah Nasional) tidak bisa diterbitkan.
Akibat dari ketidaklulusan UKOM bisa fatal. Budi Susatia mengatakan, mahasiswa yang tidak lulus UKOM harus mengikuti ulang ujian di tahun berikutnya. Artinya, wisuda juga akan tertunda sampai berikutnya.
Ketika jumlah mahasiswa yang tidak lulus UKOM cukup banyak, nama kampus juga bisa menjadi buruk, karena dianggap kampus tidak bisa mendidik para mahasiswanya dengan baik.
“(Jika tidak lulus UKOM, maka mahasiswa) menambah lagi kuliah selama satu tahun untuk mengikuti retake (ujian ulang). Bahkan, berdasarkan pengalaman kami, mereka yang mengulang ujian punya kecenderungan untuk gagal lagi di kesempatan kedua dan ketiga karena mereka sudah lelah, minder, motivasinya nggak ada,” jelas Budi Susatia yang juga menjabat sebagai Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang.
Strategi mahasiswa lulus UKOM
Ada beberapa strategi yang telah diterapkan Budi selaku ketua asosiasi untuk membekali mahasiswanya sukses dalam mengikuti UKOM. Berikut tipsnya bagi para kampus, dosen, dan mahasiswa:
1. Siapkan strategi belajar mengajar UKOM
Perang dimulai sebelum pertarungan dimulai, sehingga menurut Budi Susatia, persiapan menjadi sangat penting. Civitas akademika kampus kesehatan bisa mulai mempersiapkan strategi belajar mengajar terkait UKOM dengan cara menerapkan hal-hal yang biasa mereka terapkan kepada pasien. Seperti melakukan diagnosa atas permasalahan, planning atas cara belajar mengajar, dan intervensi kepada mereka yang perlu diberi pelatihan khusus.
“Untuk lebih menyiapkan mahasiswa sukses UKOM, tahapan strategi ini dibagi menjadi beberapa tahapan, yaitu asesmen, diagnosis, planning, intervensi, dan evaluasi. Karena UKOM sudah dibuat berdasarkan standar yang telah ditentukan oleh Kementerian Kesehatan, jadi cocok jika pakai juga pisau analisis yang ada di dunia kesehatan,” jelasnya.
2. Lakukan persiapan matang
Selain strategi, perguruan tinggi juga harus menyiapkan persiapan yang matang. Persiapan ini dilakukan dari beberapa pihak. Misalnya, kampus bisa menggelar tryout dengan Ujian Berbasis Komputer (CBT). Bisa juga dengan cara mempelajari soal studi kasus dan pengalaman praktek (vignette), bukan hapalan teori semata.
Sharing experience dengan alumni berpengalaman yang sudah lulus, juga bisa jadi cara jitu untuk persiapkan diri.
“Karena UKOM ini pakai komputer (dalam melaksanakan ujiannya). Kampus bisa menggunakan sistem akademik berbasis awan dan digital (Siakadcloud) yang banyak tersedia di internet. Supaya mahasiswa terbiasa ujian menggunakan komputer,” tegasnya.
3. Kampus dan mahasiswa perlu berkomitmen
Di mana pun tempatnya, komitmen merupakan komponen utama agar pelaksanaan UKOM bisa berjalan lancar. Semua strategi dan persiapan harus dilakukan dengan sungguh-sungguh. Dalam UKOM, artinya mahasiswa perlu berkomitmen dalam belajar.
Kampus juga perlu memastikan pelaporan data (PDDIKTI) milik kampus telah lengkap dan tuntas agar tidak menjadi masalah bagi kelulusan mahasiswa.
“Bisa dilakukan dengan cara rutin belajar satu soal sehari, dan mulai memanfaatkan teknologi untuk belajar, ujian, dan pengelolaan sistem akademik. Mahasiswi kami bahkan belajar menggunakan Tiktok, mereka membahas soal di media sosial tersebut sambil berjoget dan bernyanyi. Apapun caranya, yang penting komitmen belajar harus ada, dan mahasiswa harus semangat!,” kata Dr Asmawati, Ketua STIKES Alifah Padang.***
Editor: denkur