Ini bukan tentang memberi beras atau uang. Ini tentang membangun ikatan hati.
DARA| Bupati Cirebon Guncang Publik dengan Program “Eman Ning Mimi”: Gerakan ASN Angkat Ibu Asuh, Bangun Ikatan Emosional yang Menyentuh
Sebuah inisiatif luar biasa lahir dari Kabupaten Cirebon yang mengundang decak kagum sekaligus haru. Melalui program bertajuk “Eman Ning Mimi”, Bupati Cirebon H. Imron resmi meluncurkan gerakan yang mendorong pejabat dan ASN mengangkat satu ibu atau lansia kurang mampu sebagai orang tua asuh—bukan sekadar dibantu, tapi dirawat dan disayangi seperti ibu sendiri.
Program ini diluncurkan dalam suasana penuh kehangatan di Pendopo Bupati Cirebon, sebagai bagian dari gerakan Jawa Barat “Nyaah Ka Indung”. Namun Cirebon membawanya lebih jauh: dari sekadar program sosial menjadi gerakan moral dan emosional.
“Ini bukan tentang memberi beras atau uang. Ini tentang membangun ikatan hati. Bagaimana ASN bisa punya ibu angkat, membimbing, menyayangi, dan benar-benar hadir dalam hidup mereka,” ungkap Bupati Imron dengan mata berbinar saat menyampaikan pidato peluncuran.
Program ini mengharuskan para ASN, pejabat BUMD, kepala sekolah, hingga kepala desa (kuwu), untuk memilih satu ibu atau lansia dari keluarga prasejahtera dan menjadikannya “indung asuh”. Tak cukup hanya memberi bantuan materi, mereka juga didorong untuk mengajak para ibu ini ke puskesmas, mendampingi saat butuh pemeriksaan medis, bahkan menjadi tempat curhat dan berbagi kasih.
“Bayangkan dampaknya kalau semua pejabat punya satu ibu asuh. Ribuan perempuan tua yang selama ini terlupakan, bisa kembali merasakan hangatnya perhatian dan cinta,” tutur Eni Suhaeni, Kepala DPPKBP3A sekaligus panitia pelaksana program.
Pemerintah Kabupaten Cirebon menargetkan 1.000 ibu kurang mampu akan mendapat pendampingan dan kasih sayang dari para ASN dan pejabat. Bahkan, setiap perkembangan harus dilaporkan. Siapa yang diangkat, bantuan apa saja yang diberikan, hingga interaksi sosial—semua akan dicatat dan diawasi.
“Kalau cuma memberi, semua bisa. Tapi kami ingin pejabat bisa hadir sebagai anak. Duduk bareng, mendengarkan, merawat, dan jadi bagian dari hidup mereka. Karena yang dibutuhkan bukan hanya uang, tapi juga cinta,” tegas Bupati Imron.
Sejak diumumkan, warganet mulai ramai membicarakan program ini. Banyak yang terharu, bahkan berharap program ini bisa menjadi gerakan nasional. Di tengah masyarakat yang sering kali sibuk dengan urusan sendiri, program ini muncul sebagai pengingat bahwa kebaikan bisa dimulai dari satu pelukan, satu perhatian kecil, satu hubungan tulus antara anak dan ibu—meski bukan dari darah yang sama.
Editor: Maji