Dampak Mahalnya Kedelai, Para Perajin Kurangi Ukuran Tahu dan Tempe

Selasa, 5 Januari 2021

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Perajin tahu mengurangi ukuran tahu buatannya (Foto: Purwanda/dara.co.id)

Perajin tahu mengurangi ukuran tahu buatannya (Foto: Purwanda/dara.co.id)

Sejumlah perajin tahu-tempe di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat kembali berproduksi setelah sebelumnya mogok akibat terus melonjaknya harga kedelai impor di pasaran.


DARA – Masih tingginya harga kedelai impor membuat para perajin tahu-tempe terpaksa mengurangi ukuran tahu-tempe dari sebelumnya.

Dahlan (50), seorang perajin tempe di Kecamatan Ciranjang, mengaku terpaksa kembali berproduksi setelah sebelumnya mogok. Dahlan mengurangi ukuran tempenya untuk dapat menutup biaya produksi.

“Ya ukurannya di perkecil dari biasa satu kilogram, jadi delapan ons. Tapi harga tetap sama, karena tidak mungkin untuk menaikkan harga di pasaran. Tidak akan ada konsumen,” kata Dahlan, kepada wartawan, Selasa (5/1/2021).

Sementara itu, Ketua Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Kopti) Kabupaten Cianjur, Hugo Siswaya, mengatakan meskipun harga kedelai impor melonjak hingga kisaran Rp9 ribu per kilogram. Namun, stok dipastikan aman.

Hugo menyebutkan, tingginya kebutuhan tahu dan tempe seiring dengan melambungnya harga kedelai impor membuat para perajin harus pintar menutupi biaya produksi.

“Untuk ketersedian ataupun stok itu tidak masalah, hanya ya memang yang menjadi masalah itu harganya. Harganya yang memang sudah tidak lagi terjangkau untuk para perajin yang dikategorikan usaha mikro,” jelas Hugo.

Hugo menyebutkan, yang harus lebih mendapatkan perhatian pemerintah para perajin tahu-tempe yang produksinya satu kwintal ke bawah.

“Kita sendiri selama mogok masal ini kita berkonsolidasi dengan para perajin tahu dan tempe ini berapa kenaikan, berapa sih setelah harga tahu dan tempe ini dan rance kenaikan itu diangka sepuluh sampai tiga puluh persen,” ujarnya.***

Editor: denkur

Berita Terkait

Polresta Cirebon Segel Tambang Galian C yang Diduga Ilegal di Beber
LPK Berbasis Pesantren Pertama di Cirebon Resmi Dilaunching, Wamen P2MI: Bekal Moral Santri Jadi Nilai Plus di Luar Negeri
Perkuat Karakter Agamis Sejak Dini, Bupati Cirebon Dukung Wajib Belajar Diniyah untuk Siswa SD
Wakil Wali Kota Kunjungi Keluarga Korban Longsor Tambang Ilegal di Argasunya
Hadiri Sidang Paripurna Dewan Bandung Barat, Kang Dedi Disambut Histeris Warga
DPRD Kabupaten Sukabumi Gelar Paripurna dengan Agenda Penyampaian Pandangan Fraksi atas LPJ APBD 2024
Waspada! Nyamuk Malaria tak Kenal Batas Negara
Presiden Prabowo akan Jalani Sejumlah Agenda di St. Petersburg
Berita ini 3 kali dibaca

Berita Terkait

Jumat, 20 Juni 2025 - 00:04 WIB

Polresta Cirebon Segel Tambang Galian C yang Diduga Ilegal di Beber

Kamis, 19 Juni 2025 - 23:59 WIB

LPK Berbasis Pesantren Pertama di Cirebon Resmi Dilaunching, Wamen P2MI: Bekal Moral Santri Jadi Nilai Plus di Luar Negeri

Kamis, 19 Juni 2025 - 23:55 WIB

Perkuat Karakter Agamis Sejak Dini, Bupati Cirebon Dukung Wajib Belajar Diniyah untuk Siswa SD

Kamis, 19 Juni 2025 - 21:45 WIB

Wakil Wali Kota Kunjungi Keluarga Korban Longsor Tambang Ilegal di Argasunya

Kamis, 19 Juni 2025 - 21:39 WIB

Hadiri Sidang Paripurna Dewan Bandung Barat, Kang Dedi Disambut Histeris Warga

Berita Terbaru