Dari cerita yang didengarnya itu, Titiek kemudian menulis lagu “Kupu-Kupu Malam” dan merekamnya.
DARA| Kabar duka datang dari musisi Tanah Air. Penyanyi veteran Titiek Puspa meninggal dunia di Rumah Sakit Medistra, Gatot Subroto, Jakarta Selelatan, Kamis (10/4/2024) sekitar pukul 16.25 WIB.
Meninggalnya penyanyi serba bisa ini dikonfirmasi langsung dari manajer sang penyanyi, Mia. Kamis (10/4/2025).
“Iya, Eyang Titiek baru saja meninggal. Sekitar 15 menit lalu,” kata Mia, Kamis (10/4/2025).
Melihat perjalanan kariernya, almarhumah layak menyandang sebutan legendaris. Begitu pun dengan lagu-lagunya sangat akrab di belantika musik tanah air.
Puluhan album baik album solo mau pun kolaborasi sangat akrab di telinga masyarakat. Seperti Lagu “Bing” atau “Kupu-kupu Malam”.
Lagu itu begitu sangat dikagumi Titiek, bukan hanya sebagai penyanyi yang mempopulerkan lagu Kupu-Kupu Malam namun juga penciptanya. Lagu itu dirilis pada tahun 1991 ini begitu populer.
Kupu-Kupu Malam adalah sebuah istilah yang disematkan kepada seorang wanita tuna susila atau pelacur.
Kisah ini dimulai saat Titiek bertemu dengan seorang wanita yang memiliki cerita menyentuh.
“Itu lagu paling aku kagumi,” kata Titiek Puspa dikutip dari tayangan Ketawa Itu Berkah Trans tv pada tahun 2022 silam.
Kala itu, Titiek Puspa sedang bernyanyi di luar kota. Ia tak sengaja bertemu dengan sosok wanita Kupu-Kupu Malam.
“Karena aku berdoa sama seorang wanita kupu-kupu malam,” lanjutnya.
“Dia itu sebetulnya, tadinya nyonya rumah, terus bojone, sing lanang (suaminya, yang laki-laki), pergi sama perempuan lain,” ucap Titiek, dikutip dari TribunnewsSultra.com.
Si wanita tersebut menanggung banyak utang yang tak bisa dilunasi. Ia lantas mendapatkan pilihan agar bisa meminjam uang. Pilihan tersebut yakni ikut bekerja atau dibawa ke kantor polisi. Namun, si wanita tak menyadari bahwa pilihannya bekerja adalah menjadi kupu-kupu malam.
“Akhirnya dia banyak utang, utang harus dibayar, dia enggak bisa bayar,” ujar Titiek.
“(Dibilang) ‘pokoknya kamu ikut saya apa polisi?,’ ‘ya udah ikut bapak’. Enggak tahunya suruh jadi itu (Kupu-Kupu Malam),” sambungnya menceritakan kisah wanita yang menjadi inspirasi lagunya.
Mendengar cerita tersebut, Titiek kemudian bertanya tentang rencana dan harapan wanita itu kedepannya.
“Jadi sekarang mau apa?” tanya Titiek pada wanita itu. “‘Saya kepengin punya suami, supaya anak saya tidak malu karena saya ini (Kupu-kupu malam),'” sambung Titiek menirukan ucapan wanita tersebut.
Akhirnya Titiek menyarankan agar wanita itu berdoa dan meminta pada Tuhan. Walaupun mereka berbeda agama, tapi keduanya berdoa bersama dan saling berpelukan.
“Udah, kamu berdoa dengan agamamu, aku dengan agamaku. Lama-lama kita pelukan,” ucap Titiek.
“Udah stop, Tuhanmu sudah denger, Tuhanku sudah denger, mulai sekarang kamu enggak boleh kesana lagi, percaya, anakmu nanti akan dituntun Tuhan, akan dikasih makan Tuhan,” imbuh Titiek menasihati wanita tersebut.
Dari cerita yang didengarnya itu, Titiek kemudian menulis lagu “Kupu-Kupu Malam” dan merekamnya. Beberapa minggu kemudian, Titiek bertemu lagi dengan wanita itu di Jakarta.
“Seminggu aku pulang Jakarta, aku rekaman, seminggu kemudian aku nonton film, tahu-tahu dipeluk dari belakang,” ujar Titiek.
“‘Tante Titiek, aku udah nikah,'” sambungnya menceritakan kegembiraan yang akhirnya dirasakan wanita Kupu-Kupu Malam itu.
Lirik Lagu
Kupu-Kupu Malam
(Lagu Noah ‧ 2008)
Ada yang benci dirinya
Ada yang butuh dirinya
Ada yang berlutut mencintainya
Ada pula yang kejam menyiksa dirinya
Ini hidup wanita si Kupu-Kupu Malam
Bekerja, bertaruh seluruh jiwa raga
Bibir senyum, kata halus merayu, memanja
Kepada setiap mereka yang datang
Dosakah yang dia kerjakan?
Sucikah mereka yang datang?
Kadang dia tersenyum dalam tangis
Kadang dia menangis di dalam senyuman
Reff
Wo-oh, apa yang terjadi, terjadilah
Yang dia tahu Tuhan, penyayang umat-Nya
Wo-oh, apa yang terjadi, terjadilah
Yang dia tahu hanyalah menyambung nyawa
Uh-oh, ah-ah-uh
Wo-oh-ho, apa yang terjadi, terjadilah
Yang dia tahu Tuhan, penyayang umat-Nya
Wo-ho, apa yang terjadi, terjadilah
Yang dia tahu hanyalah menyambung nyawa
Oh-ah-oh-oh
Editor: Maji