Buku ‘Narasi Mematikan’ Karya Noor Huda Ismail, Menguak Pendanaan Aksi-Aksi Terorisme

Sabtu, 29 Juli 2023

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Foto: Istimewa

Foto: Istimewa

Baru-baru ini publik dibuat heboh dengan kasus Al Zaytun. Tak melulu karena ajaran agamanya yang dinilai menyimpang, namun juga karena bangunan pondok pesantrennya megah.

DARA | Hal itu memancing publik untuk bertanya-tanya, dari mana asal pendanaan pesantren yang terletak di Indramayu, Jawa Barat tersebut?

Sama halnya dengan mengkaji kasus Al Zaytun, mengkaji aksi-aksi terorisme dilihat hubungannya dengan narasi keagamaan telah banyak dieksplorasi. Namun, kajian terorisme dan keterkaitannya dengan pendanaan masih belum banyak diekspos ke permukaan.

Hal inilah yang menjadi pijakan Noor Huda Ismail dalam menulis buku “Narasi Mematikan: Pendanaan Teror di Indonesia” yang resmi diluncurkan di Universitas Paramadina Jakarta, Kamis (27/7/2023).

Dalam buku karyanya yang kedua ini, Noor Huda menceritakan bagaimana kelompok-kelompok teroris dalam mencari pendanaan untuk melakukan aksi-aksi mereka ternyata telah mengalami transformasi.

Tidak hanya merampok, kini kelompok-kelompok tersebut juga memperoleh pendanaan melalui jalur-jalur formal seperti mendirikan LSM, yayasan, lembaga pendidikan, serta memakai teknologi baru seperti cryptocurrency.

“Dari sini ternyata terjadi pergeseran strategi, dan narasi telah menjadi unsur penting untuk mendapatkan pendanaan tersebut,” kata Huda yang kini aktif sebagai visiting fellow di RSIS, Nanyang Technological University (NTU), Singapore.

Huda menekankan bahwa tujuan diterbitkannya buku ini adalah untuk menciptakan kesadaran bagi para pemangku kepentingan agar memperhatikan isu ini secara serius.

Alumnus Monash University, Australia, ini melihat sudah banyak pemangku kepentingan yang menangani isu terorisme, mulai dari Kejaksaan Agung, Badan Intelijen Negara (BIN), Kementerian Sosial, hingga Kementerian Luar Negeri. Namun dirinya melihat koordinasi antar-instansi tersebut kurang terjalin dengan baik.

“Saya berharap buku ini bisa menciptakan institutional memory di masing-masing lembaga tersebut, sehingga ketika seorang pejabat digantikan orang lain transfer knowledge-nya bisa lebih lancar,” ujar Noor Huda.

Di samping itu, melalui bukunya tersebut Huda juga mendorong adanya desentralisasi penanganan pencegahan terorisme. Ia melihat selama ini penanganan isu-isu terorisme terlalu Jakarta-sentris.

“Saya melihat pengetahuan antara pusat dengan daerah sangat jomplang. Padahal banyak dari kasus terorisme lahir di daerah-daerah,” ujar Noor Huda.

Noor Huda juga berharap adanya kesiapan masyarakat (community preparedness) di Indonesia menghadapi fenomena terorisme. Ia mengutip data dari World Giving Index 2022 di mana Indonesia menjadi negara dermawan nomor wahid di Indonesia.

“Tak terhindarkan, kedermawanan ini menjadi celah yang dimanfaatkan kelompok-kelompok tertentu untuk kepentingan mereka,” kata Huda.

Munir Kartono, salah seorang credible voice, memverifikasi bahwa pendanaan merupakan urat nadi dalam tindakan terorisme selain ideologi.

“Di saat aksi terorisme yang menurun maka pendanaan terorisme bak hantu yang terus bergerilya mencari celah dan cara baru untuk tetap bergerak,” kata Munir yang menjadi salah satu panelis dalam acara launching buku ‘Narasi mematikan Pendanaan Teror di Indonesia dan Screening Film Dokumenter’ hari ini.

Munir yang eks anggota Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dan mantan simpatisan ISIS tersebut membeberkan bahwa buku “Narasi Mematikan: Pendanaan Teror di Indonesia” tidak hanya berisi tentang informasi tentang aksi-aksi pendanaan terorisme.

“Tapi buku ini juga menunjukkan bagaimana orang-orang yang terlibat dalam tindak pidana terorisme juga ada yang terpelajar, tidak gaptek, dan terus berusaha dengan teknologi untuk melakukan aksi pendanaan terorisme untuk masa depan,” katanya, dalam rilis yang diterima redaksi, Sabtu (29/7/2023).

Selain menghadirkan Noor Huda dan Munir, acara yang dihadiri puluhan pemangku kepentingan tersebut juga menghadirkan Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak; Dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Mirra Noor Milla; Ketua Program Magister Ilmu Agama Islam Universitas Paramadina, Subhi Ibrahim; serta Rektor Universitas Paramadina, Prof Didik J Rachbini yang bertindak sebagai keynote speaker.

Editor: denkur

Berita Terkait

Prof Dr H Diding Nurdin M.Pd Terpilih sebagai Ketua Umum IKA UIN SSC Cirebon
Disdik Kabupaten Sukabumi Gelar Pentas PAI 2025, Ajang Membentuk Mental Spiritual Siswa
Global Partnership, USB YPKP dan Dalaj University Berkomitmen Mendorong Mobilitas Mahasiswa
Tatang Sudrajat, Dosen USB YPKP Terpilih Jadi Ketum PDPKN
Guru SMK/SMA di Garut Dituntut Memiliki Kemampuan Digital
ULBI Serahkan 55 Beasiswa APERTI BUMN 2025 untuk Cetak Talenta Muda Unggul
Pos Indonesia Buka Program Beasiswa Khusus bagi Putra-Putri Karyawan dan Pensiunan untuk Kuliah di ULBI
Herardi Cahya Juara MEWCI 2024: Langkah Pos Properti Indonesia Angkat Talenta Digital ke Panggung Dunia

Berita Terkait

Selasa, 12 Agustus 2025 - 10:31 WIB

Prof Dr H Diding Nurdin M.Pd Terpilih sebagai Ketua Umum IKA UIN SSC Cirebon

Senin, 11 Agustus 2025 - 18:54 WIB

Disdik Kabupaten Sukabumi Gelar Pentas PAI 2025, Ajang Membentuk Mental Spiritual Siswa

Jumat, 8 Agustus 2025 - 17:48 WIB

Global Partnership, USB YPKP dan Dalaj University Berkomitmen Mendorong Mobilitas Mahasiswa

Rabu, 6 Agustus 2025 - 11:15 WIB

Tatang Sudrajat, Dosen USB YPKP Terpilih Jadi Ketum PDPKN

Selasa, 5 Agustus 2025 - 11:44 WIB

Guru SMK/SMA di Garut Dituntut Memiliki Kemampuan Digital

Berita Terbaru

Foto: Istimewa

JABAR

DPRD dan Pemkab Sukabumi Sepakati Penyesuaian APBD 2025

Kamis, 14 Agu 2025 - 18:11 WIB